"Pak, waktu hari Senin pagi kemarin kan ada nasabah ibu-ibu nabrak aku di depan pintu. Pak Ramto kenal nggak dengan ibu itu?"
"Ciri-cirinya bagaimana?"tanya Pak Ramto
"Usianya sekitar limapuluhan, rambutnya pendek, pakai baju biru tua," jelas Putri.
Pak Ramto berpikir sejenak mengingat-ingat kejadian itu, kemudian dia berkata
"Oh ya, Â ibu itu sempet masuk ke Bank, waktu saya tanya keperluannya ibu itu bilang kartu ATM nya terblokir. Â Saya kasih nomor antrian, tapi baru nunggu sebentar ibu itu sudah pergi lagi. Sepertinya dia buru-buru, kalau Senin memang nasabahnya rame. Saya sendiri sebelumnya belum pernah melihat ibu itu. Memangnya ada apa dengan nasabah itu?"
"Oh...ngga apa-apa, terimakasih Pak Ramto," Putri segera berlalu pergi.
Sial, aku tidak mendapatkan informasi apa-apa. Â Jangan-jangan dia nasabah cabang lain di luar kota. Jadi tambah susah lagi melacak keberadaannya. Â Ah, sudahlah aku mau kerja. Semoga saja hari ini aku tidak nyasar ke dimensi itu lagi, pikir Putri.
Hari itu Putri baru pulang jam 20.30 malam karena sore tadi ada rapat mengenai program marketing baru. Putri mengendarai motornya menuju ke rumahnya. Â Jalanan masih ramai dengan kendaraan dan orang-orang di pinggir jalan yang bersantai di kedai makan, toko-toko masih buka. Di penghujung perjalanan Putri memutuskan untuk membeli wedhang jahe di warung wedhangan Pak Mahfud di dekat rumahnya untuk menghangatkan badan yang dingin karena udara AC dan angin malam. Sesampainya di warung langganan setelah memarkir motornya, tiba-tiba Putri mendapati dirinya hanya sendirian di tempat itu tak ada kendaraan yang lewat. Orang-orang yang tadinya berlalu-lalang di jalan mendadak raib ditelan bumi.
Putri rasanya ingin menangis, sekarang dia sendirian di jalan, dia kembali lagi ke dimensi lain yang serupa tapi tidak ada kehidupan. Putri lalu mencoba menghibur diri
"Ah, semoga saja masnya yang kemarin ketemu di sini."
Putri melangkah masuk ke warung celingukan mencari penjualnya.