Dromologi sebagai konsekuensi dari modernisasi di bidang teknologi dan komunikasi ternyata mampu menciptakan paradigma baru mengenai lifestyle serta kesadaran palsu terhadap masyarakat milenial yang notabene didominasi oleh kelas pekerja. Dengan berbagai penawaran melalui iklan media, mampu membentuk karakter konsumtif dan hedonis pada masyarakat millenial. Dimana pada realitas ini  Kebutuhan pokok bukan lagi hal yang utama, serta dinilai tidak lagi cukup untuk memberikan kepuasan dan kebanggaan , karena didalamnya sudah termasuk paradigma top up, shop and pay.Â
Â
Konsumtivisme yang tengah menjadi life style masyarakat milenial dalam satu dimensi yang dikritisi oleh Marcuse,  pada dasarnya realitas ini merupakan suatu bentuk  kesadaran palsu, yang ditampakkan oleh dunia materi yang konsumtif. Yang tentunya hal ini mampu menggerakan rasionalitas pada masyarakat millenial, bahkan semakin memperkuat individualisme tanpa mampu menyesuaikan dengan kondisi sekitar yang sebenarnya banyak golongan yang membutuhkan bantuan kita.
Â
Di sini, masyarakat diharapkan tidak terjebak dalam kebutuhan palsu tersebut. Dengan kesadaran palsu tersebut, gaya hidup konsumtif  masyarakat generasi X, Y, Z dan Alpha menjadi sulit terkendali bila tidak mampu memfilter dan mengendalikan  diri untuk tidak mudah tergoda dan terhipnotis oleh pengaruh yang disampaikan melalui media dalam bentuk iklan. Media yang menjelma sebagai platform e commerce bisa digunakan secara bijak tanpa menghilangkan identitas kita sebagai millenial Indonesia yang tangguh dan survive di era post industri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H