Faktor kekecewaan pun sangat berpengaruh. Kekecewaan terhadap figur, kebijakan dan perilaku membuat seseorang mudah banting stir dari yang lama dan menuju yang baru. Dalam situasi kekecewaan seperti ini, semua kebaikan bisa cepat sirnah, dan pada tingkat ekstrim, konflik dan politik adu domba bisa menjadi solusi bagi rasa kecewa.
Kesamaan wilayah masyarakat dengan calon pemimpin dan atau pemimpin, mempunyai peluang besar untuk diperjuangkan. Umumnya terjadi karena perasaan ingin diperhatikan kelak, dan hal itu pasti terjadi karena prinsip sewilayah. Paling nampak dalam faktor ini adalah keinginan akan perbaikan infrastruktur.
Faktor relasi sangat penting. Relasi yang baik dengan masyarakat memiliki kredit poin yang tinggi. Pola pergaulan yang sederhana dan merangkul masyarakat, umumnya selalu dijadikan contoh oleh masyarakat, di saat diskusi bersama. Dan karena selalu dijadikan contoh, maka berpeluang sebagai anjuran bagi banyak orang.
Dan, yang terakhir, faktor ekonomi. Faktor ekonomi meliputi dua pihak; ekonomi masyarakat dan ekonomi sosok yang diperjuangkan. Ekonomi masyarakat berbeda-beda; ada kelas rendah, menengah dan kelas atas. Masing-masing berjuang, terlibat dan berkontribusi menurut tuntutan dan kemampuan ekonomi. Intinya menunjukkan aspek perjuangan.
Tentu dengan harapan, kalau menang, semoga ekonomi makin baik. Harapan baiknya ekonomi ini, biasa berpola kapital. Siapa berkorban lebih besar dan banyak, Â terpola keinginan untuk diperhatikan lebih serius dan lebih banyak mendapat porsi ekonomi.
Ekonomi sosok yang diperjuangkan meliputi dua aspek; aspek positif dan aspek negatif. Aspek positifnya berupa harapan, bahwa ekonomi yang baik sebelumnya bakal menghindarkan niat dan praktek korupsi, kalau menang. Aspek negatifnya ialah, kalau ekonomi pas-pasan, besar kemungkinan bagi sosok terkait untuk menerima sokongan dana demi perjuangan, dengan resiko, kelak wajib hukumnya mengakomodir permintaan dan kebutuhan pejuang dan penyokong.
Dari faktor-faktor itu, lantas apa konsekuensinya? Beberapa hal di bawah ini, dapat saya uraikan.
Pertama; Ketika Meraih Kemenangan
Perjuangan kalau membuahkan hasil, sorak-sorainya bukan main. Di samping sorak-sorai, ejek-ejekan pun tak kalah, dan bahkan berujung konflik. Tersebab konflik, relasi antar keluarga dan bahkan keluarga kandung berpotensial renggang.
Mereka yang menang, merasa di atas angin. Karena di atas angin, masing-masing mulai menyusun ini dan itu, dengan keyakinan, pasti terakomodir, karena antara perjuangan dan kemenangan masih terlalu hangat dan masih sangat dekat.
Kedua ; Pasca Kemenangan