Seputar Bantuan Sosial
P : Kami dengar bahwa Raja berkomitmen untuk menolak segala bantuan dari pemerintah. Apakah ini betul?
R : Saya mengambil sikap untuk selalu menolak atau tidak menerima bantuan  dari pemerintah. Tetapi bukan saya menolak pemerintah, karena  bagaimanapun juga saya dan masyarakat tetap Warga Negara Indonesia (WNI). Kami di sini satu dusun; ada 77 kk. Bantuan (raskin) saya tidak terima. Kalau terlalu terima bantuan efeknya mentalitas masyarakat terbiasa untuk tidak kerja atau tidak mau bekerja. Tiap hari hanya duduk hitung waktu; kapan terima bantuan dan tidak bekerja. Habiskan waktu untuk tunggu dan tidak bekerja. Hidup ini harus membiasakan diri untuk bergantung pada pekerjaan. Kerja supaya dapat ada hasil. Kerja supaya makan dari hasil keringat sendiri.
P : Bagaimana membangun relasi dengan Gereja Protestan dan Katolik?
R : Tidak ada halangan relasi bersama dengan Katolik, Protestan dan Islam. Kami aman-aman saja. Kalau mereka membutuhkan tenaga kami, saya bersama masyarakat biasanya membantu dengan tulus. Dan karena kami banyak, maka pekerjaannya cepat selesai.
Seputar Pemerintahan
P : Apakah Raja bersama masyarakat suku ini ada KTP dan ikut pemilu?
R : Masyarakat saya memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP). Karena itu kami berhak mengikuti pemilu. Kita di sini, ada satu Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dan saya tegaskan bahwa kami tetap Warga Negara Indonesia (WNI).
P : Bagaimana perhatian Raja terhadap perkembangan pendidikan (sekolah)?