Solidaritas Dalam Pengetahuan
Setiap kita dikaruniakan kemampuan yang berbeda-beda. Prestasi pun turut berbeda menurut kemampuan setiap orang. Walau demikian, patut dicatat bahwa pengetahuan tidak pernah mutlak menjadi milik seseorang.
Pengetahuan hanya dapat dimiliki melalui ketekunan untuk berpikir, membaca, menulis dan berbagai aktivitas akademik lainnya. Pengetahuan pun berdimensi sosial. Upaya untuk mengetahui sesuatu tak pernah terlepas dari keterlibatan yang lain. Mustahil, kalau seseorang mengatakan bahwa ia profesional dalam suatu bidang ilmu atau semua bidang ilmu serentak tidak membutuhkan yang lain.
Dalam arti ini solidaritas berarti semangat berbagi pengetahuan kepada mereka yang membutuhkan, mereka yang berkekurangan dengan digerakkan oleh cinta kasih demi menciptakan komunitas ini menjadi komunitas beriman serentak berintelektual. Namun perlu dicatat bahwa solidaritas seperti ini perlu disertai dengan sikap kritis agar seorang anggota komunitas atas kemampuannya yang lebih tidak boleh diperalat oleh sesama anggota komunitas lain hanya demi mencapai tujuan pribadi. Misalkan seseorang yang lebih kemampuannya dijadikan sebagai alasan untuk melegitimasi kemalasan pada anggota lain dengan segala pengerjaan tugas dilimpahkan begitu saja kepada mereka yang berkemampuan lebih.
Praktek seperti ini tidak lagi dinamakan solidaritas sebab keberlangsungannya tidak menampakkan unsur keaktifan atau keterlibatan setiap anggota. Lagipula apa yang dijadikan sebagai alasan untuk mengerjakan tugas (kemalasan) tidak ikut serta membangun kualitas bagi mereka yang malas.
Solidaritas Dalam Karya
Hidup komunitas kaya aneka. Segala karya menandakan tugas, minat dan bakat. Ada yang berprofesi sebagai penulis, penyanyi, pemimpin, pemain bola kaki, pemusik, sastrawan, komponis dan lain sebagainya. Di antara banyak ini, pembinaan karakter pribadi setiap calon imam menunjuk pada kerja (kerja otak, kerja hati, kerja fisik, kerja iman) sebagai suatu tuntutan yang harus ada dan dipraktekkan. Tuntutan ini pun berjalan seiring dengan pemahaman bahwa semua kerja itu berdimensi sosial. Karena itu hadir dan terlibat bersama dalam setiap pekerjaan perlu diinternalisasikan sebagai nilai yang jika tidak diperhatikan, setiap pekerjaan nyaris tidak dapat hadir dan aktif.
Solidaritas Dalam Pengalaman