Mohon tunggu...
Freema H. Widiasena
Freema H. Widiasena Mohon Tunggu... Buruh - Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Suka menyendiri dan suka bersama. Cuman nulis ngasal ngawur abal-abal. Jangan pernah percaya tulisan saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar: Jangan Sampai Putus di Tengah Jalan

31 Mei 2023   20:24 Diperbarui: 31 Mei 2023   20:37 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Lanjut SMP, tabiat sekolahnya masih sama: PR, rumus, dan hafalan yang semakin bejibun.

Apa yang tersisa di ingatan saya saat sekolah dulu enggak jauh dari Ini Budi, kerukunan umat beragama di PMP, perjuangan para pahlawan bangsa di PSPB, daun sempurna, monokotil vs dikotil, binatang amfibi, serta jenis-jenis katrol dan pengungkit. Dan itu ternyata terpakai seumur hidup hingga hari ini.

Apa yang diterima si kecil sebenarnya sama-sama saja tapi mendadak serasa berbeda banget karena saking bejibunnya dibanding apa yang kami terima saat kecil dulu.

Akhirnya ketika ada kesempatan bertemu dengan dewan sekolahnya, kami bilang kepada para guru yang ada termasuk kepala sekolahnya, "Tolong jika nilai anak saya jelek, dikasih nilai bagus saja Pak/Bu. Saya siap beli ijazahnya. Sebab di rumah, dia saya larang mengerjakan PR dan mengisi LKS!"

Merdeka Belajar

Beruntung ketika masuk SMA, negara melakukan perubahan yang sangat signifikan.

Pertama, diberlakukannyas sistem zonasi. Meski si kecil saat ini masuk sekolah pondok pesantren yang enggak ada kaitannya dengan zonasi, diberlakukannya sistem zonasi ini terlihat membawa dampak yang sangat signifikan di dunia pendidikan.

Dulu saya masuk SMP dan SMA favorit di kota saya. Keren sih sensasinya waktu itu. Isinya anak dengan NEM (Nilai Ebtanas Murni) tinggi-tinggi semua tentunya. Pokoknya dicap anak pintar gitu. Meski orang tua sedih. Karena sumbangan-sumbangannya tiap ambil rapor sangat membebani mereka.

Setelah diberlakukan sistem zonasi, mendadak saya jadi malu karena dulu pernah bangga karena berada di sekolah favorit. Dan ternyata itu enggak penting dalam kehidupan ini.

Kini sekolah bisa lebih cair. Sekolah dimasuki siswa karena dekat rumah. Bukan karena NEM-nya tinggi atau rendah.

Kedua, dihapuskannya ujian nasional.

Banyak yang berpendapat, semua cantrik akan diuji oleh gurunya sebelum lulus, keluar padepokan, dan mengabdi di masyarakat. Namun mereka lupa, ujian ini enggak sama rata. Tiap cantrik tentu beda ujiannya. Cantrik pedang dengan cantrik tongkat atau cantrik tangan kososng pasti beda ujiannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun