Karena saya anggak kesalahan saya, maka layarnya saya ganti. Namun enggak optimal.
Akhirnya ponsel tersebut saya kembalikan ke klub. Dan saya mencoba melanjutnya tugas dengan ponsel pribadi dengan spek paling rendah seperti saya tera di atas.
Ternyata sengsara juga ber-WA dengan ponsel alakadarnya seperti ini. Ponsel jadi berat dan gampang menggos-menggos. Media penyimpanan sekejap gampang penuh oleh cache.
Alhasil kemudian, WA saya bongkar/uninstall tanpa saya sign-out dari akun saya.
TELEGRAM
Saya lupa bagaimana awalnya menemukan aplikasi ini. Sepertinya dari baca-baca di media maya.
Saya cobalah dia. Dan isinya kosong karena juaranggg banget yang pakai. Mungkin hanya sekitar 10% dari beberapa ratus nama yang ada di kontak saya yang nongol status penggunaan telegramnya.
Hingga kemudian saya minta istri dan keluarga dekat untuk memasang Telegram juga. Lumayan, jadi sering berbunyi ini Telegram.
Dari awalnya hanya untuk berkomunikasi dengan keluarga inti sebagai pengganti WA, akhirnya Telegram ini menjadi alat komunikasi utama saya/kami.
Seiring dengan waktu, saya mulai bisa merasakan nikmatnya Telegram.
- Telegram itu berfitur enggak se-fancy WA. Enggak ada yang bikin stiker lucu-lucuan di Telegram sebagaimana di WA. Tapi mohon maap, tetap saja masalah stiker itu bukanlah sesuatu yang produktif meski itu sangat menyenangkan.
Telegram hanya bisa panggilan suara, enggak bisa panggilan video. Tapi ini bukan masalah bagi saya. Karena bisa pakai Duo untuk kebutuhan ini. - Dan ini yang paling penting: Telegram itu menyimpan datanya secara cloud, bukan offline-storage sebagaimana WA. Artinya: kita harus mengsinkronkan data WA secara manual ketika berpindah gawai. Atau WA hanya bisa aktif di satu gawai karena di gawai itulah datanya berada.
- Sementara Telegram itu bisa aktif di banyak perangkat secara bersamaan sekaligus. Karena semua datanya langsung dibaca dari servernya, bukan disimpan secara offline ke gawai kita.
Poin terakhir di atas adalah kelebihan Telegram dan super-duper bikin nyaman ponsel jadul tua kayak yang saya pakai ini. Cache-nya jadi kecil banget, karena datanya enggak tersimpan offline itu tadi. Beda puolll dengan WA. Padahal trafik Telegram saya juga enggak sepi-sepi amat.
Satu keunggulan lagi, metode login ke desktop/kompie teramat sangat berbeda. WA perlu barcode untuk bisa login. Ini teramat susah dan bisa saya bilang mustahil dilakukan dengan ponsel tua tanpa autofokus dengan (kover) lensa kamera yang sudah buram ini. Saya pernah bermenit-menit scanning barcode dan tetap gagal login. Alhasil, saya nyerah.