Akhirnya protes ini reda dengan sendirinya. Beberapa teman yang kesal karena permintaan pertemanannya saya abaikan, akhirnya memilih mengikuti/follow saya dengan sadar dan ikhlas.
Hehehehehe....
Dengan demikian, khittah fesbuk sebagai ajang silaturahmi bukan sebagai ajang pertikaian tetap saya dapatkan. Saat ini saya menulis posting ini, saya hanya menggunakan fesbuk untuk nimbrung di grup saja, yang tampaknya mulai makin sepi. Tebakan saya: karena semua sudah boyongan ke WA.
Sesekali aja posting di wall sendiri, semacam buat me-log isi benak. Eh, tapi sesekali saya ini kayaknya rajin juga....
Oia, saya juga tetap berfesbuk dengan komputer. Bukan dengan aplikasi, baik fesbuk maupun Messenger-nya.
Artinya, saya hanya nongol ya ketika aktif di kompie. Di kompie juga, panggilan video dan suara/voice call juga bisa dilakukan. Asal kompienya pas ada kamera video dan mikroponnya.
Selebihnya, artinya ya saya sedang tidak (bisa/ingin) terkoneksi. Entah karena lagi ada kesibukan, nyetir, ngobrol dengan rekan, mandi/makan, atau sedang istirahat. Semacam itulah adanya saya offline.
Alhamdulillah, hidup saya nyaman dengan cara ini.
WHATS APP
Pertama kali saya memasang/install Whats App (WA) adalah saat ponsel masih 3G. Belom ada 4G-4Gan kala itu. Saya memasang WA karena rekues teman-teman.
Setelah saya pasang, bajigur, hidup jadi amburadul. Begitu diketahui saya aktif WA, saya langsung dicemplungkan ke grup-grup WA.
Ponsel spek alakadarnya itu berkali-kali hang karena kebanyakan menerima posting. Di sinilah masalahnya: hang. Bukan karena saya anti-sosial atau enggak mau grup-grupan.