Si kendaraan menyalakan lampu hazard. Ada kendaraan lain yang juga menyalakan hazard sedang berhenti di bahu jalan di sebelah si kendaraan yang mengalami celaka itu.
Sebelum posisi kendaraan yang patah as roda, terpasang cone untuk pengaman. Cone, bukan segitiga pengaman. Saya menebak, cone itu dari sebuah BPR yang berada seitar beberapa puluh meter dari lokasi kejadian. Mungkin dipinjam atau dipinjami dari situ.
Dan kendaraan yang berhenti di bahu jalan, ini murni tebakan saya, mungkin hendak menolng menyeret namun enggak bisa. Entah enggak ada tali entah memang kendaraan yang patah as roda itu enggak bisa diseret.
Tampak dua orang, mereka berpayung, bercakap-capak. Sekali lagi ini cuman tebakan saya, mereka adalah dua temen. Mungkin kendaraan di bahu jalan itu adalah temen si korban yang datang ke situ untuk menemani atau hendak membantu.
Enggak ada petuga skepolisian tampak di lokasi.
Saya hanya merasa kasihan dan berdoa semoga ini semua segera tertangani dan lalu-lintas enggak macet.
***
Yang bikin perasaaan saya berkecamuk, adalah komentar si sopir bis kepada kenek/kondektur yang duduk di bangku asisten di dekat pintu bus.
"Saya yakin, itu patah karena dia menghantam lobang dalam dan tajam di situ. Ada lobang yang dalam dan tajam. Saya hafal bener bahwa di situ itu posisinya. Mungkin lobang itu enggak kelihatan karena tadi tertutup genangan air." Kata pak sopir bus kepada keneknya.
Duh, kasihan si pemilik mobil. Ini kategorinya ranjau darat, bukan jalan rusak yang rusaknya merata. Ranjau darat itu ya lobang-lobang parsial atau sporadis yang berada di jalanan yang bisa dibilang pada umumnya baik-baik saja atau bahkan mulus.
Saya enggak tau apa penyebab ranjau darat kayak gini. Tapi bertahun-tahun saya menyusuri jalanan, nyaris setiap kali perjalanan, saya menemukan ranjau darat. Mulai yang sifatnya ringan namun cukup menimbulkan guncangan di bada, hingga yang kondisinya berat sampai bikin suara stopper suspensi kerasa banget: jedhakkkk!!! Plus perut yang seperti ditonjok dan punggu yang serasa dihantam balok.