Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Komunikasi Antarbudaya, Kebebasan Berpikir tanpa Diskriminasi Doktrin

8 Juli 2024   15:15 Diperbarui: 8 Juli 2024   18:36 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komukasi antar mahasiswa yang berbeda budaya dengan berlatarkan pemandangan kota Jakarta.  Foto: Frederikus Suni/Tafenpah.com

Dalam komunikasi antarbudaya, setiap orang bebas menyuarakan suara hatinya, tanpa adanya tekanan dari salah satu doktrin atau ajaran yang terdapat di dalam lingkungan kehidupan bermasyarakat Indonesia.

Indonesia adalah negara besar dengan kekayaan budayanya. Harta karun kebudayaan tersebut, terlihat menawan dan sangat seksi bagi warga negara asing. Makanya, dari zaman pendudukan bangsa asing hingga saat ini maupun nanti, Indonesia akan tetap seksi dan menjadi magnetik bagi wisatwan.

Berdasarkan Laporan dari Badan Pusat Statistik, per Desember 2023, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia mencapai 1,14 juta kunjungan. Jumlah ini naik sebesar 22,91 persen dibandingkan November 2023 (month-to-month) dan naik 20,17 persen dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu (year-on-year). Wisman yang berkunjung ke Indonesia pada Desember 2023 didominasi oleh wisman yang berasal dari Malaysia (18,45 persen), Singapura (16,41 persen), dan Australia (11,87 persen).

Merujuk pada peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara atau Wisman tersebut, dapat memberikan insight atau pemahaman baru bagi kita untuk mencintai sekaligus meningkatkan 'sense of being (rasa keberadaan) sebagai warga Indonesia yang punya kekayaan alam beserta kearifan lokalnya. Selain, kita pun dituntut untuk meningkatkan 'sense of belonging/rasa memiliki serta 'sense of culture atau rasa kebudayaan'.

Motif atau alasan utama tersebut, pada metodologi lanjutan (kerangka berpikir untuk menemukan kebenaran), terutama kaitannya dengan bidang Filsafat, menjadi dasar/kompas/arah pemikiran kita tentang pentingnya memiliki pikiran terbuka dengan dunia luar.

Tentunya, paradigma di atas, penulis bukannya mencari pledoi atau alasan pembelaan. Melainkan, tentang perihal melepaskan diri dari ikatan doktrin yang selama ini menjadi momok atau batu sandungan bagi kita untuk melihat sesama serta kebudayaannya sebagai ancaman.

Untuk itu, dalam konteks ini, kita akan melihat bersama kehidupan masyarakat Yunani Kuno, terutama mindset atau paham tentang pikiran bebas, kritis, dan tanpa mereduksi etika dan norma yang berada dalam kehidupan bersama.

Meskipun di awal kehidupan masyarakat Yunani kuno sangat diwarnai dengan penyembahan atau pengakuan terhadap berbagai dewa dan dewinya. Namun, pada konteksnya, mereka sedang menjajal dinamikan pikiran bebas, tanpa adanya tekanan dari doktrin tertentu.

Produk dari kebebasan berpikir masyarakat Yunani kuno, akhirnya kita pun menikmatinya hingga saat ini dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun