Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelaah Teologi Natal dari Perspektif Anak Rantau

9 Desember 2023   01:25 Diperbarui: 9 Desember 2023   01:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena lingkungan yang open minded cenderung lebih menghargai perbedaan, ketimbangan lingkungan keluarga yang selalu berpikiran primitif.

Sejatinya, fanatik untuk hal yang berkaitan dengan kepentingan bangsa dan kedamaian setiap warga negara adalah hal yang patut diapresiasi dan terus diperjuangkan oleh setiap orang.

Namun, fanatik yang cenderung destruktif, tidak layak untuk dihidupi.

Sebagaimana pepatah latin kuno yakni: kehidupan yang tak pernah direfleksikan, tak layak untuk dihidupi.

Lantas, bagaimana dengan Teologi Natal?

Sebagaimana yang penulis katakan di atas, bahwasannya sukacita Natal bukan hanya milik orang Kristen. Tetapi kita semua warga Indonesia.

Sebaliknya, peristiwa-peristiwa besar dari perayaan hari raya agama lainnya menjadi milik bersama warga Indonesia.

Karena kita hidup, makan, bersosialisasi, bekerja, bercanda tawa, menderita, menangis, tertawa, bahagia sampai kembali ke liang lahat pun tetap di bumi pertiwi.

Demikian Teologi Natal dari perspektif anak rantau tentang arti perjalanan dalam menemukan cinta dan kasih sayang bersama rekan-rekan yang berbeda keyakinan, tetapi tetap berpijak pada bingkai NKRI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun