Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menelaah Teologi Natal dari Perspektif Anak Rantau

9 Desember 2023   01:25 Diperbarui: 9 Desember 2023   01:52 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akan tetapi, realita yang kita temui setiap saat, bertentangan dengan etika dan moral di atas.

Merujuk pada Teologi Natal dari perspektif atau point of view perantau, penulis sering menemui hambatan dalam membangun relasi dengan sesama yang berbeda keyakinan.

Tentunya, perihal ini bukanlah semacam legacy dari penulis untuk memandang orang lain dengan cita rasa skeptis.

Namun, berdasarkan pengalaman penulis ada jurang atau range bersama dengan mereka yang berbeda aliran kepercayaan dalam memandang sesuatu.

Ada yang terlalu fanatik sampai-sampai melupakan esensi atau dasar kehidupan bersama sesuai dengan kelima Sila Pancasila dan UUD 1945.

Meskipun begitu, ada yang open minded tentang indahnya perbedaan.

Rangkaian problematika di atas juga secara eksplisit menggambarkan dangkalnya pikiran.

Ini bukan pleoi atau pembelaan dari penulis. Tapi, ini tentang persoalan dalam kehidupan bersama.

Menakar sajian masalah-masalah sosial di atas, sebagai perantau, penulis pun tak berlebihan mengambil hipotesa seperti berikut!

"Orang fanatik itu karena dangkalnya pikiran dan kurangnya asupan nutrisi tentang bagaimana menjalani hidup bersama mereka yang berbeda keyakinan."

Lebih jauhnya, penulis menyakini, bahwasannya untuk menciptakan lingkungan komunitas yang mampu menghargai komunitas, pertama-tama harus dibangun dari lingkungan keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun