Selain mereka jarang membaca materi-materi kebudayaan. Makanya, di dalam dirinya itu selalu berprasangka buruk terhadap kebudayaan tertentu.
Hal yang tak dipungkiri juga adalah pribadi-pribadi tersebut dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka tempati.
Lingkungan yang baik akan membawa kebaikan. Sebaliknya, lingkungan yang kurang baik, selalu membawa kesialan dalam kehidupan sosial bermasyarakat.
Padahal kita ini tinggal dalam bingkai multikulturalisme kebudayaan. Mengingat bangsa kita kaya akan kearifan-kearifan lokal budaya, etnis, kepercayaan, ideologi, dsb.
Landasan pemikiran ini juga tersemai dalam UUD 1945 dan kelima Sila Pancasila.
Jadi, kesimpulan dari tulisan ini adalah pentingnya pembelajaran komunikasi budaya.
Selain, harus ada kemauan untuk keluar dari lingkungan kebudayaan yang selalu berorientasi pada kekerasan dan ajaran diskriminasi menuju kehidupan Pancasilaisme.
Akhirnya, tak perlu mengubah kebiasaan budaya kita hanya untuk mendapatkan pengakuan dari rekan kerja, bisnis, lingkungan sosial, dll.
Yang perlu kita hilangkan adalah budaya stigmatisasi dan diskriminasi. Karena bangsa Indonesia itu didirikan budaya berdasarkan aliran kepercayaan, kebudayaan, dan ideologi tertentu.
Melainkan ada perasaan senasib dan seperjuangan dalam jangka waktu ratusan tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H