Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis || Pegiat Konten Lokal NTT || Blogger Tafenpah.com

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group || Jika berkenan, mampirlah di blog saya Tafenpah.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Natal sebagai Teologi Perjalanan Pulang Perantau ke Kampung

8 Desember 2022   01:24 Diperbarui: 8 Desember 2022   01:33 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Natal sebagai Teologi kembalinya perantau ke kampung halaman | Gambar: Pixels

Perayaan Natal umat Kristen (Katolik dan Protestan) selalu membawa harapan baru dan refleksi atau pembaharuan diri akan perjalanan Sang Mesias (Yesus Kristus) bersama Bunda Maria dan St. Yosef di Yerusalem.

Perjalanan Bunda Maria dan St. Yosef selalu menemui kendala.

Sama halnya dengan ketiga Raja yang melihat bintang dari arah Timur.

Ketiganya melalui jalan berliku hingga menemukan Yesus yang dilahirkan di kandamg yang hina.

Ketakutan terbesar ketiganya adalah ancaman Raja Herodes yang berkuasa saat itu.

Di mana, Herodes memerintahkan kepada prajuritnya untuk membunuh bayi-bayi yang berusia 2 tahun, setelah mendengar penjelasan dari ketiga raja tersebut.

Beruntung, ketiga Raja itu setelah menemui Yesus yang dilahirkan Bunda Maria di kandang ternak, mereka pun memilih untuk kembali ke kotanya tanpa melaporkan kepada Herodes.

Memang, banyak jalan menuju Roma itu benar adanya.

Lantas, apa makna dari perjalanan keluarga Nazaret (Bunda Maria, Yesus, St. Yosef), dan ketiga Raja tersebut bagi perantau?

Setiap perantau (termasuk Anda) yang membaca tulisan ini, penulis pun yakin bahwasannya kita semua adalah perantau.

Meski demikian, kemana pun kita pergi, pada akhirnya kita akan kembali ke kampung. Karena di sanalah jiwa kita bersemayam dalam kedamaian.

Makna atau teologi Natal bagi kita adalah ajang di mana kita melihat kembali perjalanan kita dari kampung halaman hingga menikmati suka dan duka di negeri asing.

Dalam perjalanan itu, kerap kali kita menemui kesulitan, selain kenikmatan berkat-berkat yang kita dapatkan dari lingkungan kerja, bisnis, dan lain sebagainya.

Layaknya perjalanan keluarga Nazaret dan ketiga Raja tersebut dalam menghadapi tekanan Raja Herodes, karena tampuk pemerintahannya sudah tidak aman lagi.

Pada fase ini, kita boleh bayangkan pengalaman apa saja yang sudah kita dapatkan selama di tanah rantau.

Bila pengalaman itu menyenangkan, kita mensyukurinya.

Namun, bila pengalaman itu menyakitkan, kita pun berhak untuk menangis. Sembari, memikirkan langkah - langkah konkret apa saja yang akan kita perbaiki di episode tahun 2023.

Lebih dari itu, Teologi perjalanan ini mau mengajak kita untuk memikirkan keringat tulang pipi kedua orang tua kita yang berada di kampung halaman tercinta.

Bagi yang memiliki rezeki cukup, bolehlah untuk kembali menemui orang tua kita.

Sebaliknya, bagi yang rezekinya masih belum cukup, cukup saja kita memberi kabar kepada mereka yang berada di kampung.

Toh, mereka (orang tua) maupun sanak famili di kampung tidak menginginkan hal yang lebih dari kita kok.

Mereka hanya butuh informasi, apakah kita di negeri asing bisa makan atau tidak.

Terlepas dari itu, PULANG LAH WAHAI PERANTAU!

Mumpung orang tua kita masih ada. Karena penyesalan di liang lahat orang tua itu tak ada gunanya

Natal itu Sebagai Persiapan Pembaharuan Diri

Sembari menantikan kedatangan Sang Mesias (Yesus Kristus), alangkah lebih baiknya kita kembali melihat sudah sejauh mana kualitas hidup kita bagi diri sendiri, sesama, maupun di lingkungan mana pun.

Karena sehebat, secerdas, dan sesuper apa pun diri kita, ada satu space atau ruang kelemahan yang selalu menjadi bayang-bayangi perjalanan kita dalam membangun hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, maupun orang lain, terutama yang berbeda budaya atau pun aliran kepercayaan dari kita.

Maka, Teologi perjalanan Natal menjadi alarm bagi kita untuk menerima dan memaafkan kesalahan yang pernah kita lakukan sepanjang tahun 2022.

Mengingat perjalanan tahun ini tidak lah muda bagi kita semua.

Karena efek dari Pandemi global.

Akhirnya, sehabis hujan pasti ada cahaya penerangan. Begitu pun, selepas tahun ini, kita yakin dengan spirit baru, resolusi kita yang belum terlaksana tahun ini akan menjadi kenyataan di tahun 2023.

Intinya, kita yakin dan percaya, bahwasannya ramalan resesi ekonomi di tahun depan akan kita lewati.

Karena selalu ada jalan menuju Roma.

Sekian dan selamat menantikan kelahiran Sang Juru Selamat Yesus Kristus.

Jakarta, 8 Desember 2022

Instagram: @Fredy_Suni18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun