Konflik bilateral antara Ukraina dan Rusia tak membuat wilayah udara bekas negara Uni Soviet itu layu. Justru pemerintah Ukraina melalui Wakil Kepala Kantor Kepresidenan, Kirill Tymoshenko, mengatakan  negara itu bersedia menanggung sebagian biayanya.
Tymoshenko juga mengumumkan melalui cuitan di facebook bahwa Ukraina siap membuat komitmen keuangan untuk keselamatan pesawat di langit Ukraina.
Baca Juga:Â Ukraina tidak Termakan Provokasi Kekuatan Barat
"Untuk menjamin keselamatan penerbangan, pemerintah hari ini memutuskan untuk mengalokasikan dana dari Dana Cadangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ke Kementerian Infrastruktur. Penjaminan akan diberikan kepada perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, perusahaan leasing, dan maskapai penerbangan." Ujar Tymoshenko melalui British Broadcasting Corporation (BBC), Selasa (15/2/2022).
Langit Ukraina Tetap Beroperasi
Langit Ukraina akan tetap beroperasi dalam keadaan apa pun. Mereka tidak menggubris isu serangan militer Rusia yang selama ini dilancarkan oleh Amerika Serikat.
Amerika Serikat hanya memprovokasi kedua negara bekas Uni Soviet tersebut dengan maksud tersembunyi.
Tentunya pihak Barat (Amerika Serikat) sudah bekerja sama dengan NATO untuk menakut-nakutin warga Ukraina.
Kemarin saja Presiden Volodymr Zelensky mengatakan kepada Radion 4 British Broadcasting Corporation (BBC) bahwa musuh terbesar saat ini bukan ancaman invasi, tetapi kepanikan. Akibat opini-opini yang belum tentu ada kebenarannya dari pihak US.
Sementara pemerintah Rusia juga mengiyakan apa yang dikatakan oleh presiden Zelensky bahwa militernya yang berjumlah 100.000 orang itu hanya mengadakan latihan bersama dengan Belarusia.
Mereka tidak mempunyai maksud untuk menyerang Ukraina. Karena mereka juga tidak mungkin melupakan begitu saja kontribusi dari Ukraina.
Ya, meskipun kedua negara bekas Uni Soviet itu ada konflik bilateral soal pengambilan paksa wilayah Krimea tahun 2014 silam, namun bukan berarti mereka akan menyerang konco terbaik mereka.
Rusia juga tahu konsekuensi dari perang. Karena perang telah menghancurkan segalanya.
Sejumlah Maskapai Penerbangan Berhenti Beroperasi
KLM (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij) asal Belanda menjadi maskapai besar pertama yang berhenti beroperasi ke Ukraina. Karena mereka tidak mau mengambil resiko, seperti yang dialami oleh Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh saat terbang di dekat konflik Timur Ukraina pada Juli 2014.
Di mana, peristiwa kelam itu telah mengorbankan sebanyak 298 penumpang dan awak di dalam penerbangan Amsterdam-Kuala Lumpur.
Sementara, maskapai penerbangan Ukraina SkyUp mengatakan penerbangannya dari Portugal ke Kyiv terpaksa mendarat di Moldova pada hari Minggu, setelah perusahaan penyewaan pesawat Irlandia mencabut izin untuk menyeberang ke Ukraina.
SkyUp mengatakan perusahaan leasing Eropa menuntut maskapai Ukraina mengembalikan pesawat mereka ke wilayah udara UE dalam waktu 48 jam.
Wizz Air Tetap Beroperasi ke Ukraina
Lufthansa Jerman mengatakan sedang mempertimbangkan penangguhan penerbangan ke Ukraina.
Namun, Wizz Air mengatakan: "Saat ini, kami tidak membuat perubahan apa pun pada jadwal kami dan semua penerbangan kami ke/dari Ukraina tetap beroperasi seperti biasa.
"Semua penumpang dengan penerbangan yang dipesan ke dan dari Ukraina disarankan untuk secara teratur memeriksa kotak surat mereka untuk informasi lebih lanjut tentang penerbangan yang dipesan." (Sumber: British Broadcasting Corporation).
Namun, bukan berarti maskapai ini tidak was-was dengan isu invasi Rusia ke Ukraina. Melainkan, timnya sedang memantau melalui layanan pelacakan global FlightRadar24 yang menunjukkan wilayah udara di atas Turki Utara, terutama di sisi lain Laut Hitam dari Ukraina sangat sibuk.
Sementara, wilayah udara di Rusia tepat di atas perbatasan Timurnya dengan Ukraina juga sibuk. Tetapi ada relatif sedikit pesawat di atas Ukraina sendiri.
Isu Invasi Rusia ke Ukraina Menyebabkan Anjloknya Saham Penerbangan
Dilansir dari Kantor Berita Reuters, kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan di Ukraina membayangi pasar saham Eropa pada hari Senin.
Saham pemilik British Airways IAG, Wizz Air dan grup perjalanan Tui turun sekitar 6,5%. Pada perdagangan pagi, pasar saham utama di Paris dan Jerman turun lebih dari 3%, sementara indeks saham FTSE 100 London turun 2%.
Selain isu invasi, sejauh ini sudah hampir selusin negara yang melarang warganya untuk terbang ke Ukraina. Inilah yang menyebabkan turunnya beberapa saham di maskapai penerbangan di Eropa.
Analisa Penulis
Penulis merasa apa yang dilakukan oleh pihak Barat bukan hanya menyebabkan ketakutan psikologis, namun ada industri penerbangan, sosial, budaya, ekonomi, pariwisata, dan politik yang semakin hancur di Ukraina sendiri.
Memang setiap warga negara berhak untuk menentukan nasibnya sendiri. Namun, bagaimana pun, setiap negara selalu membutuhkan kerja sama dengan negara lain. Karena belum tentu setiap negara bisa mampu mencukupi kebutuhan dalam negerinya sendiri dari berbagai aspek.
Jika provokasi yang dilancarkan oleh pihak Barat hanya untuk sekadar mencari keuntungan ekonomi, mendingan sekarang harus lebih dipertimbangkan lagi.
Karena dunia internasional pun sudah merasa was-was dengan apa yang terjadi di langit Ukraina dan Rusia.
Masyarakat internasional tidak menginginkan perang. Boleh bersaing dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan militer untuk menunjukkan siapakah yang paling terkuat di planet ini dan luar angkasa, namun kita juga harus memikirkan kedamaian sebagaimana yang tercantum dalam payung hukum PBB.
Untuk itu, kita harus membiarkan Rusia dan Ukraina menyelesaikan konflik bilateral mereka dengan jalan diplomasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H