Mohon tunggu...
Frederikus Suni
Frederikus Suni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Content Creator Tafenpah

Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia || Instagram: @suni_fredy || Youtube : Tafenpah Group

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Stigmatisasi Dunia Kerja terhadap Mahasiswa Drop Out

29 Mei 2021   03:03 Diperbarui: 29 Mei 2021   18:48 3348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbagai hal telah saya pelajari, semua itu saya lakukan sebagai bekal sebelum menginjakkan kaki di perguruan tinggi.

Tahun 2017, saya mulai duduk di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang. Cinta mulai bersemi dengan ilmu kuno yang sebagian besar orang menganggapnya sebagai ilmu atheis. 

Ya, gegara logika dalam ilmu filsafat membuat siapa saja yang pertama kali bersentuhan dengan ilmu filsafat pasti memasuki ranah geger budaya (culture shock).

Apa alasannya?

Alasan mendasar bagi mereka yang beranggapan bahwasan ilmu filsafat adalah bagian dari atheisme adalah iman kepercayaan kita dijungkir balik. Layaknya badai seroja yang beberapa bulan lalu menerpa kampung halamanku Nusa Tenggara Timur.

Padahal belajar ilmu filsafat itu tidak mengajarkan kita untuk menjadi atheis, tergantung metodologi (kerangka berpikir) epistemologi seseorang.

Ya karena filsafat itu berasal dari keresahan dan menganut pikiran bebas sejauh dipertangung jawabkan kebenarannya.

Krisis identitas

Saya terlalu fokus dan asyik dengan filsafat karena sudah terlanjur jatuh cinta. Keteledoran saya memicu keresahan dalam diri saya untuk mempertanyakan keberadaan diri saya sendiri.

Untuk apa saya belajar ilmu filsafat? Toh, di dunia kerja pun ilmu itu tidak berguna! Pikirku. 

Semakin lama saya belajar ilmu filsafat, saya semakin tak karuan dengan kecemasan akan hari esok yang lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun