Pulau Sumba selain indah dan menawan hati, juga menyimpan tradisi kebudayaan seputar belis nona Sumba Timur yang dikenal mahal oleh semua orang. Â Yuk, ikutin kisah perbincangan aku dengan salah satu nona Sumba Timur dalam episode kali ini.
Sobat, ketika matahari kembali kepada Sang Khalik di tengah samudera lautan, aku duduk termenung, sembari mencari objek untuk dijadikan sebagai bahan perbincangan.
Mata aku bertautan erat dengan bejibun nomor WhatsApp di ponselku. Dan mataku bertautan erat dengan salah satu nomor ponsel milik mahasiswi asal Sumba. Sebut saja namanya Santi. Santi saat ini adalah bagian relawan Swab di salah satu stasiun Televisi Swasta negera tercinta ini.
Perkenalan aku dan Santi sudah terjalin beberapa bulan yang lalu. Di mana saat itu, aku menajamkan mataku di channel You Tobe, seketika muncullah sosok mahasiswi inspiratif ini.
Tanpa menunda waktu, saya langsung menghubungi Santi untuk mencari tahu apa saja yang diraihnya dari kampusnya.
Setelah bercerita panjang kali lebar, kali tinggi, kami mulai akrab dan aku pun menuliskan kisah inspiratifnya di blog aku. Dan hingga kini, artikel itu pembacanya sudah hampir 1000-an orang. Puji Tuhan.
Anyway, kembali lagi kepada laptop. Kata Profesor zaman aku kuliah, meskipun drop out juga hihihihi.
Dalam hati, kira-kira pertanyaan apa yang nantinya aku tanyakan kepada Santi? Seberkas rembulan malam mulai menghiasi malam penantian, aku memberanikan diri untuk bertanya kepada Santi, terutama seputar belis orang Sumba Timur.
Ya, karena Santi berasal dari Sumba Timur, tepatnya di Lewa. "Santi, kira-kira, belis perempuan Sumba itu gimana sih?
Dari ujung seberang, Santi mengirimkan pesan emoji (tertawa). Sembari ia berusaha untuk memberikan secuil pemahaman seputar pernikahan budaya Sumba.