Kritik adalah bagian dari ilmu Filsafat. Bila tak menerima kritik, berarti anda bukan murid dari Sokrates.
Seorang penguasa kritik itu bukan untuk menjatuhkan citra diri anda. Melainkan kritik sebagai sarana masukan untuk membangun sebuah wadah ke arah yang lebih baik.
Sokrates semasa hidupnya berjibaku dengan bejibun kritik. Tapi, bagi Sokrates kritik adalah sarana untuk mencari ilmu pengetahuan. Memang menerima kritik itu tidak mudah. Tapi demi kebaikan, kritik adalah sarana yang tepat untuk bertransformasi ke arah yang lebih baik dalam mencari ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan dalam bidang apapun itu perlu diragukan dan dikritik. Tujuannya adalah adanya penyegaran. Selain penyegaran, ada ketajaman logika dalam menakar segala sesuatu yang ada di balik pendapat orang lain.
Sokrates bersafari dari kampung yang satu ke kampung lainnya. Dari kota yang satu menuju kota tetangga dan ia menghimpun siapapun untuk berdiskusi. Dalam diskusi ada kritik dan saran dari pendengar setianya.
Sokrates yang berilmu mau mendengarkan pendengar setianya. Karena ia yakin dan percaya bahwasannya yang membuatnya maju dan berkembang adalah para pengikut setianya.
Semakin tinggi ilmu yang dimiliki oleh Sokrates, ia semakin menunduk. Senada filosofi padi.
Akhir-akhir ini di dalam lingkungan kehidupan berbangsa dan bernegara, ada ribuan kritik yang dilayangkan dari masyarakat kepada pemimpin. Pemimpin yang rendah hati dengan senang menerima kritik untuk mencari solusi dalam menyelesaikan persoalan yang ada.
Sementara ada juga pemimpin yang sulit untuk menerima kritik. Pemimpin yang sulit menerima kritik secara frontal bertindak semena-mena kepada masyarakatnya. Akibatnya, jurang kebencian semakin melebar. Gegara kesalahpahaman yang seharusnya bisa diatasi dengan kepala dingin. Itulah harga yang harus dibayar, tatkala kita menganut sistem demokrasi.
Kehadiran generasi milenial di lingkungan pemerintahan memang sulit untuk menerima kritik. Ya, maklum karena logika dan nafsu mereka masih terlalu tinggi untuk dijinakkan. Tapi seenggaknya, dengan berjalannya waktu, sebagai generasi milenial, kita harus belajar rendah hati.