Mohon tunggu...
Fredy Saudale
Fredy Saudale Mohon Tunggu... Dosen -

Dosen. Peminat Sains & Humaniora.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerhana Matahari: Sebuah Tarian dalam Semesta Musikal

23 Agustus 2017   17:07 Diperbarui: 24 Agustus 2017   10:23 583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanpak Bulan menutupi sebagian Matahari membentuk sabit dalam fenomena gerhana Matahari di kota New York, Amerika Serikat, pada tanggal 21 Agustus 2017 dan pukul 2:44 siang waktu setempat (Gambar: Dokumentasi Pribadi)

Dalam film drama fiksi ilmiah berjudul Contact (1997)  yang diangkat dari novel karya astronom Amerika Serikat Carl Sagan dengan judul yang sama dikisahkan tentang kehidupan Dr. Eleanor "Ellie" Arroway. Ellie adalah ilmuwan dalam proyek penelitian SETI (Search of Extraterrestrial Intelligence) yang berambisi menemukan bukti kehidupan di luar planet bumi.

Suatu waktu Ellie ditanyai oleh sahabatnya Palmer Joss tentang kapan ia mengetahui bahwa ia ingin menjadi seorang astronom. Dengan lugas Ellie menjawab pada saat ia berumur 8 tahun ketika melihat fenomena matahari terbenam. Pada saat itu Ellie menceritakan keingintahuannya terhadap benda langit yang mirip bintang yang muncul di kala sang Surya tenggelam.

Di senja itu, Ellie mengutarakan rasa penasarannya kepada ayahnya dengan bertanya, "Bintang apa yang cerah itu?" Ayahnya menjawab perlahan, "Itu bukanlah bintang, itu adalah sebuah planet yang disebut Venus." Lanjut ayahnya, "Kamu tahu kenapa mereka menyebutnya Venus? Karena dia begitu indah dan bercahaya. Tapi yang orang tidak ketahui adalah planet tersebut berisi gas-gas mematikan dan hujan asam sulfat".

"Wow, ini dia. Aku tertarik!" ungkap Ellie kepada Palmer.

Gerhana matahari total
Fenomena alam selalu membawa serta didalamnya pesan misteri dan keagungan yang memicu ungkapan takjub "wow", sama seperti yang Ellie rasakan. Kosmos dengan segala rahasianya yang belum sepenuhnya terungkap selalu membawa rasa ingin tahu yang besar yang bahkan mendorong seseorang untuk mengeksplorasinya lebih dalam.

Seperti pada Senin yang lalu (21/8/17) warga di wilayah Amerika Utara yang membentang dari Kota Salem di negara bagian Oregon hingga Kota Charleston di negara bagian South Carolina disuguhi fenomena alam menakjubkan yaitu gerhana matahari total.

Idaho, Montana, Wyoming, Nebraska, Kansas, Iowa, Missouri, Illnois, Kentucky, Tennessee, Georgia, dan North Carolina adalah negara-negara bagian yang juga dilintasi jalur gerhana matahari total. Mereka yang berada di jalur negara bagian tersebut telah melihat pertunjukan kosmik yang spektakular.

Seperti dilaporkan the Guardian, orang-orang bereaksi dengan penuhi ketakjuban yang meliputi perasaan emosional bahkan spiritual yang mendalam: 

"Saya melihat orang berlutut dan berdoa," lanjutnya, "Saya bahkan melihat ilmuwan menangis. Dalam sekejap anda tersadar, 'Oh, saya bagian dari peristiwa ini dan saya memiliki perasaan yang tidak pernah saya alami seperti saat ini yaitu menjadi bagian dari alam.' Mengapa orang berkeliling dunia untuk mengejar gerhana matahari? Karena itulah satu-satunya kejadian alam yang akan membuat anda benar-benar terpesona."

Serge Brunier, seorang pemburu fenomena gerhana Matahari, menjelaskan perasaan emosional dan pesona transenden yang sama yang pernah dialaminya dalam buku "Glorious Eclipse: Their Past, Present, and Future (2000):

"Pemandangan itu begitu menakjubkan, begitu eteral, dan sangat mempsona sehingga air mata sampai berlinang di hampir setiap mata semua orang. Hari itu tidaklah benar-benar suatu malam. Hanya sebuah senja lembut yang memandikan gunung Mauna Kea. Di sepanjang punggung bukit, kubah-kubah perak, seperti siluet hantu kuil ke langit, berdiri tegak di bawah bulan. Korona Matahari, yang menyebarkan kerudung sutra di sekitar lubang gelap yang adalah bulan, bersinar dengan cahaya duniawi lainnya. Ini adalah suatu momen yang sempurna."

Apakah ada sesuatu yang lebih dari sekadar fenomena mekanis dan alamiah dari gerhana matahari total yang membuat orang hingga mengalami pengalaman emosional dan transenden seperti itu? Saya percaya ada. Gerhana Matahari merupakan fenomena alam yang lebih dari sekadar proses mekanis pergerakan bulan yang menutup matahari.

Dansa kosmik
Gerhana Matahari total terjadi pada saat bulan, bumi, dan matahari berbaris dalam satu garis lurus yang sama. Ini dimulai ketika bulan bergerak dengan melintas secara perlahan-lahan di antara posisi bumi dan matahari.

Namun, tarian semesta ini membutuhkan penyelarasan jarak dan posisi yang tepat (fine-tuned) antara bumi, bulan, dan matahari. Ini dikarenakan bulan dan matahari tidak mempunyai ukuran dan bentuk yang sama walaupun sama-sama bulat. Matahari ibarat bola gas raksasa; sementara bulan batu kecil.

Dengan ukurannya bulan nyaris tidak akan menutupi cahaya terang matahari. Bulan berukuran sekitar 400 kali lebih kecil dari matahari. Oleh sebab itu, posisi bulan harus berada pada radius 400 kali lebih dekat ke bumi daripada ke matahari.

Melalui penyelerasan ini, ukuran bulan dari langit kita di bumi terlihat sesuai dengan ukuran dan bentuk matahari. Dan tarian semesta dalam bentuk gerhana matahari akan bisa terjadi.

Ketika bulan mulai melintas, cahaya terang yang terakhir dari fotosfer, bagian  permukaan luar dan inti yang selalu terlihat dari matahari, tampak terlihat menyerupai berlian merah muda bak cincin atau gelang pertunangan kosmik.

Saat gerakan bulan perlahan-lahan menutupi hampir semua bagian matahari, langit yang cerah mulai meredup. Temperatur udara menurun. Bintang-bintang bermunculan. Hewan di darat dan burung di udara menjadi bingung dan sekejap terdiam.

Dan lapisan luar atau atmosfer tipis matahari yang disebut korona, mulai terlihat berkilat disepanjang tepian fotosfer membentuk kontras dengan Bulan yang menutupinya penuh.

Lalu matahari-pun hilang sejenak. Dan Bumi senyap sesaat.

Dalam kesunyian dan kegelapan itu, dari penduduk desa yang sederhana hingga intelektual kota yang skeptis diliputi dengan perasaan transendental yang dipenuhi kekaguman. 

Ada yang terdiam. Ada yang merenung. Ada yang tertegun. Ada yang kagum. Ada yang memuji. Bahkan ada yang berdoa dan bersorak.

Semua mahluk hidup dan ciptaan turut berpartisipasi dan tenggelam dalam pesona tarian dalam semesta musikal ini.

Orkestra alam
Menariknya dalam pertunjukan tarian semesta yang tampak hening tersebut ternyata ada lantunan yang dimainkan oleh alam. Penemuan sains alam telah menunjukkan bahwa peristiwa gerhana matahari dilaporkan mengirimkan sinyal-sinyal suara dalam wujud data-data gelombang yang mampu di identifikasi dan disintesis ulang oleh para ilmuwan menjadi suatu komposisi akustik musikal.

Baru-baru ini tim peneliti yang dipimpin Profesor Bruce N. Walker dengan dua mahasiswanya dari Institut Teknologi di Georgia, Amerika Serikat telah menggunakan teknologi sonifikasi dalam mengubah data gelombang dari peristiwa gerhana Matahari total.

Data-data dari gelombang kosmik ini kemudian diproses ulang menjadi sinyal-sinyal akustik yang menghasilkan komposisi musik kosmos yang indah. Dengan teknologi sonifikasi, ilmuwan mampu memfasilitasi komunikasi dengan alam, menginterpretasi dan melagukan fenomena alam. 

Komposisi musik kosmos tersebut terdiri atas 3 bagian yang berkelanjutan yang menggambarkan saat-saat ketika bulan mendekat, menutupi sepenuhnya dan meninggalkan matahari dalam peristiwa gerhana. Komposisi musik kosmos tersebut sempat diunggah oleh tim peneliti di DropBox menjelang terjadinya gerhana matahari total. 

Pada bagian pertama, ketika bulan mulai meluncur perlahan di depan matahari, dari komposisi musikal kosmos terdengar suara dengan nada tinggi (mewakili bulan) yang secara bertahap terus meningkat dalam volum dan intensitas.

Pada bagian kedua, saat bulan berhadapan langsung dengan matahari dan hampir menutupi seluruh bagiannya. atau awal total kegelapan, ketegangan musik terus meningkat yang merefleksikan tensi perjumpaan bulan dan matahari. Kemudian, nada dan kenyaringan secara keseluruhan mulai berkurang dan senyap saat tingkat cahaya matahari kuat memudar.

Suara jangkrik juga terdengar di latar belakang menandakan efek kegelapan yang muncul yang menyiratkan suasana senja yang tercipta saat bulan benar-benar menutupi matahari dan bintang bermunculan.

Pada bagian ketiga, saat Matahari kembali muncul dari balik Bulan yang menjauh dan cahaya kembali terang, suasana musik menjadi lebih cerah, semarak, optimis dan lebih aktif. Kicauan burung merefleksikan seolah-olah fajar baru telah kembali tiba. Dan nada-nada yang terus-menerus menggaungkan kegembiraan mengakhiri komposisi orkestra semesta ini.

Komposisi musik gerhana Matahari total tersebut terdengar sangat epik dan eksotis. Pemahaman kita mungkin perlu berubah. Musik ternyata tidak hanya merupakan buah kreativitas manusia; tapi juga musik bisa dihasilkan dari sinyal dan gelombang dari peristiwa dan fenomena alam.

Musik menjadi bahasa universal yang menjembatani komunikasi antara alam semesta dan manusia. 

Semesta Musikal

Jika memang bentuk dan pola musikal tersebut bisa muncul dan dihasilkan dari dalam struktur kosmos itu sendiri melalui fenomena alamnya, bisa jadi dibalik fenomena-fenomena alam yang teramati tersembunyi nada-nada yang terlantunkan yang mengandung pesan dan arti tertentu.

Stephon Alexander, Profesor Fisika di Dartsmouth College, New Hampshire yang juga adalah seorang musisi Jazz dan pemain saxophone, dalam bukunya "The Jazz of Physics: The Secret Link between Music and The Structure of The Universe" (2016) mengatakan hal yang senada:

"Jika struktur di alam semesta dimulai [melalui Big Bang] sebagai gelombang suara, apakah struktur tersebut juga mengarah kepada struktur [alam semesta] yang lebih rumit yang juga bersifat musikal? Apakah alam semesta musikal kita ini juga mempunyai analogi yang sama dengan nada, melodi, harmoni, dan ritme? Saya berpikir begitu"

Dengan menghasilkan gelombang kosmik yang merupakan analogi nada, melodi, harmoni dan ritme musikal, alam semesta beserta fenomena-fenomena yang menyertainya berlaku ibarat suatu instrumen musik. Stephon melanjutkan:

"Struktur kompleks seperti bintang, galaksi, dan planet muncul dari gelombang suara di plasma primordial. Dalam memproduksi suara ini, alam semesta berfungsi seperti instrumen.  ...  Jika tidak ada sesuatu di luar alam semesta dan jika alam semesta berfungsi seperti instrumen, dengan semua elemen musik yang dimilikinya, maka instrumen alam semesta harus memainkan dirinya sendiri. Dengan kata lain, suara kosmik adalah instrumen dan instrumen adalah suara kosmik. Segala sesuatu di alam semesta, termasuk ruang-waktu, yang mendukungnya harus turut bervibrasi atau berosilasi."

Respon dan Partisipasi dalam Alunan Kosmos

Jika sains telah menunjukkan bahwa alam semesta kita bersifat musikal atau, jika bisa dikatakan, terbentuk dalam struktur dan komposisi musik, maka tidaklah heran mengapa respon dan pengalaman manusia terhadap fenomena alam seperti gerhana Matahari total begitu dalam hingga menyentuh inti emosi dan bahkan spiritual.

Hal tersebut terjadi lebih karena musik melantunkan keindahan dan membawa serta makna yang diterima oleh kesadaran manusia. Dalam kesadaran itulah manusia mampu mengolahnya, memahami hingga menemukan arti dari pesan musikal yang dilantunkan. 

Dalam hal ini, sesungguhnya, manusia telah berespon dan juga berpartisipasi dalam lantunan semesta tersebut

Filsuf dari Inggris, Robert Scruton dalam bukunya "The Soul of the World" (2014) mengatakan:

"Salah satu faktor terpenting tentang musik adalah bahwa musik sebagai sesuatu yang harus dipahami, dan memahami musik bukanlah perihal mengeksplorasi jalur saraf otak atau hubungan akustik didalamnya. Namun lebih ke dalam hal memperhatikan, menangkap tatanan dan makna intrinsik dari fenomena-fenomena yang tercipta dalam ruang musikal"

Respon manusia diwujudkan dengan menerima fenomena alam sebagai pemberian (gift). Sebagai suatu pemberian, maka manusia perlu menyimak, memperhatikan dan bahkan mendapatkan pesan apa yang terkandung didalamnya. 

Semenatara, Partisipasi manusia diwujudkan dengan bersinergi dalam tarian dan alunan semesta. Ini memungkinkan manusia mendapatkan jawaban terhadap persoalan fundamental tentang kehidupan ini yang masih belum terjawab. 

Dalam film Contact, selanjutnya diceritakan, bagaimana Ellie melalui ketekunan dan kerja kerasnya di laboratorium akhirnya mampu dan berhasil menangkap gelombang sinyal yang mengikuti pola urutan bilangan prima, yang tampaknya dikirim oleh alien dari sistem bintang Vega yang berjarak sekitar 26 tahun cahaya jauhnya dari bumi. Ellie-pun terpiih sebagai astronot dalam misi eksplorasi berawak tunggal ke bintang Vega.

Ellie telah memilih untuk berpartisipasi dalam tarian dan alunan musik kosmos melalui eksplorasi dan invesigasi ilmiah. Di akhir cerita, sains akhirnya mampu mengantarkan Ellie ke depan pintu suatu realitas yang selama ini ia cari sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidupnya. Namun, Ellie pun akhirnya mengerti bahwa iman juga dibutuhkan sebagai kunci yang membuka pintu realitas tersebut yang menolongnya menerma dan memahami sepenuhnya segala sesuatu yang ada didalamnya bahkan ketika rasio tidak mampu menjelaskannya. 

"Saya mengalami itu. Saya tidak bisa membuktikannya dan Saya tidak bisa menjelaskannya. Tapi semua yang saya tahu sebagai manusia. Segala sesuatu yang saya katakan adalah nyata. Saya diberikansesuatu yang ajaib. Sesuatu yang mengubahku selamanya. Sebuah visidan gambaran tentangalam semesta yang memberi tahu kita betapa kecil dan tidak signifikan dan betapa langka dan berharga kita semua. Sebuah visi yang mengatakan bahwa kita adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Dan bahwa kita sendiri, diri kita tidaklah sendirian di semesta ini. Saya berharap bisa berbagi tentang pengalaman itu. Saya berharap agar setiap orang jika bahkan untuk sesaat pun bisa merasakansuatukekaguman dan kerendahan hati danjugaharapan." -- Dr. Eleanor "Ellie" Arroway (Contact, 1997)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun