Senja ini kita berpisah. Tak ada lagi senja yang dapat kita habiskan bersama. Tak ada mentari yang tenggelam di balik rimbun pepohonan. Tak ada atau bahkan tak kan ada lagi kita, aku dan kau. Dan tak ada ... sungguh tak ada lagi.Â
Serta merta kupinjam telepon genggam Mama untuk menelponnya. Tak kuasa bersabar untuk tak mendengar suaranya. Setelah menelpon beberapa menit hanya tuk sekedar bertanya sudah sampai mana perjalanannya, aku kembalikan telepon genggam Mama dan hatikupun tenang.
Liburan dua minggu yang paling lama kurasakan tanpa kehadirannya.
Kugonta -- ganti channel TV. Tidak ada acara yang menarik. Tiba -- tiba di layar kaca muncul newsflash tentang sebuah kecelakaan di tol Cipularang. Sebuah mobil avanza putih remuk bagian depannya menabrak portal akibat tersenggol bus berkecepatan tinggi. Seketika aku terhenyak. Kupandangi layar berwarna -- warni di hadapanku tanpa kedip. Kupanggil Mama yang sedang asyik merenda dan kupinjam telepon genggamnya. Kuhubungi nomer yang tadi siang masih setia mengirimkan suara merdunya sampai ke telingaku. Kali ini tidak ada nada sambung. Sunyi. Kucoba berulang --ulang. Harapku membumbung tinggi ingin bertemu dengannnya lagi Minggu ini.
Satu jam berlalu tanpa ada kabar dari Kirana. Newsflash terbaru menyampaikan bahwa korban kecelakaan tersebut adalah seorang laki--laki, seorang wanita, dan dua anak perempuan usia SMP dan SMA. Keluarga Sasmito. Jelas terdengar nama itu menabrak gendang telingaku. Terpampang nama--nama mereka di layar TV. Tak bisa disangkal lagi. Aku limbung. Kiranaku. Dia tak ada lagi di dunia ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H