Mohon tunggu...
Fredeswinda Wulandari
Fredeswinda Wulandari Mohon Tunggu... Guru - pencinta fantasi

Penyuka kopi, Harry Potter, dan cerita fantasi. Melamunkan yang akan datang dengan harapan akan dijamah Sang Pemilik Semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tumpukan Kata Usang yang Minta Dikenang (Bagian 3)

24 Januari 2023   13:25 Diperbarui: 24 Januari 2023   13:28 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senja ini kita berpisah. Tak ada lagi senja yang dapat kita habiskan bersama. Tak ada mentari yang tenggelam di balik rimbun pepohonan. Tak ada atau bahkan tak kan ada lagi kita, aku dan kau. Dan tak ada ... sungguh tak ada lagi. 

Serta merta kupinjam telepon genggam Mama untuk menelponnya. Tak kuasa bersabar untuk tak mendengar suaranya. Setelah menelpon beberapa menit hanya tuk sekedar bertanya sudah sampai mana perjalanannya, aku kembalikan telepon genggam Mama dan hatikupun tenang.

Liburan dua minggu yang paling lama kurasakan tanpa kehadirannya.

Kugonta -- ganti channel TV. Tidak ada acara yang menarik. Tiba -- tiba di layar kaca muncul newsflash tentang sebuah kecelakaan di tol Cipularang. Sebuah mobil avanza putih remuk bagian depannya menabrak portal akibat tersenggol bus berkecepatan tinggi. Seketika aku terhenyak. Kupandangi layar berwarna -- warni di hadapanku tanpa kedip. Kupanggil Mama yang sedang asyik merenda dan kupinjam telepon genggamnya. Kuhubungi nomer yang tadi siang masih setia mengirimkan suara merdunya sampai ke telingaku. Kali ini tidak ada nada sambung. Sunyi. Kucoba berulang --ulang. Harapku membumbung tinggi ingin bertemu dengannnya lagi Minggu ini.

Satu jam berlalu tanpa ada kabar dari Kirana. Newsflash terbaru menyampaikan bahwa korban kecelakaan tersebut adalah seorang laki--laki, seorang wanita, dan dua anak perempuan usia SMP dan SMA. Keluarga Sasmito. Jelas terdengar nama itu menabrak gendang telingaku. Terpampang nama--nama mereka di layar TV. Tak bisa disangkal lagi. Aku limbung. Kiranaku. Dia tak ada lagi di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun