Mohon tunggu...
Freddy
Freddy Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Bisnis - Pembicara - Penulis - Aktifis

Better is not enough. The best is yet to come

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Menjaga Kota Bekasi, Kota Penuh Keberagamanan nan Elok

7 November 2024   17:32 Diperbarui: 11 November 2024   08:51 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Bekasi (Sumber: DPRD Kota Bekasi via KOMPAS.com)

Tidak penting apapun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu - Gus Dur

Kasus intoleran yang terjadi di Indonesia terus saja terjadi. Baru-baru ini kita mendapat kabar terjadi penolakan terhadap rumah ibadah kembali terjadi di Kota Cirebon, Jawa Barat. Sejumlah warga di Kelurahan Pegambiran, Kota Cirebon menolak pendirian gereja yang menggunakan bangunan gudang di wilayah mereka. 

Pendirian gereja tersebut sebenarnya sudah mendapat rekomendasi dari lurah hingga Kementerian Agama. Yang belum keluar adalah rekomendasi dari FKUB Kota Cirebon. 

Ketua FKUB Kota Cirebon menyampaikan bahwa FKUB belum bisa mengeluarkan rekomendasi karena pihaknya masih mempertimbangkan konduktivitas di tengah masyarakat. Ketua FKUB Kota Cirebon berharap agar masyarakat sudah saatnya berpikir lebih luas untuk menerima perbedaan-perbedaan yang ada. 

Kota Cirebon sendiri berdasarkan riset yang dikeluarkan oleh SETARA Institue, di Tahun 2023 memang mengalami kemerosotan dalam Indeks Kota Toleran di Indonesia. Apabila di Tahun 2022, Kota Cirebon berada di posisi ke-27 sebagai Kota Toleran, di Tahun 2023, peringkat Kota Cirebon turun drastis ke posisi 46. 

Ditambah dengan kejadian di Kelurahan Pegambiran ini, kalau tidak ditangani dengan baik, tidak tertutup kemungkinan dapat mengakibatkan posisi Kota Cirebon kembali melorot dalam Indeks Kota Toleran di Indonesia di Tahun 2024.


Kota beragam dan rukun itu bernama Kota Bekasi

Sementara Kota Cirebon mengalami kemerosotan dalam Indeks Kota Toleran dari Tahun 2022 ke tahun 2023, Kota Bekasi sebaliknya justru mengalami peningkatan, yaitu dari Posisi Kota Toleran ke-3 di Tahun 2022 menjadi Kota Toleran ke-2 di Tahun 2023.

Peningkatan ini tentu nya terjadi berkat kerja keras dari Pemerintah Kota Bekasi yang terus menerus berupaya menjadi Kota Bekasi sebagai kota yang nyaman dan aman bagi seluruh warganya yang penuh dengan keberagaman. 

Kalau ditelisik ke belakang, pada Tahun 2015, Kota Bekasi pernah menempati peringkat ke-93 dari 94 Kota, atau dengan kata lain, pada Tahun 2015 Kota Bekasi merupakan Kota Intoleran ke-2 di Indonesia. 

Pemerintah Kota Bekasi memegang peranan penting untuk mengubah predikat Intoleran ke-2 menjadi Kota Toleran ke-2 di Indonesia sekarang.

Kalau diingat kembali, pada Tahun 2017 di Kota Bekasi pernah terjadi aksi besar penolakan masyarakat atas pembangunan Gereja Santa Clara di Kecamatan Bekasi Utara yang berakhir ricuh dan menyebabkan bentrokan antara demonstran dengan polisi. 5 anggota polisi dan sejumlah demonstran terluka saat itu. Bahkan Kabag Ops Polres Bekasi Kota saat itu, AKBP Aslan Sulastomo menderita luka robek di bagian bibir setelah terkena lemparan batu para pendemo.

Namun Wali Kota Bekasi saat itu, Rahmat Effendi, tidak mundur dan menegaskan komitmen nya untuk memastikan seluruh warga Kota Bekasi mendapatkan hak kebebasan beragama dan berkeyakinan.

"Kota Bekasi memiliki daya tarik tersendiri karena masyarakatnya memiliki latar belakang yang berbeda. Keberagaman dan kearifan lokal adalah aset untuk membangun suatu daerah"tegas Rahmat Effendi. 

Bahkan di depan para demonstran, Rahmat Effendi dengan berani berkata : "Lebih baik kepala saya ditembak daripada saya harus mencabut IMB gereja tersebut, karena IMB itu sudah sesuai dengan hukum yang berlaku".

Upaya dan kerja keras Rahmat Effendi membuat perubahan total yang membawa Indeks Kota Toleran di Kota Bekasi terus meningkat, dan disempurnakan oleh penerusnya, Tri Adhianto hingga berhasil bertengger di Posisi ke-3 dan terus meningkat di Tahun 2023 menjadi posisi ke-2.

Kepala daerah memang memegang peranan penting dalam menentukan ke arah mana daerah nya akan dibawa. Apakah menjadi Kota Toleransi atau Kota Intoleran.

Dalam Acara Dialog Nasional Pemerintah Kota sebagai Pilar Penting Toleransi yang diselenggarakan Tanggal 30 September 2021, Menteri Dalam negeri, Tito Karnavian menegaskan bahwa Pemerintah Kota merupakan Pilar Utama merawat toleransi antar umat beragama.

Kerukunan dan segala kemajuan kota dapat hancur seketika jika tidak ada konsistensi dan keseriusan mengawal nya. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan dan produk hukum harus terhindar dari kebijakan diskriminatif.

Kota Bekasi sebagai kota keragaman yang elok

Bilamana di masa lalu Kota bekasi dianggap sebagai kota terbelakang yang lokasi nya antah berantah hingga muncul meme Kota Bekasi adanya di planet lain, kini Kota Bekasi sudah jauh berkembang dan berbeda.

Kota Bekasi sekarang ibarat gadis cantik yang diperebutkan pria. Selain berhasil merubah predikat sebagai Kota Intoleran ke-2 menjadi Kota Toleran ke-2, Kota Bekasi semakin elok dengan PRDB (Produk Regional Domestik Bruto) yang yang besar. 

Badan Pusat Statistik mengumumkan bahwa PRDB Kota Bekasi pada Kuartal 2 Tahun 2024 mencapai Rp 279 Triliun, terbesar di Jawa Barat, menyalip PRDB Kota Bandung sebesar Rp 221 Triliun, yang notabene Bandung adalah Ibu Kota Provinsi Jawa Barat.

 Kota Bekasi berhasil menjadi kota terkaya di Jawa Barat berkat kontribusi dari Sektor Industri, Perdagangan dan Jasa. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Bekasi di Tahun 2022 juga mendapat penilaian SANGAT TINGGI dengan nilai 82,46.

Selain memiliki PRDB terbesar di Jawa Barat, Kota Bekasi juga memiliki penduduk yang lebih beragam dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Berdasarkan Sensus penduduk Tahun 2020, penduduk Kota Bekasi terdiri dari Jawa (523.740), Betawi (473.309), Sunda (331.117), Batak (78.149), Minangkabau (50.779), Tionghoa (13.476), Banten (5.899), Cirebon (4.622) dan lainnya (176.421). 

Demikian juga dengan keberagaman agama di Kota Bekasi. Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat Tahun 2023 menunjukkan bahwa Kota Bekasi memiliki jumlah penduduk non muslim terbanyak di Jawa Barat, yaitu sebesar 11,20%, dibandingkan dengan data jumlah penduduk non muslim di Provinsi Jawa Barat di angka 2,64%.

Selain Kota Bekasi, 5 kota lainnya di Jawa Barat yang memiliki populasi penduduk non muslim adalah: Kota Bandung = 7,71%, Kota Depok = 6,78%, Kota Bogor = 6,57%, Kota Cirebon = 6,49% & Kota Cimahi = 5,63%.

Di Kota Bekasi juga terdapat Kampung Sawah di Jati Murni, yang mendapat predikat sebagai Kampung Pancasila. Warga Betawi di daerah tersebut, yang kerap melabeli diri mereka sebagai Betawi Pinggiran dan mayoritas beragama Katolik, hidup berdampingan dengan rukun dan damai dengan warga dari agama lain, seperti Muslim, Kristen dan Buddha. 

Kampung Sawah bahkan kerap dijadikan bahan referensi mengenai kerukunan antar umat beragama serta telah diliput oleh banyak media televisi nasional. 

Baru-baru ini, Kampung Sawah kembali mendapat kehormatan menerima santri-santri dari berbagai daerah di Indonesia untuk mengalami indah nya hidup dalam keberagaman di Kampung Sawah. 

Para santri selama di Kampung Sawah, berdiam di rumah-rumah warga yang beragama non muslim. Kegiatan ini sangat positif untuk membangun dan menjaga keberagaman yang dimiliki negara tercinta kita. 

Kita semua pasti berharap agar, di daerah daerah lain juga lahir "Kampung Sawah" baru dimana keberagaman dihargai sebagai kekayaan bangsa, bukan alat pemecah belah.

Dokpri
Dokpri

Kota Bekasi kini

Kota Bekasi kini memang sudah sangat berbeda dengan Kota Bekasi di masa lalu. Pembangunan baik yang dilakukan oleh Pemkot Bekasi maupun swasta tumbuh pesat 10 tahun belakangan ini.

Kalau 10 tahun lalu orang kaya di bekasi memilih rekreasi ke mall premium yang ada di Jakarta, kini Kota Bekasi sudah memiliki banyak pilihan mall premium, mulai dari Grand Metropolitan Mall, Grand Galaxy Park, hingga Mall Sumarecon Bekasi. 

Dan di akhir Tahun 2024 ini juga siap beroperasi mall premium baru di Kota Bekasi yang dibangun oleh Raksasa Properti Grup Pakuwon (Mall Pakuwon Bekasi) yang berlokasi di Jalan Raya Pekayon.

Untuk sarana transportasi umum dari Kota Bekasi ke Kota Jakarta, selain Kereta KRL Komuter dan Bus TransJakarta, juga telah hadir kereta LRT yang nyaman. Kota Bekasi juga dapat menikmati pembangunan Jalan Tol yang menghubungkannya ke Kota Jakarta, melalui Tol Becakayu. 

Di dekat Bekasi Utara juga masyarakat nya kini bisa menikmati Jalan Bebas Hambatan yang menghubungkan Daerah Harapan Indah dari Jalan Sri Sultan Hamengkubuwono IX menuju Kelapa Gading dan Sunter. Kemudian di wilayah Tenggara Kota Bekasi, Kecamatan Bantar Gebang juga dilalui atau berada di dekat pintu keluar JORR 2. 

Semua konektivitas Jalan Tol dan LRT, membuat akses keluar masuk ke Kota Bekasi menjadi semakin mudah dan banyak pilihan. Sementara itu di dalam Kota Bekasi, kini juga terdapat antara lain fly over Ahmad Yani dan Underpass Bulakkapal yang dapat membantu mengurai kemacetan. 

Selain kemudahan warga Kota Bekasi ke Kota Jakarta, warga Kota Bekasi kini juga bisa bepergian ke Kota Bandung dengan nyaman dan mudah menggunakan Kereta Cepat Whoosh melalui Stasiun Whoosh Halim.

Perjalanan menuju Stasiun Whoosh halim bisa ditempuh dengan menggunakan LRT yang memiliki stasiun perhentian di Jati Bening, Cikunir 1, Cikunir 2, Bekasi Barat dan Jati Mulia.

Masif nya kehadiran infrastruktur jalan maupun transportasi umum LRT yang nyaman di Kota Bekasi, situs berita Tempo.co dan Medcom.id melaporkan bahwa harga rumah di Kota Bekasi di Tahun 2023 mengalami kenaikan tinggi sebesar 5,3% (tertinggi ke-3 di Indonesia).

Pilkada Kota Bekasi 2024 & Harapan Keberlanjutan

Semua pencapaian yang telah diraih Kota Bekasi berkat kerja keras para walikota sebelumnya tentu diharapkan terus berlanjut bahkan ditingkatkan lagi. Mulai dari Predikat Kota Toleran Ke-2 (Tahun 2023), PRDB terbesar di Jawa Barat (Kuartal 2 Tahun 2024), hingga pembangunan sarana-prasarana, serta infrastruktur di Kota Bekasi.

Oleh sebab itu sangat wajar kalau warga Kota Bekasi sangat berharap agar pembangunan dan pencapaian yang telah diraih bisa terus dilanjutkan serta ditingkatkan.

Oleh sebab itu warga memandang penting Pilkada Kota Bekasi yg akan diadakan di Tanggal 27 November 2024 ini guna memilih Walikota dan Wakil Walikota yang dianggap mampu memenuhi harapan warga.

Dari semua permasalahan dan PR yang dimiliki Kota Bekasi, penulis secara khusus memberikan penekanan pada isu toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Kota Bekasi. Pertimbangan penulis ada 3 :

1. Kota Bekasi memiliki demografi kependudukan yang lebih beragam.

2. Kota Bekasi memiliki jumlah penduduk non muslim terbesar di Jawa Barat

3. Warga Kota Bekasi menikmati kedamaian sebagai hasil pencapaian sebagai Kota Toleran ke-2

Dengan demikian sangat penting bagi Kota Bekasi untuk memiliki pemimpin yang mampu mengayomi seluruh warga nya yang berasal dari berbagai suku, ras dan agama. 

Jangan lupa, bahwa kerukunan dan segala kemajuan kota dapat hancur seketika, apabila kerukunan warga tidak terjaga dengan baik. Kita bisa melihat keterkaitan roda pembangunan dengan tingkat toleransi dan kerukunan yang telah terjadi di salah satu kota di Jawa Barat sebagai bahan referensi.

Selama beberapa tahun berturut-turut, Kota De*** mendapat predikat sebagai Kota Paling Intoleran berdasarkan hasil riest yang dilakukan oleh Setara Institute. Terlihat tidak ada upaya sama sekali dari Pemerintah Daerah kota tersebut untuk melakukan perbaikan.

Pada Tahun 2023, seorang Guru Besar Psikologi Politik UI bahkan menilai Kota De*** tidak mengalami kemajuan yang berarti selama 20 tahun dipimpin oleh kepala daerah dari partai politik tertentu. 

Menurut Guru Besar UI tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan perkembangan Kota De*** terasa jalan di tempat karena sifat ke-eksklusifan partai yang memenangkan pilkada di kota tersebut.

"Partai tersebut hanya menggerakkan orang-orang yang se-ide dengan dia, seiman dan seideologi dengan dia. Faktanya memang begitu " ujar Guru Besar UI tersebut. Padahal menurut Guru Besar UI tersebut, Kota De*** tidak kekurangan sumber daya manusia yang unggul. (sumber berita : news.republika.co.id).

Masalah kemacetan, bisa diatasi melalui pengadaan transportasi massal yang nyaman serta penambahan jalan. Masalah korupsi, akhir akhir ini banyak ditangkap Kepala daerah ataupun Kepala Dinas yang terbukti melakukan korupsi. Masalah penilaian WDP? Jangan lupa banyak kepala daerah yang tertangkap korupsi padahal daerahnya yang memiliki nilai WTP berturut turut dari BPK. 

Bahkan Bupati Bogor saat itu, Ade Yasin, tertangkap tangan KPK karena berupaya menyuap anggota BPK untuk mendapatkan penilaian WTP. 

Masalah Integrasi Data, bisa melalui koordinasi dan membangun pusat data di Kotamadya / Kabupaten. Masalah pemanfaatan potensi daerah bisa dikerjakan sesuai dengan ketersediaan anggaran.

Namun masalah kedamaian dan kerukunan antar umat beragama, tidak bisa diciptakan dengan cara bagi-bagi dana uang kepada seluruh pengurus tempat ibadah dan janji manis belaka.

Kota Bekasi tidak mungkin bisa mendapat predikat Kota Toleransi ke-2 apabila hanya dilakukan dengan cara membagi uang kepada pengurus tempat ibadah semua agama. Butuh komitmen dan tekad dari Walikota Bekasi, sebagaimana yang telah dilakukan walikota terdahulu: Rahmat Effendi dan Tri Adhianto. 

Sangat mudah sekali mengetahui apakah Calon Walikota yang dipilih memang mampu menjaga dan meningkatkan kerukunan antar umat beragama yang telah tercipta di Kota Bekasi. Tinggal buka rekam jejak digital masing-masing calon walikota yang maju di Pilkada Kota Bekasi 2024 ini. 

Apakah calon walikota tersebut pernah mengucapkan Selamat Hari Raya kepada umat beragama lain? Kalau mengeluarkan ucapan hari raya agama lain saja tidak mampu, bagaimana mungkin kita masih bisa mengharapkan datangnya keadilan dari calon walikota tersebut kepada agama-agama lain? Bagaimana calon walikota tersebut bisa menjaga kerukunan kalau dia sendiri tidak peduli dengan hari raya agama lain?

Satu hal juga yang menjadi ganjalan penulis, dalam Acara Debat Pilkada Kota Bekasi Tanggal 1 November 2024 yang diselenggarakan di Kompas TV, mengapa hanya Tri Adhianto (Paslon RIDHO) yang mengucapkan salam 5 agama? Mengapa Paslon No. 1 dan No. 2 tidak mampu mengucapkan salam 5 agama yang menjadi lambang keberagaman dan persatuan Indonesia?? 

Ada yang tahu kenapa?

Ayo cerdas dengan memilih Calon Walikota yang telah memahami secara detail permasalahan Kota Bekasi dan memiliki komitmen menjaga kerukunan antar umat beragama di Kota Bekasi tercinta ini. Bukan yang hanya bisa mengadakan sayembara uang atau bagi-bagi uang APBD Kota Bekasi.

Salam rukun,

Freddy Kwan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun