Walaupun demikian, Tuhan akan memberikan pengertian [pengetahuan] dalam segala sesuatu (2 Tim 2:7) kepada manusia. Pengetahuan afektif memiliki peran penting dalam meng-counter dosa. Pengetahuan afektif berpusat pada hati nurani manusia. Hati seseorang adalah sumber dari pengetahuan dan pertimbangan seseorang (lih. Luk 5:22). Hati juga adalah pusat kehidupan seseorang, khususnya coram Deo (lih. Mat 5: 8; Mrk 8:17; Kis 4:32, 16:14; 1 Kor 14:25).[8]
Â
Manusia memperoleh pengetahuan tentang Tuhan melalui proses pewahyuan. Manusia memperoleh pengetahuan (pengenalan) tentang Allah berdasarkan wahyu yang ditemukan dalam alam semesta. Sumber pengenalan ini lebih kuat (Rom 1:19). Melalui pewahyuan ini, manusia menemukan kembali kepercayaan kepada sifat-sifat tertentu yang dimiliki Tuhan, seperti kemahakuasaannya. Gagasan ini diperkuat melalui kutipan Kitab Suci, seperti Mzm 19:2 dan Kis 14:17. Hal ini berati bahwa Allah secara kontinuitas menyatakan diri-Nya dalam pekerjaan dan perbuatan-Nya. Jadi, dalam keadaan keberdosaan manusia, kemampuan kognitif masih berfungsi untuk menghasilkan kepercayaan tertentu yang benar tentang Tuhan berdasarkan wahyu-Nya di alam.
Â
Selain itu, Tuhan menanamkan senjata rahasia-Nya pada setiap manusia dengan memberikan Penolong yang lain, yaitu Roh Kebenaran (Yoh 14:16-17). Roh Kebenaran itu tinggal bersama dengan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya kerja sama antara manusia dan Roh Kebenaran itu agar manusia tetap konsisten menjaga martabatnya sebaga imago Dei melalui tindakan-tindakannya yang menggambarkan tindakan Allah.
Â
Penutup: Jalan Pulang yang Indah
Manusia harus selalu sadar akan kodrat dirinya sebagai imago Dei yang diciptakan dengan penuh cinta. Karena itu, manusia perlu memancarkan keindahan manusiawinya yang sejati. Dalam proses mencari dan memancarkan Allah, manusia bisa jatuh dalam dosa. Dosa menyerang pikiran dan menjalar hingga ke hati manusia. Oleh karena itu, manusia tidak hanya sekedar memancarkan keindahan Sang Pencipta, dalam hidupnya manusia akan terus menerus mencari dan melalui proses melatih hati nurani dan melalui ‘metanoia’ (penyesalan dari dosa) agar sampai pada kesatuan dengan Allah. Dengan demikian, itulah gambaran wujud manusia yang sesuai dengan kodratnya, yakni mahkluk yang memancarkan keindahan sekaligus mencari sumber pancaran keindahan, yaitu Allah dengan menyusuri jalan pulang yang indah.
Sumber Bacaan:
Nadeak, Largus. Topik-topik teologi Moral Fundamental: Memahami Tindakan Manusiawi dengan Rasio dan Iman. Medan: Bina Media Perintis, 2015.
Peels, Rik. Sin and Human Cognition of God. [tanpa tempat]: Scottish Journal of Theology, 2011. (https://www.researchgate.net/publication/231786651_Sin_and_human_cognition_of_God).