Dosa mempengaruhi Akal Budi Manusia
Salah satu unsur integral manusia dalam mempertanggungjawabkan tindakannya ialah unsur pengetahuan (tahu). Dalam unsur ini, akal budi memiliki peran yang penting dalam unsur pengetahuan. Akal budi menyelubungi keseluruhan keadaan pikiran manusia. Dosa juga mempengaruhi akal budi manusia. Dalam hal ini, Rik Peels menampilkan tiga cara dosa mempengaruhi akal budi manusia, yaitu:
Pertama, dosa mempengaruhi kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif dalam konteks ini ialah kemampuan manusia untuk memahami yang baik dan jahat. Lebih tepatnya, dosa menyerang mekanisme mental seseorang yang mengakibatkan seseorang tersebut kehilangan kemampuan kognitif. Kedua, dosa menghilangkan pengetahuan khusus, atau ketidakpercayaan. Salah satu bentuknya ialah hilangnya keyakinan bahwa Allah itu ada. Ketiga, dosa mempengaruhi sisi afektif manusia. Dosa berusaha menghapus Allah dalam hati manusia atau mematikan kepercayaan manusia terhadap Allah. Sampai dengan cara ini, manusia telah berada di tingkat terendahnya sebagai imago Dei. Dengan kata lain, dosa berusaha untuk membunuh rahmat Allah dalam diri manusia.
Jadi, dosa mengakibatkan manusia kehilangan kepercayaan yang benar tentang Tuhan. Manusia gagal mempergunakan pengetahuan (akal budi) yang dimiliki oleh dirinya untuk mengenal Tuhan. Dosa yang menyerang akal budi manusia ini membuat manusia jatuh pada kekosongan dengan membuang gambar Allah dalam akal budinya yang kemudian menjalan ke hatinya pula.
Counter-Attack: Upaya untuk mengenal Allah kembali
Dalam doa yang diajarkan oleh Yesus Kristus, ada penggalan kalimat yang berbunyi, “... dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskan kami dari pada yang jahat.” (Mat 6:13). Pada kalimat tersebut terdapat kata “yang jahat”. Arti dari “yang jahat” adalah keinginan manusia untuk berbuat dosa atau kecenderungan manusia untuk melanggar hukum ilahi. Dosa itu menelurkan murka Tuhan. Murka Tuhan dimanifestasikan dalam terdegradasinya moral dan maraknya kejahatan manusia.