Mohon tunggu...
Franz Emanuel
Franz Emanuel Mohon Tunggu... Mahasiswa - TanaAi Boy

baik menjadi penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Konsep Allah Menurut Baruch Spinoza

26 Maret 2021   20:05 Diperbarui: 26 Maret 2021   20:07 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setelah mengetahui konsep Allah muncul pertanyaan di sini yakni mengapa Allah oleh Spinoza disebut sebagai substansi tak terhingga? Spinoza menjelaskan bahwa  tak terhingga berarti tak dapat dihitung atau tidak ada ujungnya. Ia mengatakan bahwa Allah juga memiliki sifat-sifat lainnya yang tidak terbatas jumlahnya, karena Dia tidak terbatas pada setiap aspeknya; tetapi sifat-sifat lain tersebut tidak dapat diketahui. Di sinilah letak ketakberhinggaan dari Allah. Allah merupakan sebuah substansi yang bukan person atau personal. Ketakberhinggaan Allah juga tampak di mana akal budi manusia tidak mampu menjelaskan secara pasti seperti apa substansi atau Allah itu. 

  1. Refleksi Kritis tentang Allah Spinoza versus Allah Kristiani

Spinoza dan ajaran Krisitiani sama-sama mengakui bahwa Allah itu satu, tunggal, esa. Namun perbedaannya adalah Allah orang Kristiani dan agama-agama monotheis lainnya adalah Allah personal. Allah dalam pandangan Spinoza adalah Allah yang tidak personal sebab personal itu adalah ciri khas manusia. Dalam ajaran Kristiani adalah Allah yang menciptakan alam semesta dan segala isinya. Pandangan Spinoza juga selaras dengan keyakinan Kristiani tentang Allah yang menciptakan segala sesuatu yang ada.

Menurut filsafat Kristiani, setiap orang secara Individual bersifat mutlak artinya Allah mencintai individu secara pribadi dan menghendaki mereka tanpa kenal batas waktu.dan keyakinan Kristen dengan salah satu contohnya misalnya mengenai kehidupan setelah kematian oleh Spinoza tidak mempunyai pendasaran. Spinoza menolak adanya kehidupan setelah kematian. Mengapa? Karena kehidupan setelah kematian mengandaikan bahwa jiwa manusia bersifat kekal. Hal ini ditolak Spinoza karena manusia itu hanyalah modus Allah dan oleh karena itu ia (manusia) tidak abadi dan tidak mutlak pada dirinya sendiri. Manusia bergantung sepenuhnya pada Allah. Dengan pendasaran itu pula, Spinoza tidak mengakui adanya surga dan neraka, sebagaimana diyakini dalam ajaran Kristiani dan agama-agama monotheis lainnya.

  1. Penutup

Tentang Allah atau substansi yang tak terbatas, Spinoza telah menyatakan bahwa hanya ada satu substansi. Substansi itu adalah sesuatu yang berdiri sendiri, yang tidak juga bergantung pada sesuatu yang lain. Substansi itu adalah Allah, Dia yang esa, dan yang tak memiliki batas atau mutlak. Dunia dan segala sisinya tidak dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada substansi. Artinya bahwa substansi yang satu itu berada di dalam segala sesuatu yang beranekaragam itu.

Daftar Pustaka

Hardiman,Budi. Filsafat Modern: Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia, 2004.

Rahman, Masykur Arif. Buku Pintar Sejarah Filsafat Barat. Yogyakrta: IRCiSoD, 2013.

Russel, Betrand Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Kanisius, 2004.

Suseno,Franz-Magnis. Menalar Tuhan. Yogyakarta: Kanisius, 2006.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun