/Bapak masih sibuk dengan tujuh puluh kali tujuh kali. Mama sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya pada meja perjamuan. Sepotong roti dipecah-pecah. Sebagian anggur tumpah di luar Gereja. Berlepotan di atas tubuh anak-anaknya yang lapar dosa/.
Sekali lagi, Mikhel menulis puisi ini tepat ketika terjadi pemboman tiga Gereja di Surabaya oleh para teroris. Penyair sangat cerdas menyandingkan yang sakral dan profan, di mana ia berusaha keluar dari teks kitab suci yang adalah sakral lalu meletakan teks itu pada peristiwa yang profan (aksi buta terorisme). Lantas perihal pengampunan yang tertera dalam Kitab Suci pada umumnya merupakan sebuah persitiwa yang sungguh sakral.Â
Pengampunan memang datang dari Allah yang bernisiatif mencari domba yang sesat. Tetapi jika tidak ada respon dari manusia, maka pengampunan tidak akan terjadi. Singkatnya tidak ada pengampunan tanpa ada penyesalan dan pembaharuan hidup.Â
Pertanyaanya, apakah para teroris (yang belum tertangkap) menyesali perbuatan mereka? Kita tidak tau. Lalu apakah kita masih sibuk dengan tujuh puluh kali tujuh kali seperti yang penyair sentil dalam puisinya?
/Mama sedang menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya pada meja perjamuan. Sepotong rotih pecah-pecah. Sebagian anggur tumpah di luar Gereja. Berlepotan  di atas tubuh anak-anak yang lapar dosa/.
Pada bagian akhir puisinya, Mikhel menganalogikan tubuh para korban pemboman dengan roti-roti yang pecah. Lalu anggur yang tumpah di Gereja adalah darah parah korban. Penyair mendasari puisinya pada dogma serta teks kitab Suci. Dari teks penyair melihat konteks.
Puisi "Anggur Tumpah di Luar Gereja" tidak sekedar mengugat Tuhan (perihal pengampunan yang muskil) tetapi juga mengugah iman akan Tuhan yang hanya tentu bisa dimengerti oleh iman. Selamat merenung bersama puisi penyair...
*Anciss Mura merupakan nama pena dari Fransiskus Mura. Pria kelahiran Diawatu-Flores 13 April ini merupakan peminat sastra khususnya puisi. Beberapa puisinya pernah diterbitkan di beberapa buku antologi bersama  dan beberapa media cetak dan online.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H