Paradigma dalam pengetahuan umum biasanya terdiri dari 3 jenis paradigma, yaitu paradigma positivisme, paradigma konstruktivisme dan paradigma pragmatisme yang nantinya akan menjadi dasar cara pandang selanjutnya (Astuti, 2022:20).
Sedangkan paradigma dalam film, akan menggunakan konsep yang sama hanya saja lebih spesifik pada narasi film yang diproduksi.Seperti fungsinya yaitu untuk melihat pesan yang disampaikan dalam film, memfokuskan analisis dari film.
Serta untuk mengetahui aturan-aturan yang harus diikuti dalam menginterpretasikan sebuah film. Paradigma yang khusus dalam film adalah Paradigma Fungsionalisme, Paradigma Empirisme, Paradigma Fenomenologi, dan Paradigma Kritis (Astuti, 2022:20).
Empat Paradigma Khusus Dalam Film
Paradigma Fungsionalisme, yang memandang masyarakat adalah suatu sistem yang saling berkaitan. Paradigma ini meyakini bahwa masyarakat berubah secara evolusioner (Astuti, 2022:20).
Paradigma Empirisme, artinya segala pengetahuan bersumber dari pengalaman manusia. Dengan ciri-ciri adanya bukti empiris, mengutamakan fakta-fakta di lapangan, dan pengetahuan berasal dari pengalaman sehingga inderawi merupakan pengenalan yang paling jelas dan sempurna (Astuti, 2022:21).
Paradigma Fenomenologi, mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Pengkajian mengeksplorasi pengalaman manusia untuk melihat persepsi, pemikiran, kemauan dan keyakinan. Dapat menjelaskan fenomena perilaku manusia yang dialami dalam kesadaran (Astuti, 2022:22).
Paradigma Kritis, menyatakan ilmu sosial sebagai suatu proses yang secara kritis mengungkapkan the real structures di balik struktur nyata yang terlihat, dengan harapan menciptakan kesadaran sosial yang dapat memperbaiki kondisi kehidupan manusia (Astuti, 2022:22)
Paradigma Dalam Film Olga dan Sepatu Roda, dan Mariposa
Pendapat saya, Film Olga dan Sepatu Roda (1991), merupakan film yang diproduksi dengan menggunakan Paradigma Fenomenologi. Karena Film ini mendeskripsikan sekaligus mempelajari manusia sebagai suatu fenomena.
Film ini juga melihat persepsi, pemikiran, kemauan, serta keyakinan yang dimiliki tokoh utama. Tokoh utama diceritakan memiliki semangat menjadi pemain sepatu roda yang profesional dengan memenangkan perlombaan nasional.
Tokoh utama yaitu Olga memiliki kemauan untuk membeli sepatu roda baru, namun karena harus mendapatkanya secara mandiri, membuat Olga bertekad untuk bekerja menjadi penyiar radio.Â
Film ini juga mendeskripsikan secara sadar tentang fenomena yang terjadi terhadap masyarakat Indonesia pada jaman itu yang sedang senang-senangnya menggunakan sepatu roda, yang bahkan tidak hanya anak laki-laki saja melainkan perempuan juga.