"Eh, kamu kok diam saja?" tanya Lipuri kepada Liri sambil tersenyum.
"Aku sih tidak mau berbicara karena aku ini sabar dan pasti dipakai untuk masuk ke kantong itu!" jawab Liri bangga.
"Ya... jika dipikir-pikir, justru kalian si Liri, Si Duori, Seri, dan para bocah logam yang sering di masukkan ke kantong itu. Enak kalian dekat Tuhan terus..."
"Sedangkan kita 'kan kaum jetset  yang sering dibawa ke mall, ke bioskop, diskotik-diskotik." Sahut si Ratri sedih.
Kemudian sunyi sesaat. Karena mereka semua di ambil dari masing-masing dompet untuk di masukkan ke kantong kolekte.
Terjadilah pertemuan dengan teman-teman lama di kantong tersebut. Ternyata di sana cukup banyak teman-teman baru. Ada teman Ratri yang beberapa lembar. Sepertinya ini awal bulan. Ada Lipuri yang juga beberapa lembar. Ada si Dupuri, Sepuri. Namun yang paling banyak adalah teman satu gang Liri dan Duori. Yang paling berisik si bocah logam. Dasar bocah, Â di manapun selalu ribut termasuk di gereja.
"Hai Ratri dan Dupuri, kalian pasti berasal dari kantong Pengusaha kaya dan para dokter itu, ya?" puji si Sepuri kagum.
"Ah, nggak sih. Memang ada dari mereka yang menyerahkanku ke kantong ini. Tapi itu karena sudah tak ada makhluk seperti kalian di dompet mereka. Ada pula yang sengaja memperlihatkanku kepada orang di sebelahnya." Sahut si Ratri dan Lipuri hampir bersamaan.
"Tapi saya kagum dari sebuah keluarga, dia tidak kaya seperti yang lain. Tapi dia rela menyisihkan sebagian rejekinya untuk Tuhan!" sambung Lipuri.
" Bagaimana ceritanya?" tanya Seri dan Sepuri serta yang lainnya.