Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Uang Dalam Kantong Kolekte

16 November 2022   11:25 Diperbarui: 16 November 2022   11:39 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi uang (Dokpri)

"Eh, kamu kok diam saja?" tanya Lipuri kepada Liri sambil tersenyum.

"Aku sih tidak mau berbicara karena aku ini sabar dan pasti dipakai untuk masuk ke kantong itu!" jawab Liri bangga.

"Ya... jika dipikir-pikir, justru kalian si Liri, Si Duori, Seri, dan para bocah logam yang sering di masukkan ke kantong itu. Enak kalian dekat Tuhan terus..."

"Sedangkan kita 'kan kaum jetset  yang sering dibawa ke mall, ke bioskop, diskotik-diskotik." Sahut si Ratri sedih.

Kemudian sunyi sesaat. Karena mereka semua di ambil dari masing-masing dompet untuk di masukkan ke kantong kolekte.

Terjadilah pertemuan dengan teman-teman lama di kantong tersebut. Ternyata di sana cukup banyak teman-teman baru. Ada teman Ratri yang beberapa lembar. Sepertinya ini awal bulan. Ada Lipuri yang juga beberapa lembar. Ada si Dupuri, Sepuri. Namun yang paling banyak adalah teman satu gang Liri dan Duori. Yang paling berisik si bocah logam. Dasar bocah,  di manapun selalu ribut termasuk di gereja.

Dokpri.
Dokpri.

"Hai Ratri dan Dupuri, kalian pasti berasal dari kantong Pengusaha kaya dan para dokter itu, ya?" puji si Sepuri kagum.

"Ah, nggak sih. Memang ada dari mereka yang menyerahkanku ke kantong ini. Tapi itu karena sudah tak ada makhluk seperti kalian di dompet mereka. Ada pula yang sengaja memperlihatkanku kepada orang di sebelahnya." Sahut si Ratri dan Lipuri hampir bersamaan.

"Tapi saya kagum dari sebuah keluarga, dia tidak kaya seperti yang lain. Tapi dia rela menyisihkan sebagian rejekinya untuk Tuhan!" sambung Lipuri.

" Bagaimana ceritanya?" tanya Seri dan Sepuri serta yang lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun