Namun terus terngiang di telingaku kata-kata istriku: "Berikanlah dari kekuranganmu!"
"Berikanlah kepada orang yang lebih membutuhkannya ketika hatimu tergerak untuk memberikannya, suamiku sayang..." sambil senyumnya mengembang membuatku makin bersemangat.
"Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik kepada kita!"
"Tuhan pasti membukakan jalan-Nya pada kita!" katanya menghiburku padahal saat itu beras tinggal sekilo dan harus dimasak sekarang. Uang belanja hanya cukup untuk satu dua hari.
"Eit, jangan sembarang memberi!" kata-kata seorang tetangga yang kaya raya dan terkenal pelit.
"Kami dalam mengelola keuangan keluarga tidak seperti itu!"
"Kami menerima gaji bulanan, lalu memasukkan ke pos-pos yang ada. Ingat tabungan itu harus setengah dari gajimu. Setelah selesai barulah ke uang belanja setiap hari!"
"Misalnya sisa bagi sana-sini 50 ribu, maka uang belanja harus dibagi setiap hari seribu-seribu!"
"Bagaimana dengan makan sehari-hari? Ya kami atur, harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati: kita buat makanan harus urunan dengan tetangga. Kebetulan tetangga di sini nurut sama kami!"