Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Dari Ayahku Kutahu Kapan Diam

12 November 2022   17:17 Diperbarui: 12 November 2022   17:43 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan di mana tangan-tangan halus tak berbentuk menarikmu melalui layar gadgetmu dengan terus  dan terus menghipnotis mata dan pikiranmu, maka diam dan tutuplah matamu, jauhkan tanganmu, dekatkan jiwa dan ragamu pada Sang Illahi yang terus menerus memanggilmu!

AKU DAN RINDUKU 'TUK DIAM

 

Benar kurindu saat diam setelah semua gejolak ini hendak membakar seluruh dunia...

Di saat tangis Ananda dan pandangan ibunya nanar mengharapkan uang belanja untuk hari ini.

Tugas-tugas yang seakan terus menggerus harga diriku, seolah-olah ini mesin! Namun aku tak sanggup untuk menghindar karena kutahu ini adalah nafas hidupku yang telah kuikat dalam tetesan tinta janji!

Belum lagi wajah-wajah penuh amarah menagih janji yang kubuat sendiri, sehingga salah ini terus dan terus menggebrak jiwa dan buatku lelah berjalan...

SAAT KU RINDU WAJAH DIAM DALAM SENYUM AYAHKU

 

Saat inilah ku teringat wajah tua peluh ayahku, wajah gagah seorang prajurit negara yang terus berjuang dalam hidup dan sungguh berpegang pada janji 'tuk mengabdi tanpa pernah berkata tidak.

Wajah gagah ayahku yang selalu mengajariku memulai hari-hari dengan penuh semangat tanpa perlu berteriak! Mengajakku berlari tanpa perlu membentak! Namun buatku takut mengatakan tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun