Dan di mana tangan-tangan halus tak berbentuk menarikmu melalui layar gadgetmu dengan terus  dan terus menghipnotis mata dan pikiranmu, maka diam dan tutuplah matamu, jauhkan tanganmu, dekatkan jiwa dan ragamu pada Sang Illahi yang terus menerus memanggilmu!
AKU DAN RINDUKU 'TUK DIAM
Â
Benar kurindu saat diam setelah semua gejolak ini hendak membakar seluruh dunia...
Di saat tangis Ananda dan pandangan ibunya nanar mengharapkan uang belanja untuk hari ini.
Tugas-tugas yang seakan terus menggerus harga diriku, seolah-olah ini mesin! Namun aku tak sanggup untuk menghindar karena kutahu ini adalah nafas hidupku yang telah kuikat dalam tetesan tinta janji!
Belum lagi wajah-wajah penuh amarah menagih janji yang kubuat sendiri, sehingga salah ini terus dan terus menggebrak jiwa dan buatku lelah berjalan...
SAAT KU RINDU WAJAH DIAM DALAM SENYUM AYAHKU
Â
Saat inilah ku teringat wajah tua peluh ayahku, wajah gagah seorang prajurit negara yang terus berjuang dalam hidup dan sungguh berpegang pada janji 'tuk mengabdi tanpa pernah berkata tidak.
Wajah gagah ayahku yang selalu mengajariku memulai hari-hari dengan penuh semangat tanpa perlu berteriak! Mengajakku berlari tanpa perlu membentak! Namun buatku takut mengatakan tidak.