Mohon tunggu...
Fransisco Xaverius Fernandez
Fransisco Xaverius Fernandez Mohon Tunggu... Guru - Guru SMPN 1 Praya Lombok Tengah NTB

cita-cita menjadi blogger Kompasiana dengan jutaan pembaca, penulis motivator kerukunan dan damai sejahtera. selain penulis juga pengurus FKUB Kabupaten, Pengurus Dewan Pastoral Paroki Gereja Katolik Lombok Tengah NTB.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kejutan Malam Itu oleh Fransisco Xaverius Fernandez

2 Februari 2022   02:00 Diperbarui: 2 Februari 2022   02:11 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KEJUTAN MALAM ITU

OLEH Frans Fernandez - Praya

Tiba-tiba masuklah dering telpon ke hapeku yang mungil.

(siapa ini) dalam hatiku bertanya-tanya. Ah, ternyata hanya nomornya saja. Ya sudah kuabaikan saja.

Kemudian terdengar lagi, kulihat nomor yang sama. Belum sempat ku buka, deringnya terputus. Ya udah kutunggu. Jika berbunyi lagi maka akan ku terima panggilannya. Aku tak bisa telpon balik karena pulsaku saat itu zonk...

Lama kutunggu sampai esoknya baru tersadar ternyata deringnya tidak ada lagi. Namun begitu malam datang, telponnya kembali masuk. Langsung deh aku samber dan buka:

"Hallo selamat malam, siapa ini?"

"Selamat malam, siap ya?" iapun bertanya balik. Waktu kudengar suara itu, astaga aku langsung jatuh cinta. Begitu lembut namun tegas. Ceplas-ceplos namun sopan.

"Saya Frans. Dan mbaknya siapa?"

"Frans? Oh aku Isum. Abang dari mana?" lho berarti telpon nyasar atau apa ini ya? Aku dalam hati bertanya.

"Saya dari Praya." Jawabku singkat.

"Priok? Saya Klender. Dekat dong"

"Bukan Priok tapi Praya. Itu lho kota di Lombok NTB!" aku menjelaskan.

"Oo... Praya, kirain Tanjung Priok." Lalu terjadilah dialog yang mengasyikkan, "daerah antah berantah mana lagi tuh?"ganggunya.

Ternyata ia masih gadis dan sedang menjaga ibunya yang sakit. Akupun prihatin dan mendoakan agar lekas sembuh. Namun karena usia dan jenis penyakitnya yang menurut diagnose dokter tinggal menunggu waktu. Maka hanya mukjizatlah yang diharapkan sambil tetap merawatnya secara benar dan telaten.

Ia menceritakan dari mana ia mendapatkan nomor hapeku. Ternyata dari mantannya dari Lombok. Aku teringat dulu hapeku sering dipinjam teman dari berbagai tempat ketika kami ada pertemuan. Salah satu teman pernah meminjam tapi berbayar dong, maklum saat itu belum banyak yang memiliki hape.

Akupun menceritakan dengan sesungguhnya siapa kami ini. Aku adalah duda yang ditinggal wafat dan sekarang hidup dengan tiga pangeran.

Lama-lama benih-benih cinta bersemi di antara kami, walaupun jarak yang memisahkan. Tapi tidak apalah. Kami berjanji untuk mengenalnya dan ia mengenal keluarga kecilku.

Akhirnya tak terasa setahun berlalu, maka akupun minta kepastiannya. Ia berjanji jika sudah menyelesaikan tugasnya menjaga Ibu maka kita akan menikah. Aku bahagia. Maka akupun sempatkan berkunjung ke Jakarta, dan melihat situasi di sana. Hatiku langsung jatuh cinta dengannya dan keluarganya yang bersahaja.

*****

"Pah, jika sampai tahun ini aku masih dipercaya untuk menjaga ibu, maka ikhlaskanlah. Jangan lagi menghubungiku." Katanya saat kami saling mencurahkan isi hati di suatu malam.

Ia berkata demikian karena tahu bagaimana beratnya komunikasi jarak jauh saat itu. Kadang ada pulsa komunikasi lancar, namun sering tidak ada pulsa. Di mana harga pulsa masih mahal.

Akupun sedih mendengar ucapannya itu. Aku menguatkannya agar tetap percaya mukjizat Tuhan. Akupun berdoa agar yang terbaiklah yang terjadi. Hatiku berharap agar ibu sehat kembali sehingga bisa melihat putri kesayangannya menikah seperti yang diharapkannya.

Lalu kami tetap melakukan aktifitas masing-masing. Komunikasi berjalan lancar namun sudah agak jarang, tidak setiap malam. Akupun berdoa novena mohon yang terbaik. Yaitu kesembuhan ibu.

Tiba-tiba di suatu malam yang dingin masuklah suara telponnya. Aku melihat waktu sudah tengah malam. Waktu di mana mendekati batas penantian panjang....

"Ya sayang, ada apa?" tanyaku khawatir.

"Ibu sudah tidak ada...." Jawabnya. Lalu terdengar tangisnya. Ingin kupeluk dia dan menguatkannya. Ternyata mauku bukan mauNYA.

====

Praya , 02 Februari 2022

Guru Motivator Kerukunan dan Damai Sejahtera.

Baru belajar menulis di Kompasiana namun percaya bahwa mimpi bisa menjadi kenyataan yaitu menjadi Kompasianer sejati.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun