Mohon tunggu...
Fransisca Mira
Fransisca Mira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Student of Cognitive Science & Psychology

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Tips Wisata Ke Wina ala Kantong Mahasiswa

26 Maret 2022   08:09 Diperbarui: 26 Maret 2022   14:11 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Istana Schönbrunn siang hari di Januari, sudah gelap. Foto dokumentasi pribadi.

Januari 2019 lalu, saya mendapat kunjungan dua sahabat dari Indonesia yang ingin main ke Eropa.

Bulan Januari adalah bulan yang jelek untuk ke Eropa, karena matahari baru muncul (pun kalau dia muncul) sekitar jam 10 pagi, lalu jam 4 sore sudah kabur lagi. Akibatnya museum-museum dan tempat-tempat wisata juga biasanya lebih cepat tutup.

Namun untuk kantong mahasiswa, bulan musim dingin setelah Natal dan tahun baru membawa keuntungan harga tiket dan penginapan yang murah.

Di sini saya ingin bercerita tentang tips n tricks liburan irit ke Wina, ibukota Wina yang kaya seni dan sejarah.


Oleh-oleh kartu pos lukisan Gustav Klimt,
Oleh-oleh kartu pos lukisan Gustav Klimt, "The Kiss" yang terkenal

Pemusik klasik Mozart, Beethoven, pelukis Gustav Klimt, dan psikiater Sigmund Freud pernah tinggal di kota ini.

Tapi ingat ya, karena saya berangkat dari Cologne, Jerman, ongkos dari Indonesia ke Eropa disini belum dihitung. Juga tahun 2022 ini, setelah 2 tahun pandemi korona pasti harga-harga naik karena inflasi besar-besaran di Eropa.

Dua teman saya dapat tiket promo dari Singapore Airlines, PP Jakarta-Munich-Jakarta sekitar 650 euro atau sekitar 10 juta rupiah. Mereka mengunjungi 7 negara di Eropa dalam 14 hari.

Awalnya saya tergoda buat ikut mereka, tapi menurut saya travelling “sebanyak-banyak”nya negara tipikal orang Asia itu tidak dianjurkan. Untuk mengunjungi satu kota besar di Eropa, saya memilih minimal 3 hari, untuk benar-benar menikmati atmosfer kotanya, mengunjungi museum-museum yang menarik dan tidak hanya habis waktu di jalan.

Karena itu, jadilah saya bertemu mereka hanya di kota Wina, Austria dan Praha, Ceko.

Dari Jerman ke Wina (atau dari dan ke banyak kota-kota besar Eropa lain), transportasi yang bisa dipilih adalah bis, kereta atau pesawat.

Biasanya kemana-mana saya naik Flixbus di Eropa Barat, karena nyaman dan murah. Kereta Deutsche Bahn (perusahaan kereta Jerman) juga nyaman tapi mahalnya minta ampun (bahkan bagi sebagian orang Jerman sendiri), dan sayangnya tetap sering terlambat.

Kalau pesawat, jelas lebih tidak ramah lingkungan dan kantong. Tapi setelah analisis biaya dan manfaat, akhirnya pilihan jatuh ke pesawat, dengan maskapai Eurowings.

Alasannya, ongkos flixbus dan pesawat beda tipis, tapi dengan bis perjalanan akan sekitar 10 jam lebih lama.

Sampai di bandara Wina, kami membeli tiket transportasi umum terintegrasi dari mesin tiket yang ada di bandara. Untuk 2 hari harganya 19 euro, bisa naik bis, kereta, dan tram tidak terbatas waktu dan jarak, jenis tiket yang juga umum ditemui di kota-kota besar Eropa lainnya.

Sebenarnya beli tiket single (satu kali naik kendaraan umum dari tujuan A ke B, yang harganya tergantung jarak) juga bisa lebih murah kalau kita sudah tahu rute-rutenya, soalnya single ticket di centrum hanya sekitar 2 euro. Tapi tentunya akan lebih ribet untuk membeli tiket berkali-kali di mesin.

Oh ya, harap diingat, kalau dari bandara kita harus membeli tiket yg mencakup Bandara-Pusat kota, karena teman saya salah membeli hanya yang pusat kota (Kernzone), untungnya nggak ada pemeriksaan. Kalau ada, bisa kena denda lebih dari 50 euro.

Di Wina, tempat yang wajib dikunjungi menurut saya adalah Schloss (Istana) Schonbrunn dan Hofburg Imperial Apartment, sebuah kompleks hunian keluarga kerajaan yang sekarang jadi tempat Sisi Museum dan Silver Collection.

20190125-104731-hdr-623e64c7ba21bc7ce04fcf72.jpg
20190125-104731-hdr-623e64c7ba21bc7ce04fcf72.jpg

Hofburg dengan delmannya yang terkenal.Foto dokumentasi pribadi.

Kami membeli Sisi Ticket, tiket borongan yang mencakup seluruh tempat tersebut beserta Hofmobilien Depot, museum furnitur kerajaan yang menurut saya kurang menarik. Tiket ini bisa dipakai dalam hari yang berbeda-beda, misalnya hari ini mau ke Schönbrunn, besok mau ke Hofburg, terus bulan depan mau ke Hofmobilien, asalkan masih dalam jangka waktu satu tahun.

Beruntung dengan adanya hujan salju semalam, semua sudut istana putih dengan salju! Kalau musim seni, bahkan jauh lebih cantik karena kebun dengan bunga berwarna-warni.

Di dalamnya, setiap pengunjung mendapat audioguide, yang menjelaskan tentang silsilah, kehidupan, dan sejarah keluarga kerajaan di 40 ruangan dalam waktu sekitar 1 jam.

Tapi, kami menghabiskan sekitar 3 jam disana karena banyak foto-foto, terutama di kebun istananya yang sangat luas dan cantik. Sayangnya, di dalam istana dilarang mengambil foto.

Yang jadi highlight tentunya tentang Kaiser (Emperor/kaisar) Franz Joseph yang memerintah dengan adil dan bijaksana, sampai kerajaan Austro-Hungaria menguasai hampir seluruh Eropa, juga tentang istrinya yang sangat cantik tapi memiliki gejala depresi.

Lukisan Emperor Franz Joseph di museum. Foto dok.pri.
Lukisan Emperor Franz Joseph di museum. Foto dok.pri.
Well dressed but depressed, menggambarkan seorang Empress Elizabeth atau Sisi, yang masa kanak-kanaknya terbilang bebas dan bahagia, namun pada usia 16 tahun menikah dan harus mengikuti segala aturan kerajaan. Cerita lebih lengkap tentang Sisi bisa dilihat di Hofburg, dimana terdapat Sisi Museum.

Berbagai lukisan Empress Sisi di museum. Foto dok.pri.
Berbagai lukisan Empress Sisi di museum. Foto dok.pri.
Buat saya pribadi, hal ini membalikkan cita-cita saya sedari kecil untuk menjadi putri raja (hehe), karena kecantikan harta dan tahta, toh tidak menjamin kebahagiaan seseorang.

Terlebih, banyaknya aturan di kerajaan membuat kita tidak bebas. Contohnya Sisi kehilangan kontrol akan dirinya sendiri karena dia nggak bisa lagi jalan-jalan seperti hobi masa mudanya, harus ikut berbagai acara kerajaan, dan bahkan anaknya pun “diambil alih” oleh ibu mertuanya.

Karena itu, satu-satunya hal yang bisa ia kontrol adalah kecantikannya dan ia melakukan diet habis-habisan dan perawatan kecantikan berjam-jam sehari. Ia juga menolak difoto atau dilukis setelah menginjak usia 30 tahun.

Kematian Sisi pun tidak kalah tragis (juga kematian salah satu putranya, Rudolf), tapi karena saya tidak mau spoiler, silahkan kunjungi sendiri Sisi Museum atau tanya Mbah Google ya, Kompasianer 😊

Dari museum, kami pergi ke Hundertwasserhaus, rumah susun warna-warni instagrammable di Wina.

Hundertwasserhaus, secara harafiah berarti rumah seratus air. Foto Dok Pribadi
Hundertwasserhaus, secara harafiah berarti rumah seratus air. Foto Dok Pribadi
Dulu tempat ini adalah area kumuh (slum area) di Wina, yang disulap jadi lebih cantik oleh para seniman, dan seniman utamanya bernama Friedensreich Hundertwasser.

Di depannya ada pasar souvenir kecil, café-cafe dan stand-stand makanan.

Nah, sekarang saya akan membahas tentang budget menginap dan makan. Untuk menginap, kami cari hotel murah di booking.com.

Kalau kalian berani sekamar sama traveler lain, banyak juga backpacking hostels yang harganya sangat terjangkau.

Tapi kalau kalian berempat atau lebih, silahkan cari di booking yang sekamar berempat, itupun sudah cukup murah. Kami dapat di Hotel Meininger, di Downtown Franz: 136 euro/2 hari/ 2 malam, jadi sekitar Rp.280 ribu atau 17 euro/orang/malam. Hotelnya bagus dan kamar mandinya luas, tapi lumayan jauh (hampir 10 menit) untuk jalan ke transportasi umum terdekat, yaitu halte tram.

Selain itu, kami mencari tau apakah hotelnya punya dapur umum yang bisa dipakai semua pengunjung, biar bisa menghemat budget, jadi sebelum jalan-jalan sarapan di hotel dan setelah jalan-jalan masak dan makan malam disana.

Karena, jangan samakan dengan Indonesia yang beli makanan jadi di warung atau warteg bisa lebih murah daripada masak sendiri, di Eropa biaya tenaga kerja itu muahal banget, jadi makan di luar juga mahal.

Karena itu, untuk makanan selama di Eropa, kalau mau irit tentunya lebih baik masak sendiri. Kami sempat makan di restoran yang sederhana di Wina, satu orang habis sekitar 20 euro, mencakup main course + minum + shared dessert.

Karena kami ingin mencoba masakan khas Wina, Wiener Schnitzel, daging sapi muda yang digoreng tepung, yang ternyata rasanya kalah dengan rendang. Hati-hati, kadang Schnitzel juga bisa terbuat dari babi.

Untuk dessert, kami mencoba kue khas Wina Sachertorte, tart cokelat yang uenak banget. Ditambah Mozartkugeln atau Bola Mozart, yaitu coklat dicampur kacang pistasio, marzipan (manisan dari kacang almond), dan nougat.

Sedangkan saat masak sendiri untuk dinner, dengan kurang dari 15 euro kami sudah beli spaghetti, bumbunya, sosis, keju, dan minuman jus dari supermarket.

Kalau benar-benar nggak mau masak bisa beli makanan di Imbiss (mungkin ekuivalen warung makan di Indonesia), harga kebab sekitar 4-5 euro, seperti di Jerman. Nah waktu itu kami bela-belain ke Berliner Doner Imbiss karena katanya dia kebab terenak di Wina, tapi ternyata nggak ada tempat makan di dalam, alhasil kami berdiri di luar dan kebab yang awalnya hangat langsung dingin dalam beberapa detik.

Pemerintah Austria juga gencar menawarkan paket-paket tiket yang menarik untuk turis, misalnya Viena Card dan Vienna Pass. Apa beda keduanya?

Viena Pass menawarkan fasilitas gratis masuk ke 60 museum. Sebelum berangkat, kami sempat galau untuk memutuskan beli Vienna Pass atau enggak?

Menurut saya tiket ini baru menguntungkan kalau kalian punya waktu minimal 3 hari full atau 6 hari full di Vienna. Karena harganya beda jauh antara 1 day, 2 days, dan 3 days pass. Misalnya yang 1 day, harganya 59 euro, Sedangkan 3-day adult pass harganya 119 euro, dan 6-day 154 euro.

Tiket masuk museum berkisar 12 hingga 20an euro. Berarti tiket ini baru worth it kalau kita mengunjungi minimal 4 museum dalam 1 hari, yang mana tidak mungkin buat kami. Di hari saat kami mengunjungi Schönbrunn dan Hofburg aja, kaki saya sudah pegal dan otak udah penuh dengan banyaknya informasi baru.

Tapi, museum-museum lain tentunya nggak sebagus dan sebesar 2 tempat ini. Kalau saya nanti udah punya kerjaan bagus, rasanya ingin jalan-jalan ke Vienna lagi sama keluarga, dengan ambil tiket 3 days/6 days.

Soalnya, kemarin juga belum mengunjungi Belvedere (museum seni yang terkenal di Vienna) dan Sigmund Freud Museum, suatu kewajiban buat anak psikologi.

Selain itu awalnya BM saya juga naik Vienna Giant Ferris Wheel (semacam bianglala raksasa, kayak London Eye gitu), National Library, Danube Tower (bisa lihat Vienna dari atas), dan Madame Tussaud.

Sementara itu, Vienna Card menawarkan diskon tiket museum beserta public transportnya. Hitungnya value for money nya juga lebih ribet karena pakai persenan, jadi monggo do the math :P

Jadi, kedua kartu ini sama-sama baru menguntungkan Ketika kita punya cukup waktu, perencanaan itinerary yang matang, energi yang cukup, dan tentunya budget untuk bertahan hidup di kota Wina yang cukup mahal.

Oke, sekarang saya akan merangkum total biaya per orang yang dikeluarkan sejak menginjakkan kaki di Wina selama 3 hari 2 malam (tidak termasuk tiket Pesawat Cologne-Wina: 50 euro)

  • Hotel Wina Meininger Downtown Franz untuk 2 malam: 34 euro
    Tiket transportasi umum 2 hari Wina, unlimited dari Bandara ke Pusat kota: 19 euro
    Sissy ticket: 3 Tujuan utama di Vienna: Schloss Schonbrunn (Grand Tour, meliputi seluruh bagian apartemen), Hofburg Kaiser Appartment (termasuk Sisi Museum dan Silver Collection), dan Hofmobilien Depot: 30 eur
    Makan restoran dan kebab: 25 euro.
     Makanan buat masak, minum: 10 euro
    Jajan dan oleh-oleh: kira-kira 16 euro
    Total: 130 euro/ 2 juta rupiah dengan kurs saat ini.

Naah, tentunya biaya ini sangat tergantung pinter-pinternya kalian cari info, hotel dan tempat makan mana yang budget-friendly dan tempat wisata apa yang mau kalian kunjungi.

Setelah dari Wina, kami lanjut ke Praha, Ceko dan kalau sempat, saya juga akan menulis tentang kiat-kiat jalan-jalan murah di sana di post selanjutnya.

Oh ya, dari Vienna juga dekat dan murah kalau ingin membuat day-trip ke Bratislava, Slovakia (sekitar 10 euro dengan Flixbus, sekali jalan).

Also, gute Reise! Selamat berjalan-jalan dan semoga bermanfaat untuk Kompasianer yang mau merencanakan jalan-jalan ke Wina.😊

Tiga turis irit di depan Hofburg. Foto Dok Pribadi
Tiga turis irit di depan Hofburg. Foto Dok Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun