Mohon tunggu...
Fransisca Meivin
Fransisca Meivin Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Jika kamu mencari satu orang yang akan mengubah hidupmu, lihatlah di cermin.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kebijakan PSBB Kurang Efektif di Bidang Pendidikan, Transportasi Umum, dan Industri Tekstil

11 November 2020   07:44 Diperbarui: 11 November 2020   07:55 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Warga dunia tengah dikejutkan dengan munculnya wabah virus corona atau corona virus. Virus corona pertama kali ditemukan akhir Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok. 

Virus tersebut memiliki penyebaran yang sangat cepat, sehingga hampir seluruh negara di dunia telah terpapar. Indonesia menjadi salah satu negara yang terpapar virus korona, diketahui pada awal Maret 2020 yang masih berlangsung hingga saat ini. Banyak masyarakat Indonesia yang  menjadi korban dari adanya pandemi ini. 

Tercatat hingga saat ini (27/6) kasus positif terkonfirmasi di Indonesia telah mencapai 52.812, korban meninggal sebanyak 2.720, dan pasien sembuh 21.909. Data yang ada tersebut tidak termasuk ODP (orang dalam pengawasan) dan PDP (pasien dalam pengawasan), sehingga diperkirakan masyarakat Indonesia yang menjadi korban lebih banyak dari data di atas. (Data Kemkes, 27 Juni 2020).  

Pandemi ini menjadi masalah bersama yang harus dihadapi bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sebagai upaya penanganan covid-19. 

Kebijakan tersebut dimaksudkan kepada masyarakat untuk menerapkan social distancing dengan menghindari kerumunan dan menjaga jarak minimal satu meter, agar upaya pemerintah dalam meminimalisir penularan virus corona dapat dilaksanakan oleh masyarakat sebagaimana mestinya. 

Pelaksanaan kebijakan baru tersebut tentunya menimbulkan beberapa perubahan bagi masyarakat yang menimbulkan dampak negatif, sehingga kurang efektif dalam pelaksanaannya.

Berikut diuraikan kebijakan PSBB yang paling berpengaruh terhadap a) pendidikan, b) kegiatan operasional transportasi umum, dan c) industri tekstil.

Menurunnya Kualitas Pendidikan 

Kebijakan PSBB yang dilakukan merupakan upaya pemerintah untuk memutus rantai penularan virus korona di bidang pendidikan. Kebijakan tersebut dinyatakan sendiri oleh Presiden Jokowi sejak Maret (16/3) untuk melakukan aktivitas dengan belajar dari rumah. Pelaksanaan aktivitas belajar dari rumah ditujukan dari tingkat PAUD hingga tingkat  perguruan tinggi. 

Kebijakan untuk belajar dari rumah merupakan kebijakan paling efektif yang dapat dilakukan pemerintah untuk melindungi anak-anak dari penularan virus korona, karena sebagaimana diketahui, bahwa sekolah atau kampus merupakan tempat berkumpulnya banyak orang yang dapat mempercepat proses penularan virus korona di bidang pendidikan.

Kebijakan PSBB di ranah pendidikan menimbulkan pro dan kontra di kalangan pelajar maupun orang tua. Banyak kendala yang dialami siswa dan mahasiswa dalam menerapkan aktivitas belajar dari rumah yang dianggap kurang efektif. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang hanya diberikan guru melalui aplikasi. 

Kesulitan tersebut terlebih dirasakan pada mata pelajaran yang berbasis hitungan seperti matematika, fisika, dan kimia karena tidak adanya penjelasan secara langsung atau tatap muka seperti saat belajar di sekolah, sehingga pelajar kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan melalui aplikasi online. 

Kesulitan belajar dari rumah juga dirasakan oleh mahasiswa khususnya, mahasiswa yang mengambil jurusan saintek seperti teknik/teknologi, kedokteran, pertanian, kesehatan, dan lain-lain. Terbatasnya belajar dari rumah akan menyulitkan mahasiswa pada mata kuliah yang berbasis praktik/praktikum tanpa bimbingan dosen. 

Selain itu, kendala yang dialami siswa dan mahasiswa saat belajar dari rumah adalah cenderung merasa bosan karena tidak ada teman untuk sekedar saling bertukar pikiran maupun bermain, sehingga dapat memungkinkan prestasi belajar menurun.

Kendala belajar dari rumah tidak hanya terjadi pada diri anak melainkan juga orang tua yang mendampingi saat belajar di rumah. Orang tua merasa kewalahan dalam mendampingi anak mereka saat belajar di rumah. 

Hal itu sangat dirasakan jika memiliki anak yang masih sekolah di tingkat PAUD, TK, dan SD. Kebanyakan anak yang masih berada di tingkat tersebut cenderung merasa bosan jika hanya belajar dengan orang tua. 

Anak-anak justru menginginkan untuk belajar di sekolah, karena ketika berada di sekolah mereka tidak hanya belajar, tetapi juga memiliki waktu istirahat yang dapat digunkan untuk bermain dengan teman. 

Selain itu, belajar dari rumah juga memerlukan biaya yang lebih apabila pengajar mengadakan kegiatan belajar mengajar secara online melalui aplikasi yang dilaksanakan dengan video call.

Kegiatan yang dilaksanakan tersebut tentunya memerlukan kuota yang banyak untuk dapat mengikuti proses KBM secara daring, sedangkan harga paket data tergolong mahal jika terus-menerus membeli. Hal itulah yang seringkali menjadi kendala bagi orang tua, sehingga banyak orang tua yang menginginkan anaknya untuk kembali belajar di sekolah.

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah secara tiba-tiba untuk memindahkan pembelajaran di sekolah menjadi di rumah membuat beberapa sekolah belum matang dalam mempersiapkan kebutuhan yang diperlukan saat proses pelaksanaan belajar dari rumah. 

Pengamat pendidikan Indra Charimiadji mengatakan, "Disinilah pentingnya posisi seorang pendidik karena mereka harus membimbing peserta didik tentang caranya belajar termasuk belajar dengan memanfaatkan internet. Intinya guru-guru Indonesia belum siap dengan melakukan pembelajaran dalam konsep daring". 

Saya setuju dengan pernyataan tersebut bahwa masih banyak sekolah yang memiliki keterbatasan dalam menyiapkan sarana dan prasarana, baik guru maupun fasilitas yang mendukung pembelajaran secara daring. 

Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa banyak guru yang masih belum terbuka akan teknologi informasi yang sudah maju. Kurangnya penguasaan guru terhadap teknologi menjadi kendala besar yang dihadapi saat pembelajaran dilakukan secara daring. 

Selain itu, tidak semua sekolah di Indonesia memiliki fasilitas yang mendukung proses KBM dilaksanakan secara daring, sehingga kebijakan untuk memberlakukan pembelajaran jarak jauh dianggap kurang efektif.

Penurunan Pendapatan Transportasi Umum

Upaya pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB diberlakukan juga bagi kegiatan operasional transportasi umum. Seluruh kegiatan operasional transportasi umum, baik kereta api, bis, maupun kendaraan bermotor telah diatur oleh pemerintah selama kebijakan PSBB berlangsung. 

Peraturan yang telah ditetapkan ialah transportasi umum tetap boleh beroperasi, tetapi tetap mengikuti peraturan yang ada seperti halnya hanya dapat mengangkut sebagian penumpang dari keadaan biasanya. Sebagaimana fungsinya kebijakan PSBB ini diberlakukan untuk meminimalisir penularan virus corona dan mencegah kerumunan dalam masyarakat, baik jumlah kecil maupun besar.

Kebijakan PSBB yang diberlakukan terhadap kegiatan operasional transportasi umum menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia, baik pengendara maupun pemilik. 

Akibat adanya kebijakan PSBB, ojek kendaraan bermotor seperti grab, gojek, maxim dan lain-lain mengalami penurunan pendapatan dari biasanya. Aturan PSBB tidak mengizinkan ojek kendaraan bermotor untuk mengangkut penumpang, melainkan hanya mengizinkan untuk mengangkut barang. Keadaan itulah yang menyebabkan para ojek mengalami kerugian yang cukup besar, karena jasa angkut barang jarang digunakan oleh seseorang terlebih lagi pada masa PSBB. 

Hal serupa juga dialami oleh pengendara transportasi umum seperti bus dan angkutan umum (angkut) yang mengalami kerugian akibat wabah virus corona yang ditambah dengan aturan PSBB. 

Peraturan PSBB mewajibkan angkutan umum untuk menaati aturan yang berlaku, sehingga hanya dapat mengangkut sebagian penumpang dari kondisi normal. Misalnya, kondisi normal sebuah bus dapat mengangkut 100 orang, tetapi pada masa PSBB hanya dapat membawa 50 orang.

Ketua DPP Organda Korwil II Shafruhan Sinungan mengatakan, "Sama seperti Jakarta, banyak awak kendaraan tidak bekerja lagi. Sekarang ya sebelum PSBB Bodebek, penurunan pendapatan sudah 75-100 persen, 100 persen buat bus angkutan umum. Sekarang sebagai contoh kalau lihat di Bogor, angkot yang biasanya banyak banget sudah hilang. Mana bisa mereka operasi, sementara penumpang tidak ada".

Saya setuju, kebijakan itu membawa dampak buruk bagi masyarakat, karena pemerintah juga mengubah jadwal operasional transportasi umum dari kondisi normal.

Dengan adanya aturan tersebut membuat pengguna angkutan umum kian berkurang. Kurangnya pemasukan dan terus menerus mengalami kerugian dengan rasa terpaksa pemilik transportasi umum melakukan pengurangan terhadap supir yang biasanya menarik penumpang. 

Masalah seperti itulah yang membawa dampak negatif bagi masyarakat terdampak, karena banyaknya kerugian yang dialami akibat diberlakukannya kebijakan PSBB oleh pemerintah.

Dampak PSBB di Bidang Industri Tekstil

Wabah virus corona yang terjadi di Indonesia menyebabkan pemerintah Indonesia mengambil keputusan dengan mengeluarkan kebijakan PSBB. Kebijakan PSBB yang diberlakukan memiliki beberapa diantaranya dengan meliburkan perusahaan yang bergerak pada bidang di luar kebutuhan pangan, pelayanan kesehatan, bahan bakar minyak dan gas, ketertiban umum dan lain-lain. 

Artinya, selama masa PSBB berlangsung industri tekstil tidak memperoleh izin untuk melaksanakan kegiatan di tempat kerja, melainkan hanya dapat melaksanakan pekerjaan dari rumah WFH (work form home), kecuali dapat beroperasi jika telah mendapatkan izin dari Kementrian Perindustrian.

Kebijakan PSBB sebagai upaya penanganan covid-19 berlangsung di beberapa daerah dengan zona merah membawa pengaruh buruk bagi yang terdampak. 

Kebijakan PSBB berdampak sangat besar pada industri tekstile dalam negeri yang mengalami penurunan pendapatan sejak adanya pandemi virus corona di Indonesia. 

Banyaknya perusahaan yang tutup karena masa PSBB akan berakibat pada PHK besar-besaran yang terjadi, maka semakin banyak pula keluarga yang menderita karena kelaparan. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wiraswasta mengatakan, "penerapan kebijakan PSBB total berpotensi memperlemah industri tekstil." 

Pernyataan itu memang benar terjadi karena zaman sekarang banyak orang lebih memilih untuk membeli makanan atau kebutuhan pokok untuk keperluan sehari-hari dibandingkan harus berbelanja baju. 

Hal itu dapat dilihat pada hari raya Idul Fitri yang biasanya dapat memproduksi pakaian dalam jumlah banyak, tetapi pada tahun ini pesanan hanya sedikit bahkan semakin menurun akibat adanya pandemi virus corona yang disusul dengan kebijakan PSBB.

Selama kebijakan PSBB berlangsung toko pakaian dan mal dilarang buka. Hal itu dilakukan pemerintah agar masyarakat mengurangi aktivitas yang dilakukan di luar rumah. 

Akibat tidak diperbolehkannya mal dan toko yang menjual baju buka, maka produksi tekstil semakin menurun, sehingga dapat menyebabkan kebangkrutan jika tidak pandai untuk mengolahnya. Toko pakaian hanya diperbolehkan untuk menjual produknya secara online agar upaya penularan virus corona dapat diminimalisir.

Demikianlah, sedikit gagasan dari penulis tentang PSBB yang merupakan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah sebagai upaya pencegahan penularan covid-19 di Indonesia. 

Penulis berpendapat bahwa kebijakan PSBB lebih banyak membawa pengaruh negatif dibanding positif di bidang pendidikan, kegiatan operasional transportasi umum, dan industri tekstil. 

Kebijakan PSBB di bidang pendidikan membawa pengaruh negatif yang dialami oleh pelajar, orang tua, dan sekolah karena kurangnya persiapan yang matang akan pembelajaran daring. 

Kebijakan PSBB juga membawa pengaruh negatif terhadap kegiatan operasional transportasi umum. Hal itu dikarenakan kurangnya penumpang transportasi umum, sehingga berakibat kurangnya pemasukan dan berdampak pada dirumahkan para sopir yang biasa menarik penumpang. 

Selain itu, kebijakan PSBB juga membuat industri tekstil terus menerus menurun, karena mewajibkan toko pakaian dan mal untuk menutup tempatnya. Lebih banyak sisi negatif yang ditimbulkan akibat kebijakan PSBB sehingga dinilai kurang efektif untuk diterapkan. Di sisi lain, kebijakan PSBB memiliki tujuan untuk melindungi masyarakat agar terhindar dari wabah virus corona yang membahayakan nyawa.

Daftar Referensi: [1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

Yuliana. (2020). Corona virus diseases (Covid-19); Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness and Healthy Magazine.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun