Mohon tunggu...
Frans Simarmata
Frans Simarmata Mohon Tunggu... Lainnya - Diaspora Indonesia

Ordinary Indonesian Diaspora in Sydney

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Back to Basic: Refleksi Gerakan Diaspora 2012-2021

8 Juli 2021   20:32 Diperbarui: 8 Juli 2021   20:39 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


BACK to BASICS: Refleksi Gerakan Diaspora Indonesia 2012-2021 (Menjelang Satu Dasawarsa)

@Frans.Simarmata dan @MadeAndi

Berjarak dengan tanah air kerap membuat kita lebih sering bertanya sekaligus lebih jernih melihat Indonesia. Meski kadang jauh dari hingar bingar jargon tentang patriotisme dan nasionalisme yang menggebu, setiap diaspora pasti pernah bertanya pada dirinya sendiri. Bertanya soal keberadaannya. Soal peran dan soal masa depan. 

Jika mau jujur, setiap perantau Indonesia, di mana pun berada, pasti pernah diusik oleh pertanyaan tentang eksistensi. Apa makna Indonesia untuk saya?

Sembilan tahun lalu, sebuah gerakan penting digagas. Gerakan untuk menyatukan anak bangsa perantau dalam sebuah bangunan imajinatif bernama Diaspora Indonesia. 

Kami memang tidak berkesempatan hadir langsung di Los Angeles ketika gerakan ini dicanangkan secara resmi. Meski demikian, gegap gempitanya terasa hingga jauh ke selatan di Australia. Meski teknologi telekonferensi belum sejamak sekarang, semangat diaspora mengalir deras hingga Down Under. 

Beberapa saat setelahnya, ada kesempatan  berdiskusi langsung dengan  Duta Besar Dino Patti Djalal selaku Founder dari Kongres Diaspora Indonesia, saat beliau bertandang ke Sydney ~ YouTube https://youtu.be/S8ademUDDl0

Banyak hal yang terjadi kemudian. Congress of Indonesian Diaspora (CID) 1 itu bahkan disebut-sebut sebagai Sumpah Pemuda Kedua karena dipandang mampu menyatukan Diaspora Indonesia yang tersebar di lima benua. Deklarasi Diaspora Indonesia pun dikumandangkan diikuti dengan pembentukan empat entitas internasional Diaspora Indonesia ~ https://youtu.be/aqml0TTtE5M

Hingar bingar semangat terasa di mana-mana. Meluap-luap dalam pembicaraan, diskusi dan forum yag tiba-tiba bergairah ketika itu. Benang merahnya tegas dan jelas: kerinduan. Rindu akan masa kecil. Rindu akan tanah air. Kangen akan kenangan yang tertinggal di rumah. Yang paling penting, rindu akan kesempatan berbakti pada negeri meskipun dari tepian benua yang sepi dan sendiri.

Maka muncullah gagasan National/Local Chapters di negara domisili masing-masing untuk melengkapi puluhan chapters yang lebih dahulu ada. Layak diingat, tidak ada kelompok Diaspora yang mendominasi Gerakan ini. 

Pada saat pembentukan Indonesian Diaspora Network (IDN) di CID2 tahun 2013, disepakati bahwa setiap Chapters punya posisi yang sama dengan hak, One Nation One Vote. Chapter yang punya jumlah ribuan bahkan ratusan ribu diaspora, sama dengan Chapter yang terdiri dari hanya satu keluarga.

Proses pengambilan keputusan dalam Gerakan ini dirancang kolektif kolegial. Atau dalam format presidium. Ini menghindari dominasi kelompok atau pihak dalam Gerakan ini, tidak hanya ditentukan segelintir orang saja. 

Untuk mengakomodasi ownership Gerakan ini, digagas adanya rotasi kepemimpinan dari beberapa region/benua. Seperti periode pertama 2013-2015, disepakati untuk memberikan kesempatan kepada teman-teman di USA, sebagai apresiasi awalnya Gerakan ini tahun 2012. Kemudian dilanjutkan dari region Eropa, dari ASEAN dan Asia. Untuk ke depan ada 2 region yang belum mendapat kesempatan, yaitu region Australia & Oceania serta Middle East & Africa.

Diaspora disatukan oleh kerinduan akan tanah air, bukan motivasi politik praktis. Pendekatan pemilihan kepemimpinan ini dianggap lebih tepat untuk menghindari dinamika politik praktis yang rawan menimbulkan perpecahan. Selain itu, semua pihak memiliki kesempatan yang sama.

Organisasi dan Entitas Diaspora

Diaspora Indonesia adalah kekuatan terserak yang luar biasa potensinya. Semua itu harus dikelola dengan berbagai pendekaan dan institusi. 

Indonesian Diaspora Foundation (IDF) adalah salah satunya, yang fokus pada kegiatan philanthropy, edukasi serta humanitarian issues. Untuk jaringan bisnis, ada Indonesian Diaspora Business Council (IDBC) serta untuk jaringan professional dan SDM ada Indonesian Diaspora Brain Bank (IDBB). Semua entitas ini, saling berkoordinasi dan melengkapi sehingga tidak saling tumpang tindih dalam peran.

Organisasi formal memang penting tetapi semangat dan visi besar Diaspora Indonesia jauh lebih penting. Saat ini ada lebih dari 70 National dan local chapters IDN di seluruh dunia. Ada yang masih aktif, ada juga yang tidak aktif. Local Chapters di tingkatan kota atau states berinteraksi dengan National Chapters di level negara. Komunikasi semuanya yang bersifat internasional difasilitasi oleh Indonesian Diaspora Network Global (IDNG). Kadang nampak birokratik namun sesungguhnya ini untuk memastikan sinergi dan koordinasi.

Diaspora Indonesia juga bisa akif dalam berbagai Task Force atau Gugus Tugas, yang secara khusus menangani hal-hal tertentu, seperti misalnya adovakasi Dwi-Kewargangeraan, Migrant workers, Culinary, Liveable Cities dan lainnya. Mewadahi semua, menghormati semua, mendukung semua.

Peran Indonesian Diaspora Network

Penting untuk dicatat IDN tidak membawahi komunitas Indonesia di luar negeri yang sudah ada. IDN adalah katalis atau connector yang independen sifatnya. Tiga peran IDN adalah sebagai interlocutor, amplifier dan enabler.

Sebagai interlocutor, IDN mempertemukan diaspora yang terpanggil berperan, di bidang apa saja, melalui kerja sama dengan pemerintah, LSM dan pihak lainnya. Sebagai amplifier, IDN memberdayakan diaspora agar dapat semakin berperan aktif dalam kemajuan bangsa. Advokasi dwi kewarganegaraan bagi diaspora Indonesia adalah salah satu usaha dalam rangka mempertahankan status WNI sehingga lebih leluasa alam berperan. Sebagai enabler, IDN merangkul dan mengangkat potensi diaspora untuk menjadi duta bangsa di mancanegara dengan berbagai jalur diplomasi.

 Jika disederhanakan, misi IDN adalah untuk memperluas jaringan, kesempatan dan dan peran diaspora Indonesia demi kesejahteraan yang berkelanjutan. 

To expand connections, multiply opportunities and strengthen roles of Indonesian Diaspora for sustainable prosperity.

Melihat Masa Depan

Hampir satu dekade gerakan diaspora Indonesia, kita semestinya bertanya. Pertanyaan ini bisa membawa kita pada titik awal. Untuk mengingat filosofinya serta menggelorakan kembali semangatnya. Tak bisa dipungkiri, kerap kita tenggelam dalam hiruk pikuk gagasan dan kepenting, atau tersudut di ruang sempit rutinitas yang mematikan kreasi. Maka mempertanyaan eksistensi dan peran menjadi penting dan menemukan pijakannya.
 
Sebagai Gerakan, kita perlu program, target, struktur dan sebagainya. Semua itu memang administratif tetapi toh menjadi sesuatu yang tak bisa dihindarkan. Kita dituntut untuk terbang tinggi merawat mimpi-mimpi besar sekaligus sabar merangkak untuk melakukan hal-hal kecil agar mimpi ini tetap terawat dan akhirnya terlaksana.
 
Siapapun yang terlibat dan terpanggil untuk berperan, hendaknya memiliki kesadaraan dan pemahaman yang memadai. Kita paham, ini tidak mudah. Setiap chapters pasti dihadapkan prioritas yang berbeda maka pendataan kebutuhan dan potensi menjadi penting. Komunikasi, apapun bentuknya, adalah kunci bagi keberlangsung nilai dan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hanya dengan komunikasi yang terbuka, perancanaan yang matang serta kedewasaan pelaku diaspora, semua visi itu akan bisa diwujudkan dalam bakti bangsa yang bermakna.

Seberapapun pesat berkembangan dan cepatnya pergantian generasi, ada benang merah semangat yang perlu dijaga. Maka, memastikan adanya komunikasi dan interaksi antar generasi, terutama dengan para pelaku sejarah, adalah keniscayaan yang penting. Kita tidak ingin ada semangat yang hilang dan tidak diteruskan. Kita juga tidak ingin hanya berlari di titik yang sama demi kemajuan gerakan diaspora Indonesia.

Maka tugas generasi kini adalah memahami potongan fakta, sejarah dan terutama serpihan nilai untuk disatukan dan dijadikan pedoman untuk terus bergerak maju.

Perbedaan adalah keniscayaan. Tidak bisa dihindarkan. Meski demikian, dengan kembali ke asal, pada semangat dan nilai yang melandasi lahirnya gerakan  ini, perbedaan itu akan menjadi kekuatan. Perbedaan yang begitu tajam bisa dijinakkan dengan kecintaan pada satu negeri. 

Bapak Joko Widodo dan Bapak Prabowo mencontohkan itu kepada kita. Perbedaan pandangan politik boleh jadi membuat kita berseberangan namun kecintaan pada negeri jauh lebih kuat dari kepentingan politik sesaat. Itulah yang menyatukan keduanya dalam satu administrasi pemerintahan. Dalam satu atau dua hal, tentu tidak salah jika kita meneladani mereka.

Kita percaya, diaspora ini adalah kumpulan talenta. Yang diperlukan adalah kelapangan hati untuk saling menerima. Kita sadari kita berbeda tetapi kita juga tahu, fisika mengajarkan bahwa muatan berbeda itu yang semestinya saling menarik. Kita tidak lagi hidup di era kompetisi tetapi kolaborasi. Mari kembali ke titik awal. 

Let us go back to basics!

 
 Salam Diaspora,
Selamat Ulang Tahun Gerakan Diaspora Indonesia
 

Referensi:

 
* Imelda Bachtiar, Diaspora Indonesia: Bakti untuk Negeriku, 2016
* Simarmata & Arsana, Diaspora Indonesia: Sebuah Gagasan dari Australia, 2013
* Mohamad Al-Arief, Introduction to Indonesian Diaspora Network, 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun