Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Marumpasa Tradisi Batak yang Kian Tergerus Zaman

26 Januari 2025   19:39 Diperbarui: 26 Januari 2025   19:39 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Batak di Pulau Samosir, Danau Toba, Sumatera Utara DOK. Shutterstock/Lenisecalleja Photograhy(Shutterstock/Lenisecalleja Photograhy)

Dalam kekayaan budaya Nusantara, setiap daerah memiliki warisan leluhur yang unik, sarat dengan nilai-nilai luhur dan filosofi mendalam. Salah satu tradisi yang menyimpan keindahan sekaligus kebijaksanaan adalah marumpasa dari masyarakat Batak. Bagi masyarakat Batak, marumpasa bukan hanya sebuah keterampilan berbicara, melainkan seni yang sarat makna. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi ini perlahan memudar, terancam hilang di tengah arus modernisasi yang tak terbendung.

Ketika kita berbicara tentang marumpasa, kita sedang membahas seni komunikasi tingkat tinggi yang tidak hanya memanfaatkan kata-kata, tetapi juga membungkusnya dengan kearifan lokal, metafora yang kaya, dan pesan yang mendalam. Dulu, tradisi ini menjadi bagian integral dalam berbagai upacara adat, dari pesta pernikahan hingga upacara kematian. Namun kini, hanya sedikit yang mampu melakukannya.

Kenapa marumpasa, sebuah seni yang begitu indah dan bermakna, kini berada di ambang kepunahan? Untuk memahami ini, kita perlu menelusuri lebih jauh akar tradisi ini, perubahan zaman, serta tantangan yang dihadapi dalam melestarikannya.

Makna dan Filosofi Marumpasa

Marumpasa adalah kemampuan berbicara menggunakan bahasa kiasan yang penuh dengan nilai-nilai etika, moral, dan filosofi hidup. Orang yang bisa marumpasa memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang menyentuh, namun tetap menjaga harmoni dan penghormatan kepada pendengar. Dalam adat Batak, kemampuan ini mencerminkan kebijaksanaan seseorang dan dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan leluhur.

Dalam praktiknya, marumpasa sering digunakan dalam situasi formal maupun semi-formal. Misalnya, pada acara pernikahan adat Batak, seorang pembicara akan menyampaikan pesan menggunakan bahasa kiasan yang mengandung doa, nasihat, dan harapan baik bagi mempelai. Hal ini menunjukkan betapa tradisi ini memiliki kedalaman makna yang melampaui sekadar seni berbicara.

Namun, seni ini bukan hanya tentang berbicara. Di balik marumpasa terdapat pemahaman mendalam tentang adat Batak, struktur sosial, dan hubungan antar-keluarga. Ini adalah wujud dari identitas budaya yang mengakar kuat pada masyarakat Batak.

Mengapa Marumpasa Terancam Hilang?

Hilangnya tradisi marumpasa tidak terjadi secara tiba-tiba. Ada berbagai faktor yang berkontribusi terhadap menurunnya generasi yang mampu mempraktikkan seni ini. Salah satunya adalah pergeseran pola hidup masyarakat Batak.

Di era modern ini, masyarakat cenderung lebih fokus pada pendidikan formal dan kehidupan perkotaan. Anak-anak muda dari suku Batak, yang dulunya tumbuh besar di lingkungan yang sarat akan tradisi adat, kini lebih sering tinggal di kota besar dengan akses terbatas pada budaya leluhur mereka. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk mempelajari dan menguasai seni marumpasa.

Tak hanya itu, globalisasi turut berperan besar dalam mengikis tradisi ini. Gaya hidup modern membawa pengaruh budaya asing yang lebih populer dan menarik bagi generasi muda. Mereka cenderung lebih tertarik pada budaya pop global, seperti musik, film, dan media sosial, yang sering kali jauh dari nilai-nilai tradisional.

Selain itu, perubahan dalam pelaksanaan acara adat juga menjadi penyebab utama memudarnya tradisi ini. Jika dahulu upacara adat bisa berlangsung berhari-hari dengan berbagai ritual yang memberikan ruang untuk marumpasa, kini acara adat sering dipadatkan menjadi satu hari saja untuk menyesuaikan dengan kesibukan masyarakat modern.

Faktor lain yang tak kalah penting adalah minimnya dokumentasi tentang tradisi marumpasa. Pengetahuan ini umumnya diwariskan secara lisan, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Namun, tanpa dokumentasi yang memadai, tradisi ini sulit untuk dipelajari dan dipertahankan di tengah perubahan zaman.

Dampak dari Hilangnya Marumpasa

Hilangnya tradisi marumpasa tidak hanya berarti kehilangan seni berbicara, tetapi juga kehilangan bagian penting dari identitas budaya Batak. Tradisi ini adalah cerminan dari kearifan lokal yang telah diwariskan selama berabad-abad. Ketika tradisi ini menghilang, masyarakat kehilangan salah satu cara untuk terhubung dengan nilai-nilai leluhur mereka.

Selain itu, hilangnya marumpasa juga berpotensi memutus hubungan antar-generasi. Seni ini mengajarkan penghormatan, kebijaksanaan, dan pentingnya menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat. Tanpa marumpasa, nilai-nilai ini mungkin tidak lagi diteruskan kepada generasi berikutnya.

Langkah untuk Melestarikan Tradisi Marumpasa

Upaya untuk melestarikan marumpasa tidak bisa dilakukan secara setengah hati. Diperlukan kerja sama dari berbagai pihak, mulai dari komunitas adat, pemerintah, hingga generasi muda. Salah satu langkah penting adalah mengintegrasikan pendidikan tentang tradisi ini ke dalam kurikulum sekolah.

Sekolah-sekolah di daerah Batak bisa mengajarkan seni marumpasa sebagai bagian dari pelajaran seni dan budaya. Dengan cara ini, generasi muda akan lebih mengenal dan menghargai tradisi ini sejak usia dini.

Selain itu, dokumentasi dan digitalisasi tradisi marumpasa juga menjadi langkah penting. Penulisan buku, pembuatan video, atau pengarsipan digital bisa membantu melestarikan tradisi ini dan membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat luas.

Komunitas adat juga perlu berperan aktif dalam melestarikan tradisi ini. Mereka bisa menyelenggarakan pelatihan, lomba, atau lokakarya yang fokus pada pengembangan kemampuan marumpasa. Acara-acara ini bisa menjadi ruang bagi generasi muda untuk belajar langsung dari para ahli dan praktisi marumpasa.

Menghidupkan Marumpasa di Era Digital

Meskipun tantangan untuk melestarikan marumpasa cukup besar, era digital juga memberikan peluang baru untuk menghidupkan kembali tradisi ini. Media sosial bisa menjadi alat yang efektif untuk mempopulerkan marumpasa di kalangan generasi muda.

Misalnya, video pendek yang menampilkan orang-orang yang ahli dalam marumpasa bisa menjadi konten menarik di platform seperti YouTube atau Instagram. Dengan cara ini, tradisi marumpasa bisa menjangkau audiens yang lebih luas dan menarik minat generasi muda.

Selain itu, teknologi juga memungkinkan kita untuk menciptakan aplikasi atau platform belajar yang didedikasikan untuk marumpasa. Aplikasi ini bisa memberikan panduan langkah demi langkah tentang cara mempelajari seni ini, sehingga memudahkan siapa saja yang ingin mendalami tradisi ini.

Kesimpulan

Tradisi marumpasa adalah warisan budaya yang sarat akan keindahan dan makna. Seni berbicara ini mencerminkan kebijaksanaan, penghormatan, dan kearifan lokal masyarakat Batak. Namun, di tengah arus modernisasi, tradisi ini semakin terancam punah.

Melestarikan marumpasa adalah tanggung jawab kita bersama. Dengan edukasi, dokumentasi, dan inovasi, tradisi ini bisa terus hidup dan relevan di era modern. Karena pada akhirnya, budaya adalah akar yang menghubungkan kita dengan leluhur dan identitas kita sebagai bangsa yang kaya akan warisan tradisional.

Semoga marumpasa tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi juga inspirasi untuk masa depan. Mari kita jaga warisan ini agar tetap hidup dan memberi makna bagi generasi mendatang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun