Saat membicarakan inflasi, banyak yang mungkin menganggapnya sebagai sekadar angka statistik atau isu ekonomi yang hanya menyentuh kalangan tertentu. Namun, di balik itu, inflasi sebenarnya ibarat api kecil yang jika tidak dikendalikan dapat menjalar menjadi kebakaran besar. Dalam konteks Indonesia, inflasi adalah ancaman tersembunyi yang siap meledak sewaktu-waktu, mengancam stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat.
Fenomena inflasi tidak hanya soal kenaikan harga barang dan jasa. Lebih dari itu, inflasi memengaruhi daya beli masyarakat, stabilitas sosial, dan bahkan kredibilitas kebijakan pemerintah. Artikel ini akan mengupas secara mendalam mengapa inflasi di Indonesia harus menjadi perhatian serius, faktor-faktor penyebabnya, dampaknya yang luas, hingga strategi untuk mengatasinya agar masyarakat bisa lebih memahami ancaman ini dan bersiap menghadapi potensi ledakan yang mungkin terjadi.
Apa yang Dimaksud dengan Inflasi?
Inflasi adalah kondisi di mana terjadi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan berkelanjutan dalam periode tertentu. Dalam skala makroekonomi, inflasi sering dijadikan salah satu indikator untuk mengukur kesehatan perekonomian suatu negara. Namun, inflasi yang terlalu tinggi atau tidak terkendali adalah bencana bagi masyarakat karena berdampak langsung pada penurunan daya beli.
Di Indonesia, inflasi kerap menjadi isu penting dalam perencanaan kebijakan pemerintah. Sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan tingkat ketergantungan ekonomi yang tinggi pada sektor konsumsi, perubahan sekecil apa pun dalam inflasi dapat memengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat.
Masalah Inflasi di Indonesia
Mengapa inflasi di Indonesia bisa disebut sebagai bom waktu? Hal ini berakar pada kompleksitas penyebab dan dampaknya.
1. Ketergantungan pada Impor
Salah satu tantangan utama Indonesia adalah tingginya ketergantungan pada barang impor, terutama untuk kebutuhan energi dan pangan. Ketika harga minyak dunia naik, biaya produksi dan distribusi barang di dalam negeri ikut meningkat. Begitu pula dengan kebutuhan pangan yang sebagian masih bergantung pada pasokan dari luar negeri. Fluktuasi harga global ini mudah memicu inflasi domestik.
Sebagai contoh, pada 2022, Indonesia mencatat kenaikan inflasi yang cukup signifikan akibat lonjakan harga minyak dunia setelah perang Rusia-Ukraina. Ketidakpastian global ini memengaruhi harga bahan bakar dan bahan makanan, yang menjadi kontributor utama inflasi.
2. Gangguan Rantai Pasok
Pandemi COVID-19 memberikan dampak besar terhadap sistem logistik global. Di Indonesia, gangguan rantai pasok menyebabkan kelangkaan barang di berbagai sektor, mulai dari kebutuhan pokok hingga barang industri. Ketika pasokan barang terbatas tetapi permintaan tetap tinggi, harga-harga pun melonjak.
Fenomena ini terlihat jelas pada harga minyak goreng yang melonjak drastis di awal 2022. Kelangkaan bahan baku dan spekulasi di pasar memperburuk situasi, membuat inflasi menjadi lebih sulit dikendalikan.
3. Kebijakan Moneter yang Tidak Tepat
Inflasi juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diterapkan oleh Bank Indonesia. Ketika uang beredar terlalu banyak tanpa diimbangi peningkatan produksi, nilai uang akan menurun. Hal ini dapat memicu inflasi karena harga barang dan jasa menjadi lebih mahal.
Pada masa lalu, Indonesia pernah mengalami hiperinflasi yang parah pada 1965--1966. Kebijakan pemerintah yang mencetak uang secara masif untuk membiayai defisit anggaran menjadi pemicu utama. Peristiwa tersebut menjadi pelajaran penting betapa krusialnya pengelolaan moneter dalam menjaga kestabilan ekonomi.
4. Dampak Faktor Musiman
Selain faktor global dan kebijakan domestik, Indonesia juga rentan terhadap inflasi musiman. Saat Ramadan atau menjelang hari raya, permintaan terhadap barang konsumsi meningkat signifikan. Kenaikan permintaan ini sering kali tidak diimbangi dengan pasokan yang memadai, sehingga harga-harga melonjak.
Jika dibiarkan, akumulasi dari berbagai faktor ini bisa menjadi bom waktu yang siap meledak. Ketika inflasi melonjak tanpa kontrol yang memadai, masyarakat akan menghadapi beban ekonomi yang semakin berat.
Dampak Inflasi terhadap Kehidupan Masyarakat
Salah satu dampak paling nyata dari inflasi adalah penurunan daya beli masyarakat. Kenaikan harga barang dan jasa membuat uang yang dimiliki masyarakat kehilangan nilainya. Kelompok masyarakat berpenghasilan tetap adalah yang paling rentan terkena dampaknya.
Misalnya, seorang pekerja dengan gaji Rp5 juta per bulan mungkin sebelumnya bisa mencukupi kebutuhan dasar keluarganya. Namun, ketika harga kebutuhan pokok naik 10--20 persen, gaji tersebut menjadi tidak cukup. Akibatnya, kualitas hidup mereka menurun.
Selain itu, inflasi yang tinggi juga dapat memicu ketidakstabilan sosial. Ketika masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, potensi terjadinya protes atau kerusuhan meningkat. Dalam sejarah, krisis ekonomi yang disebabkan oleh inflasi sering kali berujung pada gejolak politik, seperti yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin.
Dampak lainnya adalah menurunnya minat investor untuk menanamkan modal. Inflasi yang tidak terkendali menciptakan ketidakpastian ekonomi, yang membuat investor lebih memilih mencari pasar yang lebih stabil. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Inflasi?
Mengatasi inflasi tidak bisa dilakukan hanya dengan satu pendekatan. Diperlukan koordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli.
Pemerintah dapat mengambil langkah dengan memberikan subsidi pada komoditas penting seperti bahan bakar dan pangan. Subsidi ini bertujuan untuk menstabilkan harga di tingkat konsumen, meskipun beban fiskal menjadi lebih besar.
Di sisi lain, Bank Indonesia memiliki peran krusial dalam mengelola kebijakan moneter. Melalui penyesuaian suku bunga, Bank Indonesia dapat mengontrol jumlah uang yang beredar di masyarakat. Suku bunga yang lebih tinggi, misalnya, dapat mendorong masyarakat untuk menabung daripada membelanjakan uang, sehingga menekan laju inflasi.
Namun, upaya pemerintah dan Bank Indonesia saja tidak cukup tanpa partisipasi masyarakat. Masyarakat perlu lebih bijak dalam mengelola keuangan, seperti memprioritaskan kebutuhan pokok, menabung, atau berinvestasi untuk melindungi nilai uang dari erosi inflasi.
Kesimpulan
Inflasi di Indonesia adalah isu serius yang tidak boleh diabaikan. Ketergantungan pada impor, gangguan rantai pasok, kebijakan moneter yang kurang tepat, serta faktor musiman menjadi pemicu utama yang membuat inflasi bak bom waktu yang siap meledak kapan saja.
Dampaknya tidak hanya merugikan perekonomian secara makro, tetapi juga menghantam kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat untuk bersama-sama mengendalikan inflasi agar tidak meledak dan menghancurkan stabilitas ekonomi.
Dengan pengelolaan yang bijak dan kesadaran masyarakat, kita bisa mencegah ledakan inflasi ini. Sebab, ekonomi yang stabil adalah fondasi dari kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan pembangunan nasional. Jangan biarkan bom waktu ini meledak, karena dampaknya akan terlalu berat untuk ditanggung bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI