Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Inflasi di Indonesia Bagai BOM Waktu yang Siap Meledak

24 Januari 2025   09:11 Diperbarui: 24 Januari 2025   09:11 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi inflasi. (SHUTTERSTOCK/D.EE_ANGELO) 

Misalnya, seorang pekerja dengan gaji Rp5 juta per bulan mungkin sebelumnya bisa mencukupi kebutuhan dasar keluarganya. Namun, ketika harga kebutuhan pokok naik 10--20 persen, gaji tersebut menjadi tidak cukup. Akibatnya, kualitas hidup mereka menurun.

Selain itu, inflasi yang tinggi juga dapat memicu ketidakstabilan sosial. Ketika masyarakat tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, potensi terjadinya protes atau kerusuhan meningkat. Dalam sejarah, krisis ekonomi yang disebabkan oleh inflasi sering kali berujung pada gejolak politik, seperti yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin.

Dampak lainnya adalah menurunnya minat investor untuk menanamkan modal. Inflasi yang tidak terkendali menciptakan ketidakpastian ekonomi, yang membuat investor lebih memilih mencari pasar yang lebih stabil. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Inflasi?

Mengatasi inflasi tidak bisa dilakukan hanya dengan satu pendekatan. Diperlukan koordinasi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan masyarakat untuk menjaga stabilitas harga dan daya beli.

Pemerintah dapat mengambil langkah dengan memberikan subsidi pada komoditas penting seperti bahan bakar dan pangan. Subsidi ini bertujuan untuk menstabilkan harga di tingkat konsumen, meskipun beban fiskal menjadi lebih besar.

Di sisi lain, Bank Indonesia memiliki peran krusial dalam mengelola kebijakan moneter. Melalui penyesuaian suku bunga, Bank Indonesia dapat mengontrol jumlah uang yang beredar di masyarakat. Suku bunga yang lebih tinggi, misalnya, dapat mendorong masyarakat untuk menabung daripada membelanjakan uang, sehingga menekan laju inflasi.

Namun, upaya pemerintah dan Bank Indonesia saja tidak cukup tanpa partisipasi masyarakat. Masyarakat perlu lebih bijak dalam mengelola keuangan, seperti memprioritaskan kebutuhan pokok, menabung, atau berinvestasi untuk melindungi nilai uang dari erosi inflasi.

Kesimpulan

Inflasi di Indonesia adalah isu serius yang tidak boleh diabaikan. Ketergantungan pada impor, gangguan rantai pasok, kebijakan moneter yang kurang tepat, serta faktor musiman menjadi pemicu utama yang membuat inflasi bak bom waktu yang siap meledak kapan saja.

Dampaknya tidak hanya merugikan perekonomian secara makro, tetapi juga menghantam kehidupan masyarakat sehari-hari. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat untuk bersama-sama mengendalikan inflasi agar tidak meledak dan menghancurkan stabilitas ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun