Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Menilik Program Makan Bergizi Gratis di 100 Hari Kepemimpinan Prabowo-Gibran

23 Januari 2025   09:38 Diperbarui: 23 Januari 2025   09:38 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah mencatat setiap awal pemerintahan sebagai momen penting untuk mewujudkan perubahan. Bagi pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, 100 hari pertama memimpin Indonesia menjadi batu loncatan untuk menunjukkan komitmen terhadap janji-janji yang mereka gaungkan selama kampanye. Salah satu janji yang paling menonjol dan menjadi perhatian luas adalah program makan bergizi gratis yang bertujuan mengatasi masalah gizi buruk, stunting, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia.

Namun, 100 hari yang telah berlalu ini memunculkan pertanyaan besar: apakah program tersebut telah berjalan dengan baik? Bagaimana tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaannya? Meski niat dan gagasan program ini mulia, realitas di lapangan menunjukkan bahwa perjalanannya masih penuh tantangan. Mari kita telusuri lebih dalam.

Luka Lama yang Belum Sembuh

Masalah gizi buruk di Indonesia bukanlah isu baru. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%. Sementara itu, tingkat anemia pada ibu hamil mencapai 48,9%, yang berisiko memengaruhi kesehatan janin dan berujung pada regenerasi masalah gizi lintas generasi. Data ini menggambarkan kondisi genting yang membutuhkan solusi mendesak.

Program makan bergizi gratis yang diusung Prabowo-Gibran diharapkan menjadi jawaban untuk memutus mata rantai permasalahan tersebut. Dalam rancangan awalnya, program ini tidak hanya menyediakan makanan sehat bagi masyarakat kurang mampu, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pola makan bergizi.

Namun, sejauh ini, realisasi program tersebut masih menghadapi banyak kendala. Bahkan di beberapa wilayah, distribusi makanan bergizi ini belum sampai ke sasaran yang membutuhkan.

Program Belum Menyentuh Seluruh Lapisan

Implementasi program makan bergizi gratis menghadapi hambatan yang cukup kompleks. Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan akses antara daerah perkotaan dan pedesaan. Di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, program ini relatif mudah dijalankan. Pemerintah daerah memiliki sumber daya yang lebih memadai, mulai dari infrastruktur hingga tenaga kerja untuk mendukung distribusi makanan.

Namun, situasinya berbeda di daerah terpencil, seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, atau Kalimantan Tengah. Infrastruktur yang belum memadai menjadi kendala besar dalam mendistribusikan makanan bergizi. Dalam beberapa laporan, terdapat keluhan bahwa bahan makanan yang dikirim sering kali sudah tidak layak konsumsi akibat perjalanan yang terlalu lama atau fasilitas penyimpanan yang kurang memadai.

Lebih dari itu, kendala koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah juga memperlambat pelaksanaan program ini. Beberapa kepala daerah menyebutkan bahwa instruksi terkait program makan bergizi gratis tidak disertai dengan panduan teknis yang jelas. Akibatnya, banyak daerah yang kesulitan mengalokasikan anggaran secara efektif.

Minimnya Edukasi Gizi

Selain tantangan teknis, persoalan lain yang tidak kalah penting adalah rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang. Dalam beberapa kasus, masyarakat yang menerima bantuan makanan bergizi gratis justru tidak memahami nilai penting dari makanan tersebut. Kebiasaan lama, seperti mengandalkan makanan instan yang mudah didapat tetapi miskin gizi, masih menjadi pilihan utama.

Program makan bergizi gratis seharusnya tidak hanya berhenti pada penyediaan makanan, tetapi juga mencakup kampanye edukasi yang menyeluruh. Misalnya, mengajarkan masyarakat tentang cara memasak yang sehat, memilih bahan makanan bergizi, dan memahami kebutuhan gizi harian mereka.

Namun, hingga saat ini, program edukasi ini belum terlihat masif. Kampanye yang ada lebih banyak dilakukan di media sosial, yang tidak selalu dapat menjangkau masyarakat di pedesaan atau wilayah terpencil.

Transparansi dan Keberlanjutan

Sebagai program yang menyedot anggaran besar, makan bergizi gratis mendapat sorotan tajam terkait transparansi pengelolaan dana. Beberapa lembaga swadaya masyarakat, seperti Indonesia Corruption Watch (ICW), menyebutkan bahwa laporan penggunaan anggaran program ini belum sepenuhnya terbuka untuk publik. Ketiadaan laporan yang transparan berisiko menimbulkan kecurigaan, terutama jika program ini tidak menunjukkan dampak yang signifikan dalam waktu dekat.

Selain transparansi, keberlanjutan program ini juga menjadi tanda tanya besar. Pemerintah mungkin mampu menyediakan makan bergizi gratis untuk jangka pendek, tetapi bagaimana jika anggaran ini habis? Apakah masyarakat akan kembali ke pola makan lama yang tidak sehat?

Keberlanjutan program ini membutuhkan pendekatan yang lebih komprehensif. Pemerintah perlu memanfaatkan program ini sebagai langkah awal untuk membangun kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam menciptakan pola hidup sehat.

Langkah-langkah Perbaikan yang Diperlukan

Untuk memastikan bahwa program makan bergizi gratis dapat berjalan sesuai tujuan, ada beberapa langkah yang perlu segera dilakukan pemerintah:

  1. Pemetaan Kebutuhan Daerah
    Tidak semua daerah memiliki kebutuhan yang sama. Pemerintah perlu memetakan wilayah prioritas yang membutuhkan intervensi mendesak, seperti daerah dengan angka stunting dan gizi buruk yang tinggi.

  2. Peningkatan Infrastruktur dan Logistik
    Pemerintah harus mempercepat pembangunan infrastruktur di daerah terpencil. Akses yang lebih baik akan memperlancar distribusi bahan makanan dan menjamin kualitasnya.

  3. Kolaborasi dengan Pihak Swasta dan Lembaga Sosial
    Menggandeng perusahaan swasta, lembaga sosial, dan komunitas lokal dapat membantu mempercepat pelaksanaan program. Kolaborasi ini juga dapat menutup kekurangan sumber daya pemerintah.

  4. Kampanye Edukasi Gizi yang Masif
    Kampanye gizi harus dilakukan secara masif dan melibatkan semua pihak, mulai dari sekolah, tempat ibadah, hingga media tradisional dan digital.

  5. Evaluasi Berkala dan Laporan Terbuka
    Pemerintah perlu melakukan evaluasi berkala untuk mengukur efektivitas program ini. Selain itu, laporan keuangan dan dampak program harus dibuka secara transparan untuk menjaga kepercayaan publik.

Harapan untuk Masa Depan

100 hari pertama kepemimpinan Prabowo-Gibran memang belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam program makan bergizi gratis. Namun, hal ini tidak berarti bahwa program tersebut gagal. Waktu yang singkat ini hanyalah awal dari perjalanan panjang untuk menciptakan perubahan yang signifikan.

Pemerintah harus melihat kritik yang muncul sebagai masukan berharga untuk memperbaiki langkah mereka. Program makan bergizi gratis memiliki potensi besar untuk mengubah masa depan generasi bangsa, asalkan dikelola dengan baik, transparan, dan berkelanjutan.

Masyarakat pun harus mengambil peran aktif dalam mendukung program ini. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya gizi seimbang, masyarakat dapat menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan Indonesia yang lebih sehat dan kuat.

Perjalanan ini masih panjang. Namun, dengan komitmen yang kuat dan kerja sama dari semua pihak, program makan bergizi gratis dapat menjadi tonggak penting dalam sejarah pembangunan Indonesia. Harapan besar masyarakat ada di tangan pemimpin mereka, dan setiap kebijakan yang diambil akan menjadi penentu masa depan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun