Sejak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka telah menjadi sorotan publik. Banyak harapan bertumpu pada pasangan ini, terutama karena mereka dianggap mewakili dua generasi kepemimpinan. Prabowo dengan pengalaman panjangnya di dunia politik dan militer, serta Gibran yang membawa semangat muda dan inovasi. Masa 100 hari pertama pemerintahan mereka menjadi momen penting untuk mengukur sejauh mana langkah mereka menjawab berbagai permasalahan bangsa.
Namun, sejauh mana capaian mereka di masa-masa awal pemerintahan ini? Apakah duet kepemimpinan ini berhasil mewujudkan janji-janjinya? Tulisan ini akan mengupas secara mendalam kinerja mereka, dengan fokus pada aspek-aspek ekonomi, sosial, lingkungan, serta respons terhadap tantangan global dan nasional.
Harapan Besar di Awal Kepemimpinan
Prabowo dan Gibran memulai perjalanan pemerintahan mereka di tengah berbagai dinamika yang kompleks. Kondisi perekonomian global sedang menghadapi tekanan berat, mulai dari inflasi yang merangkak naik hingga dampak perang di berbagai kawasan. Di sisi lain, tantangan domestik seperti ketimpangan sosial, pengangguran, dan korupsi masih menjadi pekerjaan rumah yang tak kunjung selesai.
Pasangan ini datang dengan membawa narasi perubahan. Dalam pidato pelantikannya, Prabowo menegaskan bahwa pemerintahannya akan fokus pada tiga pilar utama: stabilitas ekonomi, penguatan kedaulatan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Di sisi lain, Gibran menekankan pentingnya inovasi teknologi dan digitalisasi untuk mempercepat pembangunan. Retorika ini jelas memunculkan ekspektasi tinggi dari masyarakat.
Tantangan Ekonomi yang Mendalam
Ekonomi menjadi ujian terbesar di awal pemerintahan Prabowo-Gibran. Indonesia masih dalam proses pemulihan pasca-pandemi, sementara ketidakpastian ekonomi global terus membayangi. Upaya pemerintah untuk menekan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat mendapat sorotan tajam. Salah satu langkah yang diambil adalah kebijakan subsidi energi, terutama pada bahan bakar dan listrik, untuk meringankan beban masyarakat kecil.
Namun, kebijakan ini juga menuai kritik. Beberapa ekonom menyebut subsidi energi cenderung tidak tepat sasaran dan membebani anggaran negara. Pada saat yang sama, program insentif pajak bagi UMKM menjadi langkah positif yang diambil pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi akar rumput. Menurut data Kementerian Keuangan, kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia mencapai 60%, sehingga keberpihakan pada sektor ini menjadi langkah strategis.
Meski demikian, tantangan besar lainnya adalah memastikan investasi asing tetap mengalir. Prabowo-Gibran dihadapkan pada tuntutan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif tanpa mengorbankan kepentingan nasional. Dalam 100 hari pertama, pemerintah mencatat peningkatan komitmen investasi dari beberapa negara, termasuk Jepang dan Korea Selatan. Namun, realisasi investasi ini membutuhkan waktu untuk menunjukkan dampak nyatanya pada lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.
Pendidikan dan Teknologi
Sektor pendidikan menjadi salah satu fokus utama Gibran, yang selama ini dikenal dengan pendekatan progresif terhadap inovasi. Dalam 100 hari pertama, pemerintah telah memperkenalkan program digitalisasi pendidikan, dengan tujuan meningkatkan akses belajar bagi anak-anak di daerah terpencil. Langkah ini mendapat dukungan positif dari masyarakat, meski masih ada kendala dalam hal infrastruktur.
Menurut laporan UNICEF, sekitar 20% sekolah di Indonesia masih belum memiliki akses internet yang memadai. Hal ini menjadi tantangan besar yang harus diatasi agar kebijakan digitalisasi pendidikan dapat berjalan efektif. Selain itu, pelatihan guru untuk mengadopsi teknologi baru juga menjadi prioritas yang harus segera diwujudkan.
Di luar pendidikan formal, pemerintah juga mulai mendorong pengembangan keterampilan di bidang teknologi informasi. Peluncuran program pelatihan coding untuk anak muda diharapkan dapat meningkatkan daya saing Indonesia di era industri 4.0. Namun, implementasi program ini masih terhambat oleh minimnya kolaborasi dengan sektor swasta.
Isu Lingkungan
Salah satu janji kampanye Prabowo-Gibran adalah komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. Dalam masa 100 hari pertama, pemerintah telah meluncurkan beberapa inisiatif seperti program reforestasi dan pengurangan sampah plastik. Namun, efektivitas program ini masih menjadi pertanyaan besar.
Menurut laporan terbaru dari Greenpeace, Indonesia masih menjadi salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia, terutama akibat deforestasi. Di sisi lain, laju urbanisasi yang tidak terkendali juga memberikan tekanan besar pada sumber daya alam. Langkah pemerintah untuk memprioritaskan transisi energi terbarukan patut diapresiasi, tetapi tantangan utama adalah bagaimana mengintegrasikan kebijakan ini dengan kebutuhan industri.
Komunikasi Publik yang Menjanjikan
Salah satu kekuatan pasangan Prabowo-Gibran adalah gaya komunikasi mereka yang berbeda namun saling melengkapi. Prabowo dikenal dengan pidatonya yang tegas dan penuh visi, sementara Gibran lebih sering menggunakan pendekatan informal yang dekat dengan masyarakat muda. Kombinasi ini menciptakan kesan pemerintahan yang adaptif terhadap berbagai kalangan.
Namun, dalam era digital, konsistensi informasi menjadi hal yang sangat penting. Pemerintah perlu memastikan bahwa semua kebijakan disampaikan secara transparan dan dapat diakses oleh publik. Kurangnya komunikasi yang efektif dapat memunculkan kesalahpahaman dan menurunkan kepercayaan masyarakat.
Evaluasi Kritis
Dalam 100 hari pertama, Prabowo-Gibran telah menunjukkan beberapa langkah positif yang layak diapresiasi. Peningkatan komitmen pada pendidikan dengan makan bergizi gratis walapun masih jauh dari harapan, upaya menarik investasi, dan perhatian pada isu lingkungan adalah contoh nyata. Namun, perjalanan mereka masih jauh dari sempurna.
Banyak pekerjaan rumah yang membutuhkan perhatian serius. Masalah korupsi, misalnya, masih menjadi momok besar. Transparency International dalam laporannya mencatat bahwa indeks persepsi korupsi Indonesia belum menunjukkan perbaikan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu, isu hak asasi manusia juga menjadi sorotan tajam, terutama dalam konteks penanganan konflik di daerah-daerah tertentu.
Harapan untuk Masa Depan
Masa 100 hari pertama adalah sebuah awal, bukan akhir. Evaluasi ini memberikan gambaran bagaimana pemerintahan Prabowo-Gibran merespons tantangan awal mereka. Meskipun ada beberapa keberhasilan, mereka harus bekerja lebih keras untuk memenuhi harapan rakyat.
Di sisi lain, partisipasi masyarakat dalam mengawal pemerintahan ini juga sangat penting. Kritik yang konstruktif, masukan dari berbagai pihak, serta kolaborasi lintas sektor akan menjadi kunci keberhasilan pemerintahan ini ke depan.
Prabowo-Gibran memiliki potensi besar untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia. Namun, hanya dengan kerja keras, transparansi, dan komitmen yang konsisten, mereka dapat mewujudkan visi besar mereka untuk negara ini.
Kesimpulan
Tulisan ini tidak hanya menyoroti pencapaian pemerintahan Prabowo-Gibran, tetapi juga menggambarkan tantangan nyata yang dihadapi mereka dalam 100 hari pertama. Dengan harapan yang tinggi dari masyarakat, pasangan ini dihadapkan pada tugas besar untuk membuktikan bahwa mereka mampu memimpin Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.
Semoga langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini menjadi pondasi yang kokoh untuk menghadapi tantangan berikutnya, dan membawa Indonesia ke arah yang lebih maju, adil, dan sejahtera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H