Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurangnya Edukasi tentang Pentingnya Kebersihan Toilet di Sekolah

16 Desember 2024   11:58 Diperbarui: 16 Desember 2024   11:58 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Toilet Sekolah.Pixabay.com/timbo

Ilustrasi cerita : Pada suatu siang yang terik, Fajar, seorang siswa kelas 8, dengan terburu-buru memasuki toilet sekolahnya. Rasa gelisah karena menahan buang air membuatnya tak sempat berpikir panjang. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika ia membuka pintu toilet. Aroma tak sedap menyeruak, lantai licin akibat genangan air, dan kloset yang tampak jarang dibersihkan memaksanya berpikir ulang. Akhirnya Fajar memilih menahan rasa tidak nyaman hingga pulang ke rumah. "Kenapa toilet di sekolah ini selalu kotor?" pikirnya sambil keluar dari ruang toilet yang pengap.

Cerita Fajar adalah gambaran nyata dari kondisi toilet di banyak sekolah di Indonesia. Masalah toilet kotor di sekolah sebenarnya bukanlah hal baru, tetapi hingga kini tetap menjadi isu yang sering kali terabaikan. Lebih parah lagi, kondisi ini sering dianggap wajar dan diterima begitu saja. Padahal, kebersihan toilet di sekolah memiliki dampak besar terhadap kesehatan, kenyamanan, bahkan pembentukan karakter siswa.

Namun, mengapa masalah ini terus terjadi? Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya edukasi tentang pentingnya kebersihan toilet, baik di kalangan siswa, guru, maupun pihak pengelola sekolah.

Kondisi Toilet Sekolah di Indonesia

Masalah kebersihan toilet di sekolah bukan sekadar soal ketidaknyamanan atau estetik. Toilet yang kotor mencerminkan lemahnya kesadaran akan pentingnya sanitasi di lingkungan pendidikan. Berdasarkan laporan UNICEF, sekitar 30% sekolah di Indonesia tidak memiliki akses ke toilet yang layak. Bahkan di sekolah yang memiliki toilet, banyak yang tidak memenuhi standar kebersihan.

Kondisi ini semakin memprihatinkan di sekolah-sekolah pedesaan atau daerah terpencil, di mana fasilitas sanitasi sering kali sangat minim. Tidak adanya suplai air bersih, kurangnya sabun cuci tangan, hingga kloset yang tidak terawat menjadi pemandangan sehari-hari. Anak-anak sering kali terpaksa menggunakan toilet kotor, atau lebih buruk lagi, menahan kebutuhan biologis mereka hingga tiba di rumah.

Dampaknya tidak bisa diremehkan. Toilet yang tidak bersih dapat menjadi sarang berbagai penyakit. Contohnya, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa buruknya sanitasi adalah salah satu penyebab utama diare, yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Selain itu, masalah kebersihan toilet juga berimbas pada kenyamanan siswa dalam belajar. Siswa yang merasa tidak nyaman atau tidak sehat akibat fasilitas yang buruk tentu akan sulit berkonsentrasi. Ini membuat toilet sekolah yang bersih bukan hanya kebutuhan, tetapi juga hak dasar yang mendukung proses belajar-mengajar.

Kurangnya Kesadaran dan Edukasi

Meski kondisi toilet di sekolah sering kali buruk, yang lebih mengkhawatirkan adalah rendahnya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan toilet. Banyak siswa menganggap bahwa menjaga kebersihan toilet bukanlah tanggung jawab mereka, melainkan tugas petugas kebersihan atau pihak sekolah. Sebaliknya, pihak sekolah sering kali merasa bahwa siswa tidak cukup disiplin untuk menjaga kebersihan.

Ketidakjelasan tanggung jawab ini menunjukkan adanya kekosongan edukasi. Siswa jarang diberikan pemahaman yang memadai tentang mengapa toilet harus dijaga kebersihannya, bagaimana cara menggunakan toilet dengan benar, dan dampak buruk jika toilet kotor. Edukasi semacam ini sering kali dianggap remeh, padahal memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk budaya kebersihan sejak dini.

Tidak hanya itu, kebersihan toilet juga sering kali tidak dianggap sebagai prioritas oleh pengelola sekolah. Fokus lebih banyak diberikan pada hal-hal yang tampak lebih "penting", seperti pengadaan buku atau perbaikan ruang kelas. Padahal, toilet yang bersih dan layak adalah salah satu faktor mendasar yang mendukung lingkungan belajar yang sehat dan produktif.

Dampak Buruk dari Toilet yang Tidak Bersih

Ketika kebersihan toilet diabaikan, dampaknya dapat dirasakan dalam berbagai aspek. Pertama, dari sisi kesehatan, toilet yang kotor menjadi sumber penyakit menular. Bakteri seperti E. coli, salmonella, dan virus seperti rotavirus dapat berkembang biak di toilet yang tidak bersih. Siswa yang terpapar mikroorganisme ini berisiko terkena diare, infeksi saluran kemih, hingga gangguan pencernaan lainnya.

Kedua, dari sisi psikologis, toilet yang kotor dapat memengaruhi kenyamanan dan rasa aman siswa di sekolah. Anak-anak, terutama siswa perempuan, sering kali merasa enggan menggunakan toilet yang kotor. Akibatnya, mereka cenderung menahan keinginan buang air, yang dalam jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti infeksi saluran kemih atau sembelit.

Ketiga, toilet yang tidak terawat juga menciptakan lingkungan yang tidak mendukung pembelajaran. Siswa yang merasa tidak nyaman di sekolah cenderung sulit berkonsentrasi dalam belajar. Bahkan, ada laporan yang menunjukkan bahwa buruknya sanitasi dapat menyebabkan tingkat absensi yang lebih tinggi, terutama di kalangan siswa perempuan yang sedang menstruasi.

Membangun Kesadaran tentang Kebersihan Toilet

Untuk mengatasi masalah ini, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesadaran semua pihak, baik siswa, guru, maupun pengelola sekolah, tentang pentingnya kebersihan toilet. Hal ini bisa dimulai dengan memasukkan edukasi kebersihan ke dalam kurikulum.

Edukasi kebersihan tidak harus disampaikan dalam bentuk materi pelajaran yang berat. Siswa dapat diajarkan cara mencuci tangan dengan benar, pentingnya membuang sampah pada tempatnya, dan bagaimana menjaga fasilitas umum seperti toilet. Pendekatan yang kreatif dan menyenangkan, seperti melalui permainan atau video edukasi, akan membuat siswa lebih mudah memahami dan menerapkan kebiasaan baik ini.

Selain itu, sekolah juga harus memberikan contoh yang baik. Guru dan staf sekolah perlu menunjukkan keseriusan dalam menjaga kebersihan lingkungan, termasuk toilet. Misalnya, dengan memantau kebersihan toilet secara rutin dan memberikan sanksi atau penghargaan kepada siswa yang tidak menjaga kebersihan atau sebaliknya aktif menjaga kebersihan.

Peran Infrastruktur dalam Mendukung Kebersihan

Namun, edukasi saja tidak cukup tanpa adanya infrastruktur yang memadai. Toilet yang bersih memerlukan fasilitas yang layak, seperti suplai air bersih, sabun cuci tangan, dan ventilasi yang baik. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih besar pada pengadaan fasilitas sanitasi di sekolah-sekolah, terutama di daerah terpencil.

Dana bantuan operasional sekolah (BOS) misalnya, dapat dialokasikan untuk perawatan toilet dan pengadaan perlengkapan kebersihan. Selain itu, kerja sama dengan organisasi non-pemerintah atau perusahaan melalui program tanggung jawab sosial (CSR) dapat menjadi solusi untuk memperbaiki kondisi toilet di sekolah-sekolah yang kekurangan dana.

Mengubah Budaya, Membangun Generasi Peduli Kebersihan

Ketika kebersihan toilet dijadikan prioritas, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh siswa di masa sekarang, tetapi juga membentuk budaya yang positif di masa depan. Siswa yang terbiasa menjaga kebersihan toilet di sekolah akan membawa kebiasaan ini hingga dewasa, menciptakan generasi yang lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.

Kamu tentu tidak ingin anak-anak tumbuh dengan kebiasaan membiarkan toilet kotor, bukan? Oleh karena itu, sudah saatnya semua pihak memberikan perhatian lebih pada masalah ini. Toilet sekolah bukan sekadar fasilitas pendukung, tetapi bagian integral dari lingkungan belajar yang sehat dan nyaman.

Kesimpulan

Kurangnya edukasi tentang pentingnya kebersihan toilet di sekolah adalah masalah yang membutuhkan perhatian serius. Tanpa kesadaran dan kerja sama dari semua pihak, kondisi ini akan terus menjadi lingkaran setan yang merugikan siswa, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan.

Toilet yang bersih adalah hak semua siswa. Dengan mengedukasi siswa, menyediakan infrastruktur yang layak, dan melibatkan semua pihak, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung kesehatan, kenyamanan, dan pembelajaran.

Kisah Fajar di awal tadi tidak harus menjadi kisah yang berulang. Kita memiliki kesempatan untuk membuat perubahan nyata, membangun generasi yang lebih peduli, dan menciptakan sekolah yang benar-benar layak disebut sebagai tempat belajar.

Bukankah kebersihan adalah sebagian dari iman? Mari kita mulai perubahan ini dari hal yang sederhana tetapi penting: toilet sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun