Ilustrasi cerita : Pada suatu siang yang terik, Fajar, seorang siswa kelas 8, dengan terburu-buru memasuki toilet sekolahnya. Rasa gelisah karena menahan buang air membuatnya tak sempat berpikir panjang. Namun, langkahnya seketika terhenti ketika ia membuka pintu toilet. Aroma tak sedap menyeruak, lantai licin akibat genangan air, dan kloset yang tampak jarang dibersihkan memaksanya berpikir ulang. Akhirnya Fajar memilih menahan rasa tidak nyaman hingga pulang ke rumah. "Kenapa toilet di sekolah ini selalu kotor?" pikirnya sambil keluar dari ruang toilet yang pengap.
Cerita Fajar adalah gambaran nyata dari kondisi toilet di banyak sekolah di Indonesia. Masalah toilet kotor di sekolah sebenarnya bukanlah hal baru, tetapi hingga kini tetap menjadi isu yang sering kali terabaikan. Lebih parah lagi, kondisi ini sering dianggap wajar dan diterima begitu saja. Padahal, kebersihan toilet di sekolah memiliki dampak besar terhadap kesehatan, kenyamanan, bahkan pembentukan karakter siswa.
Namun, mengapa masalah ini terus terjadi? Salah satu alasan utamanya adalah kurangnya edukasi tentang pentingnya kebersihan toilet, baik di kalangan siswa, guru, maupun pihak pengelola sekolah.
Kondisi Toilet Sekolah di Indonesia
Masalah kebersihan toilet di sekolah bukan sekadar soal ketidaknyamanan atau estetik. Toilet yang kotor mencerminkan lemahnya kesadaran akan pentingnya sanitasi di lingkungan pendidikan. Berdasarkan laporan UNICEF, sekitar 30% sekolah di Indonesia tidak memiliki akses ke toilet yang layak. Bahkan di sekolah yang memiliki toilet, banyak yang tidak memenuhi standar kebersihan.
Kondisi ini semakin memprihatinkan di sekolah-sekolah pedesaan atau daerah terpencil, di mana fasilitas sanitasi sering kali sangat minim. Tidak adanya suplai air bersih, kurangnya sabun cuci tangan, hingga kloset yang tidak terawat menjadi pemandangan sehari-hari. Anak-anak sering kali terpaksa menggunakan toilet kotor, atau lebih buruk lagi, menahan kebutuhan biologis mereka hingga tiba di rumah.
Dampaknya tidak bisa diremehkan. Toilet yang tidak bersih dapat menjadi sarang berbagai penyakit. Contohnya, World Health Organization (WHO) mencatat bahwa buruknya sanitasi adalah salah satu penyebab utama diare, yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada anak-anak di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Selain itu, masalah kebersihan toilet juga berimbas pada kenyamanan siswa dalam belajar. Siswa yang merasa tidak nyaman atau tidak sehat akibat fasilitas yang buruk tentu akan sulit berkonsentrasi. Ini membuat toilet sekolah yang bersih bukan hanya kebutuhan, tetapi juga hak dasar yang mendukung proses belajar-mengajar.
Kurangnya Kesadaran dan Edukasi
Meski kondisi toilet di sekolah sering kali buruk, yang lebih mengkhawatirkan adalah rendahnya kesadaran dan pemahaman akan pentingnya menjaga kebersihan toilet. Banyak siswa menganggap bahwa menjaga kebersihan toilet bukanlah tanggung jawab mereka, melainkan tugas petugas kebersihan atau pihak sekolah. Sebaliknya, pihak sekolah sering kali merasa bahwa siswa tidak cukup disiplin untuk menjaga kebersihan.