Peran Berubah
Menjadi seorang ayah adalah perubahan besar. Tiba-tiba, hidup yang sebelumnya terasa stabil berubah menjadi penuh dengan rutinitas baru. Kebutuhan bayi yang tidak kenal waktu sering membuat para ayah merasa kehilangan kebebasan yang sebelumnya mereka nikmati. Ini bukan hanya tentang waktu tidur yang terganggu, tetapi juga kehilangan waktu untuk diri sendiri.
Ketika seorang ayah merasa dirinya tidak lagi menjadi prioritas, muncul rasa terasing. Perasaan ini diperparah oleh tanggung jawab besar yang datang bersamaan dengan kelahiran seorang anak.
-
Tekanan Finansial
Tidak dapat disangkal bahwa kelahiran seorang anak membawa peningkatan kebutuhan finansial. Biaya persalinan, kebutuhan bayi, hingga perencanaan jangka panjang seperti pendidikan membuat banyak ayah merasa terbebani. Di beberapa kasus, ayah bahkan merasa malu jika tidak mampu menyediakan semua kebutuhan keluarga, meskipun pasangannya mungkin tidak pernah menuntut hal tersebut.
Ketidaksiapan Menjadi Ayah
Banyak pria tumbuh tanpa gambaran jelas tentang apa artinya menjadi seorang ayah. Ketika tiba saatnya, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa menjadi ayah bukan hanya tentang menyandang gelar, tetapi juga tentang memikul tanggung jawab emosional dan fisik yang besar.
Seorang konselor keluarga pernah mengatakan, "Banyak ayah merasa tidak cukup siap untuk peran ini. Mereka takut salah, takut tidak bisa memenuhi harapan, dan akhirnya memilih memendam perasaan mereka sendiri."
Dampak Daddy Blues pada Keluarga
Daddy blues bukan hanya masalah individu. Ketika seorang ayah mengalami kondisi ini, dampaknya bisa meluas ke pasangan, anak, bahkan hubungan keluarga secara keseluruhan.
Ayah yang merasa emosinya tidak stabil sering kali menarik diri dari interaksi dengan anak dan pasangan. Hal ini menciptakan jarak emosional yang sulit dipulihkan jika tidak segera ditangani. Dalam jangka panjang, ketidakmampuan ayah untuk mengelola emosi bisa memengaruhi perkembangan anak, terutama dalam membangun hubungan emosional yang sehat.