Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Jurang Ketimpangan Kaya dan Miskin Makin Melebar

10 Desember 2024   13:17 Diperbarui: 10 Desember 2024   13:17 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ketimpangan Sosial.(ChatGPT.com)

Cerita di Balik Angka

Untuk memahami dampak ketimpangan ini, mari kita lihat kehidupan seorang ibu tunggal bernama Siti di sebuah desa di Jawa Timur. Siti adalah seorang petani kecil yang bekerja dari pagi hingga malam untuk menghidupi tiga anaknya. Dengan penghasilan kurang dari Rp1 juta per bulan, dia harus memilih antara membayar biaya sekolah atau membeli makanan untuk keluarganya.

Sementara itu, di Jakarta, seorang pengusaha bernama Adrian menghabiskan Rp5 juta hanya untuk makan malam di restoran mewah. Adrian tidak pernah memikirkan tentang kebutuhan dasar karena semua sudah terpenuhi. Dia menikmati liburan mewah ke luar negeri setiap beberapa bulan sekali.

Kehidupan Siti dan Adrian mungkin terlihat seperti cerita dari dua dunia yang berbeda, tetapi keduanya hidup di negara yang sama, di bawah sistem yang sama. Ini adalah realitas pahit dari ketimpangan ekonomi yang harus kita hadapi.

Harapan di Tengah Ketimpangan

Meskipun tantangan ini tampak besar, bukan berarti kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ada harapan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif jika kita semua, sebagai bangsa, bersatu untuk mengatasi ketimpangan ini.

Perubahan harus dimulai dari kesadaran kolektif bahwa kemajuan sejati sebuah negara tidak diukur dari jumlah miliarder yang dimilikinya, tetapi dari bagaimana ia memperlakukan mereka yang paling lemah. Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan kebijakan dan program yang benar-benar menyentuh akar masalah.

Dalam jangka panjang, investasi dalam pendidikan, infrastruktur, dan teknologi yang merata akan menjadi kunci untuk menutup jurang ini. Selain itu, perlu ada upaya untuk menciptakan sistem pajak yang lebih adil dan transparan, di mana mereka yang mampu membayar lebih banyak dapat berkontribusi untuk kesejahteraan masyarakat luas.

Kamu, sebagai bagian dari masyarakat, juga bisa berperan. Dengan mendukung usaha lokal, berkontribusi pada kegiatan sosial, atau bahkan hanya menyadari keberadaan ketimpangan ini, kamu sudah menjadi bagian dari solusi.

Ketimpangan ekonomi adalah kisah yang mengoyak jiwa, tetapi dengan tekad bersama, kita bisa menulis babak baru yang lebih adil. Sebab, di balik angka-angka dan statistik, ada manusia dengan mimpi, harapan, dan potensi yang sama besarnya untuk berkontribusi pada dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun