Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merosotnya Toleransi Masyarakat Mengancam Keberagaman Kita

4 Desember 2024   08:13 Diperbarui: 4 Desember 2024   08:25 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polarisasi Sosial dan Politik
Polarisasi sosial, yang sering dipicu oleh isu politik, menjadi salah satu akar masalah. Contoh paling nyata yang masih melekat dalam ingatan kita  adalah saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Pertarungan politik saat itu tidak hanya memecah belah masyarakat berdasarkan preferensi politik, tetapi juga memperuncing sentimen berbasis agama. Setelah itu, luka sosial yang ditinggalkan masih terasa hingga kini, membuat masyarakat lebih sulit untuk saling mempercayai.

  • Media Sosial sebagai Katalis
    Media sosial, yang seharusnya menjadi alat pemersatu, justru sering kali menjadi sarana penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan narasi intoleransi. Algoritma media sosial cenderung memperkuat bias pengguna, sehingga menciptakan echo chamber di mana seseorang hanya terpapar pada pandangan yang sejalan dengan keyakinannya.
    Misalnya, sebuah unggahan viral yang salah mengutip ajaran agama tertentu dapat memicu konflik besar kita bisa melihatnya dikolom komentar yang menjadi wadah konflik perpecahan terjadi. Dalam beberapa kasus, isu yang awalnya hanya ada di media sosial meluas menjadi tindakan kekerasan fisik, seperti yang terjadi di Bekasi pada tahun 2019 ketika sebuah kelompok masyarakat menyerang tempat ibadah berdasarkan informasi keliru yang mereka terima.

  • Minimnya Literasi Keberagaman
    Pendidikan di Indonesia masih belum sepenuhnya menanamkan nilai-nilai toleransi dan keberagaman secara efektif. Banyak kurikulum di sekolah yang masih kurang memperkenalkan konsep harmoni sosial di tengah perbedaan. Hal ini menyebabkan generasi muda kurang memiliki wawasan tentang pentingnya saling menghormati satu sama lain.

    1. Tekanan Ekonomi dan Urbanisasi
      Kota-kota besar menghadapi tantangan besar akibat tekanan ekonomi dan urbanisasi. Persaingan untuk mendapatkan pekerjaan, tempat tinggal, dan akses pendidikan sering kali memicu konflik horizontal antarindividu maupun kelompok. Dalam situasi sulit, masyarakat cenderung mencari kambing hitam, sering kali dengan mendiskriminasi kelompok minoritas.

    Dampak Merosotnya Toleransi bagi Kehidupan Masyarakat

    Penurunan toleransi tidak hanya menciptakan konflik sosial, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang yang serius:

    • Disintegrasi Sosial
      Ketika toleransi merosot, masyarakat cenderung terpecah menjadi kelompok-kelompok yang saling mencurigai. Hal ini merusak jaringan sosial yang sebelumnya kuat.

    • Kerugian Ekonomi
      Diskriminasi berbasis agama atau etnis di tempat kerja dapat mengurangi produktivitas dan menciptakan lingkungan kerja yang tidak kondusif. Selain itu, konflik sosial sering kali menghambat investasi dan perkembangan ekonomi di daerah tertentu.

    • HALAMAN :
      1. 1
      2. 2
      3. 3
      4. 4
      Mohon tunggu...

      Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
      Lihat Sosbud Selengkapnya
      Beri Komentar
      Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

      Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun