Pasangan yang terjebak dalam hutang cenderung mengalami tekanan psikologis. Perasaan bersalah dan malu terhadap diri sendiri atau keluarga dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Hutang Menghancurkan Kebahagiaan Pasangan Baru
Rani dan Budi, pasangan dari Jakarta, menjadi salah satu korban obsesi resepsi mewah. Mereka menggelar pernikahan dengan anggaran Rp250 juta, meskipun pendapatan gabungan mereka hanya Rp15 juta per bulan.
“Waktu itu, saya pikir, ‘Tidak apa-apa, ini kan hanya sekali seumur hidup.’ Tapi, sekarang rasanya seperti mimpi buruk,” kata Rani.
Setahun setelah menikah, mereka masih memiliki sisa hutang sebesar Rp180 juta. Untuk melunasinya, Budi harus mengambil pekerjaan tambahan, sementara Rani menunda rencana untuk melanjutkan pendidikan. Hubungan mereka pun menjadi renggang akibat tekanan finansial.
Mengapa Obsesi Ini Terjadi? Analisis Lebih Dalam
Fenomena ini tidak terjadi tanpa alasan. Berikut beberapa penyebab utama:
1. Tekanan Sosial dan Budaya
Di banyak daerah, resepsi pernikahan masih dianggap sebagai simbol kesuksesan keluarga. Orang tua sering kali mendesak anak mereka untuk mengadakan pesta besar demi menjaga reputasi keluarga.
2. Pengaruh Media Sosial
Tren wedding mewah di media sosial menciptakan standar yang tidak realistis. Pasangan muda merasa “harus” mengikuti tren tersebut agar tidak dianggap ketinggalan zaman.