Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ombus-Ombus Dessert Khas Sumut yang Buat Ketagihan

2 Desember 2024   14:14 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ombus-ombus atau lapet.Dok Kompas.com (Shutterstock/Tanabora)

Di sebuah warung kecil di Siborong-borong, Tapanuli Utara, aroma harum daun pisang yang mengepul dari dandang pengukus terasa menggelitik hidung. Seorang ibu paruh baya dengan cekatan melipat daun pisang, mengisi adonan lembut di tengahnya, lalu menyusunnya rapi di atas kukusan. "Ini namanya ombus-ombus," katanya sambil tersenyum, seolah tahu bahwa camilan ini bukan sekadar makanan biasa, melainkan simbol kebudayaan yang sudah mengakar kuat di masyarakat Batak.

Kalau kamu belum pernah mencoba ombus-ombus, mungkin saatnya kamu melirik makanan tradisional ini. Lebih dari sekadar camilan, ombus-ombus adalah warisan budaya dengan rasa yang autentik, sederhana, tapi bikin siapa pun ketagihan. Bagaimana kue kecil ini menjadi favorit banyak orang, bahkan hingga ke luar Sumatera Utara? Yuk, kita telusuri lebih dalam!

Kisah di Balik Nama "Ombus-Ombus"

Bagi masyarakat Tapanuli, ombus-ombus bukan sekadar kue kukus. Nama "ombus-ombus" sendiri berasal dari bahasa Batak yang berarti "tiup-tiup". Nama ini mengacu pada cara tradisional menikmati kue ini, yaitu meniupnya untuk mendinginkan sebelum dimakan karena ombus-ombus biasanya disajikan hangat.

Kue ini sering muncul dalam berbagai kesempatan, baik dalam upacara adat, pesta pernikahan, hingga acara keluarga sederhana. Di setiap kesempatan itu, ombus-ombus bukan hanya jadi suguhan, tapi juga lambang rasa syukur dan kebersamaan. Bayangkan sebuah pesta adat, di mana musik tradisional mengalun lembut, dan keluarga besar berkumpul sambil menikmati ombus-ombus yang baru diangkat dari kukusan.

Namun, ombus-ombus juga menghadapi tantangan zaman. Ketika generasi muda lebih akrab dengan donat atau brownies, bagaimana kue ini tetap bertahan sebagai ikon kuliner lokal? Jawabannya terletak pada cita rasa dan tradisi yang melekat erat di setiap bungkusnya.

Rahasia di Balik Kelezatan Ombus-Ombus

Jika kamu menggigit ombus-ombus untuk pertama kali, hal pertama yang terasa adalah manis legit dari gula merah yang berpadu sempurna dengan kelapa parut. Teksturnya lembut, dengan sedikit rasa kenyal yang membuat gigitanmu terasa sempurna. Tapi apa yang sebenarnya membuat ombus-ombus begitu istimewa?

  1. Kesederhanaan Bahan
    Bahan utama ombus-ombus sangat sederhana: tepung beras, gula merah, kelapa parut, dan daun pisang. Namun, dari bahan-bahan sederhana inilah lahir cita rasa yang kaya dan unik.

  2. Aroma Daun Pisang
    Daun pisang tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus, tetapi juga memberikan aroma khas yang menjadi daya tarik utama. Ketika kue ini dikukus, aroma daun pisang menyatu dengan adonan, menciptakan sensasi yang sulit ditemukan di makanan modern.

  3. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Foodie Selengkapnya
    Lihat Foodie Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun