Contohnya, masyarakat sering membeli barang elektronik atau pakaian bermerek hanya untuk "update" di sosial media, tanpa mempertimbangkan apakah mereka benar-benar membutuhkan barang tersebut.
2. Dampak Media Sosial dan Pengaruh Teknologi
Media sosial memainkan peran besar dalam mendorong konsumsi impulsif di Indonesia. Iklan digital dan influencer sering kali mempromosikan produk-produk gaya hidup yang seolah-olah menjadi standar keberhasilan atau kebahagiaan. Teknologi mempermudah proses pembelian hanya dengan beberapa klik, tanpa perlu mempertimbangkan aspek keuangan secara mendalam. Selain itu, platform belanja online kerap menawarkan diskon besar dan promosi yang menarik, yang membuat masyarakat tergoda untuk membeli barang tanpa rencana.
3. Fenomena Cicilan dan Kredit Konsumtif
Kemudahan dalam mendapatkan fasilitas cicilan, baik dari bank maupun perusahaan pembiayaan online, turut memperparah kecenderungan ini. Banyak perusahaan pembiayaan menawarkan skema "beli sekarang, bayar nanti," sehingga masyarakat mudah membeli barang tanpa memperhitungkan kemampuan finansial jangka panjang.Â
Cicilan tanpa bunga dan kredit konsumtif seolah-olah menjadi solusi instan untuk memenuhi keinginan. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, fasilitas ini justru menjerumuskan masyarakat dalam siklus utang yang sulit dihindari.
4. Konsumsi Sebagai Pelarian Emosional
Di tengah tekanan hidup dan beban pekerjaan, banyak masyarakat yang menggunakan konsumsi sebagai pelarian dari stres. Misalnya, mereka membeli makanan cepat saji, minuman kekinian, atau hiburan yang sebenarnya tidak dibutuhkan hanya untuk merasa lebih baik. Kebiasaan ini sering kali diabaikan, tetapi dampaknya pada pengeluaran bulanan bisa signifikan. Dalam jangka panjang, konsumsi sebagai pelarian emosional ini bisa menciptakan masalah finansial yang lebih besar.
Dampak Jangka Panjang dari Konsumsi Marginal
Konsumsi marginal yang tidak terkendali memiliki dampak serius terhadap keuangan pribadi dan stabilitas ekonomi rumah tangga. Berikut beberapa dampak nyata yang mungkin tidak disadari oleh sebagian masyarakat:
Menghambat Peningkatan Tabungan dan Investasi
Ketika sebagian besar pendapatan habis untuk kebutuhan sekunder, masyarakat kehilangan kesempatan untuk menabung atau berinvestasi. Padahal, tabungan dan investasi sangat penting sebagai penopang ekonomi di masa depan, terutama saat ada kebutuhan mendesak atau darurat. Banyak masyarakat yang kemudian terjebak dalam kondisi finansial yang rentan akibat minimnya dana cadangan atau investasi yang dapat diandalkan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!