Mohon tunggu...
Frans Leonardi
Frans Leonardi Mohon Tunggu... Akuntan - Freelace Writer

Sebagai seorang introvert, Saya menemukan kekuatan dan kreativitas dalam ketenangan. Menyukai waktu sendirian untuk merenung dan mengeksplorasi ide-ide baru, ia merasa nyaman di balik layar ketimbang di sorotan publik. seorang amatir penulis yang mau menyampaikan pesannya dengan cara yang tenang namun , menjembatani jarak antara pikiran dan perasaan. Salam dari saya Frans Leonardi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Angka Pernikahan Turun? Gen Z Asik dengan Dunia Sendiri

6 November 2024   18:04 Diperbarui: 6 November 2024   18:09 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Menikah.Pixabay.com/Pexels

Salah satu faktor penting di balik perubahan ini adalah tingginya tingkat perceraian yang terjadi di sekitar mereka. Mereka tumbuh di era di mana kasus perceraian semakin meningkat, sehingga sebagian dari mereka merasa ragu dan waspada terhadap komitmen jangka panjang. Menurut data dari Badan Pengadilan Agama, tingkat perceraian di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, dan ini meninggalkan kesan mendalam bagi generasi muda tentang bagaimana pernikahan bisa berakhir dengan rasa sakit dan ketidakpastian.

Media Sosial dan Pengaruhnya terhadap Cara Pandang Gen Z

Gen Z tumbuh di dunia yang sangat dipengaruhi oleh media sosial. Mereka terbiasa melihat dan mengikuti berbagai gaya hidup yang mungkin berbeda dari norma tradisional, termasuk gaya hidup yang mengedepankan kebebasan dan kemandirian tanpa adanya ikatan pernikahan. Di media sosial, kehidupan single sering kali digambarkan penuh petualangan, kebebasan, dan waktu untuk mengejar impian pribadi. Konten-konten seperti ini bisa memengaruhi cara pandang mereka terhadap pernikahan.

Selain itu, media sosial juga memberikan mereka akses kepada berbagai cerita dari orang-orang di seluruh dunia, termasuk kisah-kisah tentang tantangan dalam pernikahan, tekanan dalam rumah tangga, atau bahkan pengalaman perceraian. Hal ini memengaruhi mereka untuk berpikir lebih hati-hati dan tidak terburu-buru dalam membuat keputusan besar seperti menikah. Generasi ini cenderung lebih berhati-hati dan ingin memastikan bahwa keputusan yang mereka buat adalah keputusan yang tepat.

Kecenderungan Menjaga Individualitas dan Kemandirian

Kebanyakan Gen Z sangat menghargai individualitas dan kemandirian. Bagi mereka, kebahagiaan tidak bergantung pada hubungan dengan orang lain, tetapi lebih pada pencapaian diri dan kebebasan dalam menentukan arah hidup. Mereka percaya bahwa hidup ini adalah perjalanan untuk mengenal diri sendiri dan mewujudkan potensi yang dimiliki. Ketika pernikahan dianggap bisa menjadi penghalang bagi kebebasan tersebut, banyak dari mereka yang memilih untuk menunda atau bahkan menghindari pernikahan.

Ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya pemahaman mereka tentang kesehatan mental. Bagi banyak Gen Z, menjalani hidup tanpa ikatan pernikahan memungkinkan mereka untuk menjaga kesehatan mental mereka lebih baik. Komitmen pernikahan dan tanggung jawab dalam rumah tangga bisa menambah beban psikologis, dan banyak anak muda yang tidak ingin menghadapi hal itu terlalu dini.

Bagaimana Masyarakat Perlu Menyikapi Fenomena Ini?

Tren penurunan angka pernikahan ini tentu memunculkan kekhawatiran, terutama di kalangan orang tua dan masyarakat luas. Nilai-nilai tradisional seringkali masih memandang pernikahan sebagai langkah penting dalam hidup seseorang, sebagai simbol kedewasaan dan keberhasilan. Namun, perubahan ini sebenarnya bisa menjadi momen bagi masyarakat untuk memahami dan menghargai pilihan hidup yang berbeda. Setiap generasi memiliki tantangan, nilai, dan tujuan hidup yang unik, dan Gen Z bukanlah pengecualian.

Alih-alih menekan mereka untuk mengikuti standar lama, mungkin lebih baik jika kita mendukung mereka untuk membuat keputusan hidup yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Kehidupan tidak selalu harus mengikuti jalur yang sama untuk setiap orang, dan kebahagiaan tidak bisa diukur hanya dari apakah seseorang menikah atau tidak.

Penutup

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun