Zoning out atau melamun ketika membaca adalah fenomena yang makin sering dialami oleh generasi muda, terutama Generasi Z. Terlahir di era digital yang serba cepat, Gen Z tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan notifikasi, konten instan, dan informasi yang terus menerus di-update. Teknologi yang mereka gunakan sehari-hari telah mengubah cara berpikir dan memproses informasi, termasuk ketika membaca.
Bayangkan ini: kamu sedang membaca artikel yang menarik atau bahkan sedang menyelesaikan sebuah novel. Lalu, tiba-tiba kamu sadar bahwa sudah beberapa menit berlalu, namun kamu tak benar-benar menyimak apa yang kamu baca. Mata memang melihat deretan kalimat, tapi pikiranmu sudah melayang ke tempat lain. Itulah yang disebut dengan zoning out. Dan kenyataannya, ini lebih sering terjadi pada Gen Z dibandingkan generasi-generasi sebelumnya. Fenomena ini pun bukan tanpa sebab.
Rentang Perhatian yang Menurun
Salah satu faktor utama yang menyebabkan Gen Z sering mengalami zoning out saat membaca adalah rentang perhatian yang cenderung lebih pendek. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Microsoft pada tahun 2015, disebutkan bahwa rentang perhatian manusia telah berkurang dari 12 detik pada tahun 2000 menjadi hanya sekitar 8 detik. Padahal, kemampuan untuk memusatkan perhatian sangat penting dalam membaca yang membutuhkan proses pemahaman mendalam. Hal ini diperburuk oleh kebiasaan mengonsumsi konten singkat seperti video TikTok atau Instagram Stories yang umumnya berdurasi hanya beberapa detik.
Sebagai contoh, kamu mungkin lebih nyaman membaca cuplikan singkat dari media sosial yang hanya membutuhkan beberapa detik untuk dipahami, dibandingkan dengan artikel panjang yang memerlukan konsentrasi lebih. Ketika dihadapkan pada teks yang panjang, otak yang sudah terbiasa dengan stimulasi cepat dari media sosial mungkin merasa “bosan” atau kehilangan minat. Akibatnya, zoning out terjadi tanpa kamu sadari.
Kebiasaan Multitasking yang Merusak Fokus
Gen Z juga dikenal sebagai generasi multitasking. Dalam satu waktu, kamu mungkin bisa membaca sambil mendengarkan musik, membalas pesan di ponsel, atau bahkan membuka media sosial. Kebiasaan ini memang terlihat produktif, tetapi efeknya bisa merusak kemampuan otak untuk fokus. Studi yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa multitasking justru mengurangi efisiensi dan kualitas hasil pekerjaan.
Misalnya, saat kamu mencoba membaca buku sambil sesekali memeriksa notifikasi ponsel, otak harus berpindah fokus dari satu tugas ke tugas lainnya. Proses perpindahan ini membuat otak bekerja lebih keras dan justru mengurangi kapasitas untuk berkonsentrasi. Akhirnya, membaca menjadi aktivitas yang terasa berat dan membosankan, sehingga zoning out pun terjadi lebih mudah.
Kecanduan Digital dan Notifikasi
Zoning out juga erat kaitannya dengan lingkungan digital yang penuh distraksi. Ponsel, tablet, dan komputer menyediakan berbagai aplikasi yang terus-menerus mengirimkan notifikasi. Gen Z, yang tumbuh dalam era ini, sangat terbiasa dengan deretan notifikasi yang bisa datang setiap saat. Ketika sedang membaca, perhatian yang seharusnya terpusat pada bacaan bisa saja terganggu oleh notifikasi pesan atau pembaruan di media sosial.
Penelitian dari Pew Research Center menunjukkan bahwa lebih dari 70% Gen Z mengakui merasa cemas atau terganggu jika tidak dapat memeriksa ponsel dalam waktu lama. Dampaknya, mereka selalu berada dalam mode “waspada” terhadap ponsel, sehingga sulit untuk memusatkan perhatian sepenuhnya pada kegiatan seperti membaca. Ketika mencoba membaca dalam jangka waktu lama, perhatian mereka cenderung terpecah oleh notifikasi atau keinginan untuk scroll media sosial, dan ini berujung pada zoning out.
Dampak Jangka Panjang pada Kemampuan Berpikir Kritis
Kebiasaan zoning out saat membaca tidak hanya mengurangi kenikmatan membaca, tetapi juga memiliki dampak jangka panjang pada kemampuan berpikir kritis. Membaca dengan fokus yang mendalam adalah salah satu cara untuk melatih otak agar mampu menganalisis dan memahami informasi dengan baik. Jika kebiasaan ini terus berlangsung, kemampuan berpikir kritis bisa menurun karena otak tidak terbiasa memproses informasi yang kompleks.
Sebagai contoh, dalam dunia akademis atau karier yang membutuhkan analisis mendalam, kemampuan ini sangat penting. Tanpa keterampilan berpikir kritis, sulit untuk memahami konteks atau memecahkan masalah yang rumit. Dengan seringnya zoning out, Gen Z berpotensi menghadapi kesulitan dalam menghadapi tantangan-tantangan ini di masa depan.
Cara Mengatasi Zoning Out saat Membaca
Namun, masalah ini bukan tanpa solusi. Ada beberapa cara yang bisa kamu coba untuk mengurangi zoning out saat membaca, khususnya bagi Gen Z yang sangat bergantung pada teknologi.
- Pertama, cobalah untuk menciptakan lingkungan bebas gangguan. Matikan notifikasi ponsel atau jauhkan perangkat dari jangkauan selama waktu membaca. Kamu juga bisa menetapkan jadwal khusus untuk membaca, misalnya 15-30 menit setiap harinya, untuk membiasakan diri membaca tanpa distraksi.
- Kedua, kamu bisa mencoba teknik membaca dalam interval waktu pendek. Mulailah dengan membaca selama 10 hingga 15 menit tanpa henti, lalu ambil jeda sejenak sebelum melanjutkan. Teknik ini akan melatih otak agar terbiasa fokus dalam waktu lebih lama secara bertahap.
- Selain itu, mencoba membaca buku fisik juga dapat menjadi solusi efektif. Dibandingkan dengan membaca melalui layar digital yang cenderung penuh distraksi, buku fisik memberikan pengalaman yang lebih immersif dan “terhubung.” Tanpa notifikasi yang mengganggu, kamu bisa lebih mudah fokus dan menikmati setiap kata yang ada di halaman. Banyak yang melaporkan bahwa membaca buku fisik membantu mereka menemukan kembali kenikmatan membaca yang sempat hilang.
Pentingnya Membangun Kebiasaan Membaca yang Baik
Gen Z bisa memandang membaca bukan hanya sebagai aktivitas, tetapi juga sebagai keterampilan yang perlu dipelihara dan dilatih. Dalam era serba digital ini, membaca dengan penuh perhatian bisa menjadi cara untuk melatih otak agar tetap “tajam” dan kritis. Banyak studi yang menunjukkan bahwa kebiasaan membaca yang baik dapat meningkatkan empati, memperluas pengetahuan, dan membantu seseorang dalam berpikir analitis. Dengan kemampuan membaca yang baik, kamu akan lebih siap menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan analisis mendalam.
Kebiasaan membaca juga bisa membantumu mengembangkan kreativitas. Ketika kamu tenggelam dalam sebuah cerita atau memahami gagasan yang kompleks, otak dirangsang untuk membayangkan, merenung, dan berpikir di luar kebiasaan sehari-hari. Ini bukan hanya berguna dalam hal akademis, tetapi juga dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Kesimpulan
Zoning out saat membaca mungkin sering dialami oleh Gen Z, tetapi fenomena ini bukan sesuatu yang tidak bisa diatasi. Dengan beberapa penyesuaian kecil dan upaya untuk menjauhkan diri dari gangguan digital, kamu bisa melatih otak untuk fokus dan menikmati aktivitas membaca. Membaca bukan sekadar mengisi waktu luang, tetapi juga cara untuk melatih pikiran, memperluas wawasan, dan mengasah kemampuan berpikir kritis. Jadi, mulailah membiasakan diri untuk fokus saat membaca, dan kamu akan menemukan bahwa aktivitas ini jauh lebih memuaskan dan bermanfaat daripada sekadar melamun di tengah-tengah bacaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H