Pengangguran adalah sebuah kenyataan yang menyakitkan bagi banyak orang. Meskipun sering dianggap sebagai masalah ekonomi semata, kenyataannya pengangguran memiliki dampak psikologis yang jauh lebih dalam dan kompleks. Seseorang yang menganggur tidak hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga kehilangan rasa percaya diri, harga diri, dan makna dalam hidupnya.Â
Dalam konteks masyarakat modern yang menilai produktivitas sebagai ukuran keberhasilan, menjadi penganggur sering kali dirasakan sebagai beban berat yang tak terkatakan. Fenomena ini membawa pengaruh besar terhadap kesehatan mental, sehingga membuat status pengangguran menjadi lebih dari sekadar masalah ekonomi.
Dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan tidak hanya memberikan penghasilan, tetapi juga struktur, rutinitas, dan identitas. Ketika seseorang kehilangan pekerjaan atau tidak dapat menemukan pekerjaan, mereka kehilangan elemen penting dari identitas mereka.Â
Ini menimbulkan perasaan gagal, yang jika tidak dikelola dengan baik, bisa berujung pada depresi. Menurut sebuah studi yang diterbitkan oleh American Psychological Association (APA), pengangguran dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi, kecemasan, bahkan pada beberapa kasus ekstrim, menyebabkan pikiran untuk bunuh diri.
Bagi banyak orang, pekerjaan adalah sumber utama untuk menjaga harga diri dan rasa memiliki. Ketika kamu memiliki pekerjaan, kamu merasa bahwa kamu memiliki tujuan dan kontribusi dalam masyarakat. Namun, ketika status pengangguran mulai melekat, kamu mungkin mulai merasa tidak berguna.Â
Hal ini sering kali diperburuk oleh stigma sosial yang melekat pada pengangguran, di mana masyarakat cenderung mengasosiasikan seseorang yang tidak bekerja dengan kemalasan atau ketidakmampuan. Padahal, situasi pengangguran sering kali di luar kendali individu itu sendiri, misalnya akibat pemutusan hubungan kerja massal, ketidaksesuaian kualifikasi, atau kondisi ekonomi global yang sedang lesu.
Perasaan tidak berharga ini semakin lama bisa berkembang menjadi perasaan malu dan kehilangan motivasi. Banyak pengangguran yang akhirnya merasa terjebak dalam lingkaran setan. Ketika merasa tidak memiliki tujuan atau kehilangan harapan, upaya untuk mencari pekerjaan menjadi lebih sulit. Sebuah studi yang dilakukan oleh Journal of Health Economics menunjukkan bahwa semakin lama seseorang berada dalam status pengangguran, semakin besar kemungkinan mereka mengalami kemunduran dalam kesehatan mental dan fisik. Efek domino ini memperparah masalah, menciptakan sebuah siklus ketidakberdayaan yang sangat sulit diputus.
Tak hanya itu, pengangguran juga sering kali menjadi sumber stres yang kronis. Ketidakpastian masa depan dan kekhawatiran akan bagaimana memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa memicu tekanan mental yang berat.Â
Tekanan ini sering kali bukan hanya berasal dari dalam diri, tetapi juga dari lingkungan sekitar, termasuk keluarga dan teman. Kamu mungkin merasakan tekanan dari keluarga untuk segera menemukan pekerjaan, atau bahkan merasa dibandingkan dengan orang lain yang sukses dalam karir mereka. Hal ini bisa menimbulkan rasa malu, cemas, dan takut akan penolakan, yang kemudian memperburuk kondisi psikologis.
Menurut World Health Organization (WHO), stres yang berkepanjangan akibat pengangguran dapat memicu berbagai masalah kesehatan fisik, seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, dan menurunnya sistem kekebalan tubuh.Â
Dalam jangka panjang, stres ini juga bisa memperparah kondisi mental, mengakibatkan gangguan kecemasan yang lebih serius, hingga menyebabkan depresi berat. Sayangnya, banyak pengangguran yang merasa malu untuk mencari bantuan profesional, baik itu konseling psikologis atau dukungan dari keluarga dan teman.
Selain dampak pribadi, pengangguran juga bisa memengaruhi hubungan sosial seseorang. Pengangguran sering kali membuat seseorang menarik diri dari interaksi sosial. Kamu mungkin merasa tidak nyaman dalam lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang yang sukses dalam karir mereka. Kamu mungkin merasa tidak memiliki kisah sukses atau pencapaian untuk diceritakan, sehingga memilih untuk menarik diri dari pergaulan.Â
Ketika isolasi sosial ini terus berlanjut, seseorang yang menganggur bisa terjebak dalam perasaan kesepian yang mendalam, yang pada gilirannya memperburuk kondisi mental mereka.
Contoh konkret yang bisa dijadikan rujukan adalah cerita seorang pria bernama Anton (nama samaran), yang kehilangan pekerjaannya saat pandemi COVID-19 melanda. Anton merasa bahwa kehidupannya runtuh ketika ia diberhentikan dari pekerjaannya sebagai teknisi di sebuah perusahaan swasta. Selama enam bulan tanpa pekerjaan, Anton mengalami kecemasan, kehilangan rasa percaya diri, dan mulai menjauh dari teman-temannya.
"Saya merasa malu. Setiap kali bertemu teman, saya merasa tidak berharga karena tidak bekerja," katanya. Situasi ini semakin memperburuk kondisi mentalnya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk mencari bantuan psikolog. Dengan terapi, Anton berhasil memulihkan kondisi mentalnya dan kembali menemukan makna dalam hidupnya, meskipun ia masih mencari pekerjaan.
Apa yang dialami Anton bukanlah kasus yang jarang terjadi. Banyak orang yang berada dalam posisi serupa, di mana kehilangan pekerjaan menyebabkan mereka merasa kehilangan arah dan tujuan hidup. Inilah sebabnya penting untuk diingat bahwa pengangguran adalah masalah yang harus ditangani dengan pendekatan komprehensif. Tidak hanya dari sisi ekonomi, tetapi juga dari sisi psikologis.Â
Untuk mengatasi dampak psikologis dari pengangguran, ada beberapa langkah yang bisa diambil.Â
Pertama, penting bagi kamu untuk tetap menjaga rutinitas. Meskipun tidak bekerja, memiliki rutinitas harian bisa membantu menjaga kesehatan mental dan memberikan rasa struktur dalam kehidupan sehari-hari.Â
Misalnya, kamu bisa tetap bangun pagi, membuat jadwal kegiatan harian, atau mengikuti kegiatan produktif seperti kursus online atau sukarelawan. Dengan tetap aktif, kamu bisa menjaga kesehatan mental dan mencegah perasaan putus asa.
Kedua, jangan ragu untuk mencari dukungan. Pengangguran bukanlah sesuatu yang harus ditanggung sendiri. Berbicara dengan keluarga, teman, atau bahkan profesional bisa memberikan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan. Konseling psikologis juga bisa menjadi pilihan untuk membantu kamu mengatasi perasaan negatif dan mengembangkan strategi untuk kembali bangkit.
Ketiga, cobalah untuk mengubah perspektif tentang pengangguran. Pengangguran mungkin dianggap sebagai kegagalan oleh masyarakat, tetapi ini adalah kesempatan bagi kamu untuk mengevaluasi diri, mengembangkan keterampilan baru, atau bahkan menemukan jalur karier yang lebih sesuai dengan minat dan bakat kamu. Jangan merasa bahwa pengangguran adalah akhir dari segalanya; sering kali ini adalah awal dari perjalanan baru yang lebih baik.
Pada akhirnya, penting untuk diingat bahwa status pengangguran tidak mendefinisikan nilai dirimu. Banyak faktor yang menyebabkan pengangguran, dan sering kali ini di luar kendalimu. Namun, yang dapat kamu kendalikan adalah cara kamu merespons situasi tersebut. Dengan dukungan yang tepat dan sikap yang positif, kamu bisa mengatasi beban psikologis yang ditimbulkan oleh pengangguran dan kembali bangkit dengan lebih kuat.
Sebagai kesimpulan, pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga membawa beban psikologis yang serius. Mulai dari perasaan tidak berharga, tekanan sosial, hingga stres yang berkepanjangan, dampak pengangguran terhadap kesehatan mental tidak bisa diabaikan. Namun, dengan pendekatan yang tepat, pengangguran bisa diatasi, dan mereka yang terdampak bisa bangkit kembali.Â
Dukungan keluarga, teman, dan masyarakat sangatlah penting dalam membantu individu mengatasi beban ini dan menemukan kembali makna serta tujuan hidup mereka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI